22

1.1K 25 2
                                    

Terdengar suara tangis berasal dari kamar seorang gadis. Pukul dua puluh lewat lima belas menit. Memiluhkan hati semua yang mendengar tangisan itu.

"Ma, Zizi butuh mama," kata Zira desela-sela tangisnya.

"Mama, Zira mau Zey. Zira cuman punya Zey. Mama, Zira mau nyusul," ucap Zira. Gadis itu mengikat seutas tali pada jendela kamarnya yang memang cukup tinggi.

"Zira bakal pergi seperti mama pergi," ucapnya. Kursi sebagai tumpuan kakinya jatuh. Gadis itu mulai kehilangan nafasnya, namun sepertinya Tuhan belum berkehendak agar Ia dapat bertemu sang mama. "KAKAK!"

"KAK!" Gina segera memeluk kaki sang kak, membuat tali tadi melonggar, mengurangi cekikan pada leher Zira. Teriakkan Gina membuat Grace bergegas menuju kamar Zira, "Zira!"

"Ma, gunting," ucap Gina, seraya menunjuk gunting yang berada diatas meja belajar Zira.

"Uhuk! Uhuk!" Zira menarik nafas dalam-dalam, menghirup kembali oksigen yang hampir tidak bisa Ia hirup kembali.

"Ma, hiks," isak Gina. Jika Gina terlambat sedetik saja kakaknya mungkin telah pergi. "Udah," ucap Grace. Grace pun sama terkejutnya.

"Zira." Pelukkan hangat diberikan Grace untuk putrinya itu. "Jangan ulangin lagi ya, hm."

"Mama," panggil Zira lemah. Gadis itu memeluk Grace sangat erat, seolah-olah Grace akan pergi jauh.

"Mama, jangan ninggalin Zizi sendirian," isak Zira.

"Mama, Zizi mau ikut mama." Grace dan Gina tau betul siapa mama yang dimaksud Zira. Gadis itu selalu bersikap tak acuh pada Grace, jarang sekali Zira mau berbicara dengan Grace.

"Mama disini Zizi," ucap Grace mengelus kepala Zira, mencoba menenangkan putrinya itu. Namun Zira malah memberontak, "Anda bukan mama saya!" teriak Zira, gadis itu mengambil gelas kaca yang berada diatas meja riasnya, memegangnya dengan kuat.

PYAR!

"ZIRA!" teriak Gino. Pria itu langsung paham apa yang terjadi dengan melihat tali yang ada di jendela.

"Jangan dekat dekat!" teriak Zira. Tangannya sudah dipenuhi dengan darah. Gina dan Grace mencoba menenangkan Zira, sedang Gino mencoba menghubungi satu-satunya orang yang bisa menenangkan Zira. Namun nomor yang Ia tuju tak kunjung mengangkat panggilannya. Gino mengacak kasar rambutnya.

"Ja-jangan dekat," ucap Zira. Karena kehilangan darah yang terbilang banyak, gadis itu melemah. Gelas tadi terjatuh dari tangannya, dengan cepat Gino mengendong Zira, disusul Gina dan Grace, menuju rumah sakit.

 Gelas tadi terjatuh dari tangannya, dengan cepat Gino mengendong Zira, disusul Gina dan Grace, menuju rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"

Zeline," panggil Raffael. Sedari tadi Zeline-nya itu tak mau menatap dirinya. "Zel," panggilnya lagi.

"Apasih Zey," ucap Zeline kesal.

Drrttt Drrttt

"Kenapa gak diangkat," tanya Zeline. Gadis itu sempat melihat nama kontak yang terus-menerus memanggil Raffael.

ZELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang