Bantu cek-cek typo yuk bund!
Kritik dan saran di persilahkan hehe...
Enjoy the reading guys!!****
Wildan berjalan di koridor bersama kedua teman nya.
Sepanjang perjalanan, Jio dan juna langsung heboh saat wildan menceritakan kejadian yang di alaminya kemarin."Seriusan kemaren Miranda bilang gitu?" Tanya jio antusias.
"Ck,iya." Jawab Wildan dengan wajah lesu.
"Jadi sekarang lo udah gak nyimpen perasaan lagi kan sama Miranda?" Juna ikut bertanya tak kalah antusias nya dari Jio.Sesaat sebelum menjawab, Wildan nampak berpikir.
"Sedikit." Jawab Wildan singkat."Apanya yang sedikit?"
"Yaaa perasaan gue sama Miranda."Jio dan Juna melongok tak percaya dengan jawaban Wildan.
Sejak saat itu mereka berdua sepakat mempercayai bahwa Wildan memang benar-benar gila!"Gila lo, Dan!" Maki mereka berdua serempak.
Wildan menanggapi dengan menyugar rambut hitam legam nya ke belakang.Biasanya setiap pagi dia selalu menyempatkan diri untuk membeli coklat di kantin, dan menaruhnya di kolong meja milik Miranda.
Lalu dia akan stay di parkiran menunggu gadis itu datang, dan merecoki nya di sepanjang koridor.Tapi berbeda dengan pagi ini, dia lebih memilih untuk langsung masuk ke dalam kelas.
Pagi itu keadaan kelas masih sepi hanya ada beberapa siswa yang sudah datang.
Jio dan Juna asik bercanda, tapi Wildan tidak tertarik untuk ikut bercanda bersama mereka.
Dia lebih memilih merebahkan tubuh nya di dua kursi yang di jadikan satu .Wajah nya terlihat sangat kusut hari ini, bahkan bandana biru yang selalu ter ikat di tangan kiri nya, kini berpindah tempat ke jidat.
Sejak tadi dia tidak henti-hentinya mendengus kasar, melihat hal itu Juna mendekati Wildan, dia melemparkan senyum sinis ke arah pemuda itu.
"Kenapa lo, Dan?" Tanya Juna mengangkat sebelah alis nya.
Wildan tidak menjawab, bahkan tidak bergeming satu inci pun."Elah malah di cuekin gue." Gerutu Juna,
"makanya jangan ngomong sama orang gila, jadi nya di cuekin kan lu," ujar Jio tertawa ngakak.
"Setan lo berdua!" Maki Wildan akhirnya angkat bicara, dia beranjak bangun dari posisi rebahan nya,"Cabut yuk! Gue lagi gak mood nih." Ajak Wildan.
"Kaga mau gua, entar di suruh jalan kodok keliling lapangan lagi." Jawab Jio dengan sigap, dia malas sekali jika harus bolos pasalnya dia akan mendapat hukuman dari pak Ranto si guru killer, membayangkan wajah beliau saja sudah membuat Jio bergidik ngeri."Bener tuh kata Jio, lagian bentar lagi mulai nih pelajaran," tambah Juna yang langsung memasang tampang sewot.
Wildan tidak menjawab lagi dia hanya bisa mendengus kasar, dia melipat kedua tangan nya di atas meja lalu membenamkan wajah diantara kedua tangan nya.
****
Semua murid sudah lengkap hadir di dalam kelas, sesaat kemudian seorang guru bernama Bu Astuti datang ke kelas. Beliau adalah guru sejarah, sekaligus wali kelas mereka, umur beliau kurang lebih 45 tahun, sikap beliau yang penyayang dan penyabar membuat beliau di segani oleh para murid nya."Selamat pagi anak-anak," sapa beliau dengan senyuman penuh kasih sayang terukir di bibir nya.
"Pagi bu..." jawab semua murid serempak.
Sebelum melanjutkan pembicaraan nya Bu Astuti menatap satu persatu anak didik nya dengan tatapan teduh."Hari ini kita tidak akan belajar dulu," lanjut beliau yang sontak membuat seluruh penghuni kelas bersorak gembira.
Bu Astuti mengangkat tangan nya meminta agar anak-anak kembali diam dan tenang, berselang setelah nya keadaan kembali kondusif, lantas beliau melanjutkan pembicaraan nya.
"Tapi hari ini kita akan mengadakan pemilihan ketua kelas, berhubung kita baru memasuki semester satu di kelas 11 ini jadi kita belum memiliki ketua kelas,"
"Jadi siapa di antara kalian yang berminat mencalonkan diri?"
Semua murid bungkam. mata mereka saling memandang satu sama lain.
Terkecuali Wildan! Tanpa di sadari, dari tadi Pemuda itu malah asik tertidur,
Sudah beberapa kali Jio dan Juna membangun kan nya, tapi tetap saja Wildan terlelap pulas,
Akhirnya Jio yang duduk di sebelahnya ber inisiatif membangunkan Wildan dengan cara lain, dia memencet hidung pemuda itu dengan kencang, sembari berbisik di telinga nya."Wildan...! Itu tuh, lo di panggil Bu Astuti," bisik Jio berbohong.
Usaha Jio kali ini berjalan sesuai rencana, dengan nafas yang terengah-engah karena kesulitan bernafas Wildan terbangun dan spontan mengangkat tangan nya.
"Sa...saya bu," seru nya mengangkat tangan.
Semua mata tertuju memandang nya. Satu pun dari mereka tidak menyangka Wildan akan mengangkat tangan.
Sedangkan Jio dan Juna hanya tertawa cekikikan."Kamu benar-benar bersedia mencalonkan diri jadi ketua kelas?" Tanya Bu Astuti sedikit ragu.
"Wah Bu, emang gak usah di ragukan lagi, di sini Wildan emang udah paling siap!" Celetuk Juna tertawa ngakak
"Bener tuh Bu," tambah Jio mendukung.
"Ma...maksud ibu apa ya?" Tanya Wildan dengan wajah bodoh, dia tidak mengerti dengan pertanyaan Bu Astuti, dia memandang ke sekitar dan dia semakin di buat bingung ketika seisi kelas sedang menatap nya.
"Tadi kan Ibu tanya, siapa yang bersedia mencalon kan diri untuk menjadi ketua kelas, lalu kamu angkat tangan," kata Bu Astuti menerangkan.
"Sa...saya..." Jawab Wildan gelagapan.
Seketika dia syok mendengar penuturan dari Bu Astuti dia menengok ke sebelah dan ke belakang nya, disana ada Jio dan Juna yang sedang cekikikan sedari tadi.
Wildan mengepalkan tangan nya, bibir nya menipis menahan emosi."Kenapa harus gue si setannn!" Maki nya pelan.
Juna dan Jio hanya bisa nyengir lebar dan mengangkat jari nya membentuk hurup v."Sekarang kita sudah punya satu kandidat, masih ada yang berminat?"
Semua murid kembali terdiam, Wildan berdoa dalam hati nya semoga saja ada yang berminat mencalonkan, sehingga kemungkinan dia untuk menjadi ketua kelas akan lebih sedikit.
Tiba-tiba dari barisan paling depan seseorang mengangkat tangan nya dia adalah Dimas, murid paling pintar di kelas ini, dia selalu menyabet peringkat satu, dan sampai sejauh ini belum ada yang bisa menggeser kedudukan nya, jadi semua siswa otomatis akan lebih memilih Dimas sebagai ketua kelas di bandingkan dengan Wildan.
Seperti mendapatkan secercah cahaya di kegelapan,Wildan kini merasa sangat lega. Dia berjanji pada dirinya sendiri nanti dia akan sangat amat berterimakasih pada Dimas.
Jika perlu Wildan akan melakukan apapun untuk Dimas!
Selebai itu Wildan sekarang!"Iya, kamu Dimas?" Tanya Bu Astuti tersenyum ke arah dimas.
"Sa...saya izin ke toilet Bu." Jawab Dimas polos.
Wildan melongok tidak percaya dengan kelakuan ajaib Dimas,
Kini Wildan bagaikan tersambar petir di siang bolong, harapan yang ia tumpukan kepada Dimas runtuh sudah! Sudah pasti nasib sial kini sedang mengintai nya.Dan benar saja... setelah beberapa lama menunggu tidak kunjung juga murid yang mengacungkan tangan nya dan bersedia menyalonkan diri.
Akhirnya Bu Astuti memutuskan bahwa Wildan secara sah terpilih menjadi ketua kelas. Dengan berat hati Wildan menerima semuanya, Bu Astuti menyerahkan semua keputusan untuk memilih staf-staf yang lain nya kepada Wildan, alhasil Wildan yang tidak mau pusing sendiri, dia mengangkat Juna sebagai sekertaris, Jio sebagai bendahara,
Dan kalian tahu siapa yang Wildan angkat menjadi wakil nya?
Yap... orang itu adalah Mutia
Hmm bagai mana?
Sangat mengejutkan sekali bukan??Segitu aja dulu^-^
Insya allah up date nya tiap hariMoga-moga up date kedepan nya lancar ya! ^-^
Comen & vote nya jan lupa oghey ^)
See you the next part guys!

KAMU SEDANG MEMBACA
Wil& Imut
Teen FictionDalam cerita ada unsur makian-makian kasar yang mungkin kurang berkenan buat kalian baca. Pintar-pintarlah memilah bacaan. Enjoy the reading ^-^