[ Chapter 13 ]

8 9 6
                                    

Segalanya seolah kembali seperti semula, Jung Jaehyun tidak lagi mengirimi pesan padaku ataupun mendatangi rumahku. Ayahku sudah hampir satu bulan tidak pulang ke rumah, entah dia tinggal dimana selama ini.

Bolehkah aku merasa bersyukur hari ini? Huang Renjun sudah tidak menjauhiku lagi, bahkan setelah kami berdua babak belur saat itu, kami benar-benar menginap di dalam rumah pohon.

Kami saling mengobati luka satu sama lain, bercanda dan tertawa bersama, lalu kami tidur bersama.

Ah, tidak seperti yang kalian pikirkan. Kami memang tidur bersama dalam satu atap itu, namun tidak melakukan hal aneh kok.

Lagipula memangnya Huang Renjun tergoda dengan aku yang sudah tak perawan ini?

Ting!

Ponselku berbunyi, ku rasa itu pesan dari si Huang. Sekarang lelaki itu mulai kembali mengirimi aku pesan, seperti biasanya.

Segera aku buka ponselku untuk melihat pesan itu.

Huang cerewet Renjun

Menurutmu, mengapa bintang lebih memilih untuk menemani bulan? Tidak menemani matahari saja?

Aku terkekeh geli membacanya, apakah dia segabut itu hingga memikirkan bulan, bintang, dan matahari? Padahal ini kan hari Selasa, pasti pemuda itu sedang sekolah bukan?

Huang cerewet Renjun

Belajar yang benar, taruh ponselmu!

Tidak mau!

Aku laporkan pada kepala sekolah!

Ah, kau seperti guru bahasa Inggris saja ;(

Memang!

Anna...

Ada apa Huang?

Kau belum menjawab pertanyaan ku!!

Apa aku harus menjawabnya?

Tentu saja!

Baiklah...

Nanti saat kita bertemu

Aku mau memasak untuk makan siang dulu, bye

KAU TIDAK SERU! AKU TIDAK MAU BERTEMAN DENGANMU!

Aku tak bisa menahan tawaku, ternyata membuat Huang Renjun marah seperti itu lumayan menghibur. Dia sangat lucu ketika mengamuk.

Aku menaruh kembali ponselku diatas kasur tanpa berniat membalasnya, biarkan aja Huang Renjun merasa kesal, nanti juga dia akan kembali membaik.

Bangkit dari tempat tidurku, aku berjalan menuju dapur. Sesuai dengan apa yang aku katakan pada si pemuda Huang, aku akan memasak makan siang. Hanya untukku. Sendiri.

Diam. Sepi. Dan sunyi.

Keadaan rumahku sudah tidak sehangat dulu. Sudah tiga tahun lamanya rumah ini hanya dihuni olehku. Mungkin sesekali ayah akan pulang, setelah uangnya habis dipakai untuk berjudi.

Ayah bilang, dengan cara itu dirinya akan menjadi kaya, lebih kaya dari ibu.

Ibu yang terlahir sebagai anak tunggal dari keluarga terpandang, sedangkan ayah hanyalah pemuda sebatangkara yang hidup ditempat sederhana. Membuat mereka selalu bertengkar masalah martabat mereka.

Mungkin ayah jengah dengan ibu yang selalu merendahkannya, sehingga ia yang tadinya seekor kucing lucu, berubah menjadi monster ganas. Bahkan mungkin ia sudah tak memiliki hati, ia selalu saja memukulku dan menyuruhku mencari uang dengan cara menjual diri.

"Aku rindu, aku rindu kehangatan rumah ini. Rumah yang dulunya menjadi tempat ternyaman bagiku. Mungkin, sesekali bertengkar tak masalah. Namun perceraian kalian bukanlah yang aku mau."

Aku rindu ayah dan ibuku, berada dalam rumah ini. Membawa kehangatan untukku.

Menghela nafas panjang, aku segera mengambil bahan masakan yang berada dalam kulkas, mengeluarkan wajan dari dalam rak, dan segera memulai aktivitas memasak ku.

°°°°°

"Lee Anna jelek! Aku tidak mau mempunyai saudara sepertimu! Anna jelek, jelek!"

Deg!

Suara itu...

Aku tahu suara siapa itu!









Saudaraku?

.
.
.
.

Huang Renjun

Huang Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

See you next chapter 🌱

Back To Home [ft. Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang