16

839 32 2
                                    

-Aku emang gada apa-apanya, tapi kalau kamu kenapa-napa "aku ada"-

"Papa?" beo Ziel

"Masuk dulu" kata Ciel, Ia pun sama terkejutnya dengan Zeline.

"Eh Zeline!" kata ibu Ziel, Alvira Putri. "Mas ini loh anak perempuan yang sering aku ceritain" kata Alvira, sedankan Ziel berusaha memproses apa yang sedang terjadi.

"Kalian duduk dulu" kata Ciel tenang.

Merasa ada hal sesuatu yang akan dibahas kepala keluarga ini, semua bergegas mengambil posisi duduk. Mereka sedang berkumpul diruang tamu.

"Alvira, ini anak Thalia, Abital Zeline Xavera" kata Ciel memperkenalkan Zeline, Ia tak mau menyebut Zeline putrinya karena pikirnya gadis itu bukanlah putrinya. Nyatanya gadis itu adalah darah dagingnya sendiri, miris bukan? Bahkan ayahnya sendiri menolak fakta bahwa Zeline adalah darah dagingnya.

"Pa-" kata Alvira, berhenti pandangan sekarang terfokus pada anak laki-lakinya. Ziel, pria itu rasanya kepalanya seperti dihantam sebuah batu besar. Alvira memperhatikan anak satu-satunya itu, Alvira sangat tau anaknya itu sangat menyukai gadis dihadapannya ini. Sedangkan Zeline? Gadis itu tidak menunjukan respon apapun. "Jadi tante Alvira, trus Ziel, saudaraku?" batin Zeline.

"Seperti yang bisa kamu lihat, saya dan Alvira akan segera menikah. Dan anak yang ada dalam kandungan Alvira adalah anak saya" kata Ciel ringan seperti tidak merasa bersalah dengan apa yang Ia telah perbuat.

"Sejak kapan?" tanya gadis itu lirih

"Apa hubungannya sama kamu?" tanya Ciel, Alvira memperhatikan interaksi ayah dan anak perempuannya.

"Papa, ma-" kata Zeline, namun belum sempat gadis itu menyelesaikan kalimatnya, Ciel malah menarik kasar gadis itu. "Ikut saya" sarkas Ciel. Setelah dirasa jauh dari Alvira dan Ziel, pria itu kemudian menghentak kasar tangan Zeline. "APA MAKSUD KAMU KEMARI?! MAU NGANCURIN KELUARGA SAYA LAGI?!" kata Ciel kasar, sambil menunjuk-nujuk kepala Zeline.

"Ti-tidak pa, Zeline kesini karna diajak Ziel" katanya lirih, Ia sangat takut dengan ayahnya

"HALAH GAK USAH BOHONG KAMU!" katanya kasar

Baru saja gadis ingin membuka suaranya, tamparan keras itu berhasil mengenai pipi mulus Zeline.

"PULANG!" kata Ciel kasar.

"ZELINE!" teriak Ziel, pria itu masih syok dengan apa yang Ia dengar. "SENTUH DIA, ANDA AKAN BERURUSAN DENGAN SAYA!" bentak Ziel. Ziel mendorong Ciel kasar, membawa sang gadis kedalam pelukkannya. "Kamu gapapa hm?" katanya menatap lembut gadis didalam pelukkannya.

"Ziel" kata Zeline lemah

"It's okay" katanya menggendong gadis itu, membawanya kembali kedalam rumah.

"Ziel bawa Zeline ke atas" kata Alvira.

"ZIEL!" panggil Ciel. "Bawa dia kemari!" kata Ciel tegas.

"KAMU BERANI MEMARAHI ANAK SAYA!?" tanya Alvira marah.

"Dia juga anak aku, Al" kata Ciel melemah, pria itu takut kesehatan Alvira kembali buruk.

Alvira Putri adalah ibu dari Agam Aziel Gibran Aditama dan istri dari Adrian Aditama. Suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, membuat Alvira menjadi gila. Aciel Xavera, ayah Zeline lah yang berhasil membuat Alvira pulih dari kondisi kejiawaannya. Alvira adalah salah satu pasien yang ditangani oleh rumah sakit keluarga Zachira. Pria itu kemudian bertemu dengan Alvira membuatnya jatuh cinta dengan Alvira.

"Tidak, kita bahkan belum menikah" kata Alvira, bagi wanita itu Ziel adalah segalanya. "Ciel kamu bahkan belum bercerai dengan istrimu, bukan?" tanya Alvira. "Ciel, perbaiki hubunganmu dengan istrimu, putraku menyukai putrimu. A-aku tidak bisa egois jika ini berhungan dengan Ziel, kamu tau itu kan?" kata Alvira.

"Tapi kamu sedang hamil Al" kata Ciel, pria itu telah jatuh sedalam-dalamnya pada Alvira.

"Kamu lupa? Dia bukan milikmu Ciel" kata Alvira. Bayi dalam kandungnya adalah milik suaminya, wanita itu bahkan belum berhubungan lebih dengan Ciel. Sama seperti Ciel, Alvira belum bercerai dengan sang suami. "Perbaiki hubunganmu sebelum menyesal, maaf keputusanku mendadak" katanya tegas.

"Al, aku mau jaga kamu" kata Ciel.

"Kamu masih belum mengerti? Jika saja aku memiliki anak perempuan dan anak laki lakimu jatuh cinta pada putriku, kamu akan tetap egois?" tanya Alvira

"Al aku-"

"Tatap mataku dan jawab dengan jujur!"

"Tidak" kata Ciel. "Tapi Zeline bukan putriku" katanya lagi.

"Dia memiliki namamu Ciel, dan dia lahir dari wanita yang kamu nikahi dengan sah dan restu dari orang tuanya" kata Alvira. "Pulang. Perbaiki hubunganmu dengan istrimu, dan jangan perna lagi peduli dengan aku" katanya mendorong Ciel keluar dari rumahnya.

"Maaf Ciel, bagiku Ziel adalah segalanya" katanya kemudian menutup pintu rumah itu. Wanita itu luruh ke lantai memeluk tubuhnya. "Mama" panggil sang anak.

"Mama, Ziel gapapa kalau itu buat mama bahagia" kata sang anak.

"Tidak, mama udah renggut semua kebahagian kamu. Sekarang mama akan kembalikan semuanya" kata Alvira mantap, kemudian memeluk Ziel.

"Mama, aku sayang Zeline. Tidak. Aku cinta mah sama Zeline" kata Ziel, memeluk sang mama.

"Mama tau Ziel" kata Alvira, wanita itu mulai menangis. "Kok kamu ikut nangis juga?" tanya sang mama saat sadar bahu sang anak bergetar hebat. "Kamu lagi nangis karna mama atau karna kamu terlalu sayang sama Zeline, hm?" kata Alvira menjahili putranya.

"Ma! Sayang dua duanya" katanya memeluk erat sang mama. "Ma, maaf ya tadi aku sempat kepikiran buat bawa lari Zeline, biar dia gak jadi saudara aku" katanya polos.

"Mama sama papanya Zeline udah gak ada apa apa lagi Zi" kata sang mama.

"Mama, kalau sayang sama om Ciel gapapa ma, aku bisa kok sayang sama Zeline dengan cara yang lain mah" kata Ziel. Tidak ibu, tidak anak sama saja sifatnya.

"Emang mau?" tanya Alvira menggoda sang anak.

"Yah enggak sih, aku juga gak suka sama om Ciel. Semena mena banget sama mama"

"Udah sana samperin si Zeline"

"Lagi tidur ma"

"Sana temenin" kata Alvira, wanita itu suka sekali menjahili anaknya.

"MA!" kesal Ziel, meninggalkan sang mama. Pria itu berjalan ke kamarnya, tempat dimana Zeline berada.

"Zel, putus aja yah sama Raffael. Aku bahkan bisa kasih kamu lebih dari dia" katanya menatap gadis yang sedang tertidur dihadapannya, menepikan rambut yang menutupi wajah Zeline.

"Ehmmm" keluh gadis itu merasa terganggu dengan apa yang dilakukan Ziel.

Pria itu menghentikan kegiatannya, kemudian mendekatkan wajahnya pada Zeline. "Sakit ya?" katanya menatap pipi Zeline yang membengkak disana. Sedetik kemudian Ia mencium pipi sang gadis, membisikkan kalimat lembut, membuat Zeline tersenyum dalam tidurnya. "Mimpi indah cantiknya Ziel, aku sayang" katanya, kemudian berjalan ke arah sofa yang berada dalam kamarnya. Ziel membaringkan tubuhnya kemudian masuk dalam dunia mimpi.

 Ziel membaringkan tubuhnya kemudian masuk dalam dunia mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haiii vren!♡
Jangan lupa votenya yahh...
Tengkisss

ZELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang