miranda

3 3 0
                                    

Bantu cek-cek typo yuk bund!
Kritik dan saran di persilahkan hehe...
Enjoy the reading guys!!

****

"Naik, lo ikut gue!" Perintah Wildan kepada Mutia, dia mulai memakai kembali helm nya,

Mutia tidak segera menuruti perintah Wildan, dia malah planga-plongo memastikan yang di ajak oleh Wildan adalah diri nya.
"Lo... lo ngajak gue?" Tanya Mutia bodoh.
"Ck. Iya Imut gue ngajak lo, masa gue ngajak setan,"

"Ta-tapi..."
"Cepet!"
Setelah itu Mutia segera naik ke atas motor.
Tidak ingin membuang waktu lagi Wildan langsung memacu motor nya dengan kecepatan tinggi.
Beberapa kali dia menyelip kendaraan lain yang menghalangi jalan nya.
Sesekali terdengar makian, dan suara klakson dari pengendara yang terganggu dengan cara Wildan  berkendara. Tapi hal itu tidak di biraukan oleh Wildan.

Bahkan ia pun tidak mempedulikan teriakan dan pukulan dari Mutia yang sejak tadi ketakutan karena ulah nya.

"Diem ngapa! Lo mau gue bawa nyusruk?" Tanya Wildan mulai merasa kesal.
"G-gue takut, bawa motor nya biasa aja bisa enggak sih." Kata Mutia

"Tinggal pegangan aja ribet banget sih lo!" Jawab Wildan sewot.
"Gak liat apa, dari tadi gue pegang pundak lo sekuat tenaga?" Tanya Mutia tak kalah sewot.

Wildan menoleh ke arah bahunya ya g kini di pegang oleh Mutia,
"Elah, jadi kang ojek dadakan nih gue," sindir Wildan terkekeh.

Mutia tidak menjawab dia hanya mendelik kan mata, tidak habis pikir dengan Wildan,
Jilka endelik kan mata, tidak habis pikir dengan Wildan,

Akhirnya Wildan sedikit menurunkan kecepatan motor nya, karena mobil mercedes warna putih yang ia ikuti sekarang sudah berada di depan nya.

"Lagian kenapa sih lo maksa-maksa gue buat ikut?" Tanya Mutia.
Wildan menautkan alis nya dipikir-pikir perkataan Mutia ada benar nya juga. Untuk apa tadi dia mengajak gadis itu untuk ikut bersamanya.

"Lah iya juga ya, kenapa gue ngajak lo?" Tanya Wildan berlagak bodoh.
"Dasar orang gila!" Maki Mutia, membuat Wildan tertawa mendengar nya.

Setelah beberapa saat mobil yang mereka ikuti berbelok ke sebelah kanan dan parkir di depan salah satu restoran.
Wildan menghentikan motornya agak jauh dari mobil tersebut.

Miranda dan laki-laki tadi turun dari dalam mobil, mereka berjalan masuk ke dalam restauran. 
"Bangsat!" Maki Wildan dengan wajah memerah.

Mutia mengarahkan pandangan ke depan, dia membulatkan matanya. Miranda dengan seorang laki-laki? Pantas saja Wildan bisa semarah itu,
"Ooh, jadi lo bawa gue kebut-kebutan gue kaya gini gara-gara Miranda toh," tebak Mutia sembari mengulum lidah nya.

"Ck, ikut gue. Kita masuk ke dalem!" Perintah Wildan.
"Mau ngapain sih, gak usah bikin malu diri sendiri di depan umum deh," kata Mutia memperingati. Tapi memang pada dasar nya Wildan itu bersifat batu, mau di peringatkan dengan cara apa pum dia tidak akan mendengat.

Wildan berjalan meninggalkan Mutia yang sedang merutuki dirinya.

"Tungguin gue woy." 
Mutia berjalan menyusul Wildan dan mengimbangi langkah laki-laki itu.
Sesampainya di dalam Wildan menghentikan langkah nya,
Tangan nya mengepal menatap Miranda yang sedang duduk bersama laki-laki tadi,

Mereka sangat terlihat akrab sekali, sesekali tawa terdengar dari mulut kedua nya, yang membuat Wildan semakin naik pitam adalah ketika laki-laki tersebut mengusap kepala Miranda.

"Sabar dulu Dan, lo jangan asal geruduk aja, siapa tau itu kakak nya." Ujar Mutia memberi saran.

"Kakak ketemu gede?" Tanya Wildan dengan senyum menyeringai, kini ia tidak bisa menahan amarah nya lagi.
Tanpa pikir panjang ia menghampiri Miranda.

Wil& ImutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang