kaluarga kecil

1 2 0
                                    

Bantu cek-cek typo yuk bund!
Kritik dan saran di persilahkan hehe...
Enjoy the reading guys!!

****

"Ini Mama yang masak?" Tanya Wildan, dengan sendok dan garpu yang ia pegang di kedua tangan nya, ia sedang menunggu Erika mengisi piring nya.

"Iya dong, sekali-kali kan Mama mau masakin buat kalian." Jawab Erika tersenyum, sembari menyerahkan piring yang berisi nasi dan lauk nya kepada Wildan, lalu ia mengambil piring milik Zaki untuk ia isi.

"Sayurnya banyakin air nya, Ma!" Pinta Zaki.
"Kalo kurang, tambahin aer keran Ma." Kata Wildan memberi saran.
"Enak aja, yang ada lo tuh, gue kasih aer got mau?"
"Gak usah deh, itu kan minuman kesukaan lo,"

"Ade sialan!" Maki Zaki sembari melayangkan sendok nya ke kepala Wildan.

"Eeeh... udah-udah, jangan ribut terus. Nanti aja ribut nya lanjutin kalo udah beres maka  nya."

"Awas lo, nanti gua unyeng-unyeng tuh mulut nyinyir lo." Ancam Zaki mengangkat garpu, dan mengarahkan nya pada Wildan.

"Ma, liat tuh Ma. Masa Bro Zack ngancem Wildan." Rengek Wildan mengadu seperti anak kecil.

"Baang... jangan gitu dong sama adik nya." Kata Erika menegur anak sulungnya itu.

"Salah dei, salah dei."
(Salah lagi, salah lagi.)
Gerutu Zaki sembari memasukan makanan ke dalam mulut nya.

Begitulah suasana makan malam keluarga kecil Erika pada malam itu. Suasana hangat yang sangat jarang sekali Wildan rasakan.

Biasanya Wildan makan seorangdiri, hanya di temani oleh iringan suara dari bisingnya sendok dan piring yang beradu.
Habis mau bagai mana lagi, semua orang di rumah itu selalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan nya masing-masing.

Erika, mama nya sibuk bekerja mengurus butik yang beliau kelola dan dirikan sendiri. Bahkan kini cabang nya sudah berada di mana-mana, membuat beliau jarang pulang ke rumah.

Sedang kan Zaki, kakak satu-satu nya itu sedang sibuk kuliah, dia berkuliah di salah satu universitas yang ada di kota Bandung, jarak tempuh antara Bandung-Jakarta yang sangat jauh membuat ia jarang sekali pulang ke rumah, di Bandung ia tinggal di sebuah apartemen, tapi sesekali ia pulang ke Jakarta kalau sedang libur.

Wildan menoleh ke salah satu kursi yang terlihat kosong, dia berangan -angan. Andai saja Ayah nya masih ada saat ini, pasti keluarga kecil ini akan semakin terasa lengkap,

"Makan nya yang banyak Dan, biar cepet gede."
"Kamu sekolah nya harus rajin, harus pinter, abang kamu mah gak usah di contoh,"

"Zaki, Wildan. Kalian sebagai saudara harus tetap rukun, apalagi kamu Zak, kamu harus bisa jaga dan bimbing adik kamu. Dan kamu Dan, sebagai adik kamu harus nurut sama Mama dan abang kamu. Kalian harus belajar mandiri dan dewasa, karena belum tentu papa bisa terus bersama kalian."

Tiba-tiba bayangan itu muncul kembali, berkecambuk dalam hati dan pikiran Wildan. Rasanya ia belum percaya kalau Ayah nya sudah tiada.
Ia merasa jika Ayah nya masih ada di samping nya.

"Woy, Dan!" Seru Zaki membuyarkan lamunan Wildan.

"Mm..."
Jawab Wildan sembari mengerjap kan mata nya, ah... ternyata itu hanya bayangan dari lamunan nya saja, batin nya.

Wil& ImutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang