"Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Ren."
Ketika kami sampai disebuah restoran, kami menghampiri seorang lelaki yang sedang duduk sembari menunduk menatap ponselnya dengan amat serius.
Tak lama lelaki itu mendongak, "Kali ini aku memaafkanmu, Haechan. Cepat duduk."
Deg!
Ekspektasi ku sesuai dengan realita, karena lelaki yang dipanggil 'Ren' oleh Haechan adalah Huang Renjun!
"Huang...?"
Pikiranku berterbangan tak tentu arah. Huang Renjun menoleh menatapku dengan tatapan terkejut.
"Anna? Kau..."
Tidak, Huang. Aku tahu apa yang kau pikirkan saat ini. Namun itu tidak benar.
Huang Renjun beralih menatap Haechan seperti meminta penjelasan.
"Jadi ini orang yang kau maksud?!" Ucap lelaki itu.
Haechan hanya menggedikkan bahunya, lalu duduk disebuah kursi disamping Huang Renjun.
"Sesuai janjiku, aku kesini akan memperkenalkan budak baruku. Bagaimana? Bukankah dia cantik?" Ujar Haechan dengan nada tenangnya.
Tidak! Bagaimana bisa dia memperkenalkanku sebagai budaknya? Dan dia menyebutku cantik? Bukankah selama ini dia selalu menyebutku jelek?!
Brak!
Aku terkejut ketika Huang Renjun menggebrak meja itu, seolah tak peduli jika makanan dan minuman yang berada diatasnya tumpah.
"JADI KAU MENGHIANATIKU, HAECHAN?!"
"Astaga tenanglah, Huang. Aku belum selesai bicara."
Ada apa ini? Mengapa aku tidak mengerti?
"Kukira kau adalah teman baikku, ternyata kau sama saja seperti yang lainnya!"
Huang Renjun bangkit dengan segala emosi yang membara dalam dirinya, tatapan tajamnya menatap Haechan seperti ingin memakan lelaki itu hidup-hidup. Lalu Huang Renjun pergi begitu saja.
Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa aku tidak mengerti?
"Huang Renjun, tunggu..!"
Aku memutuskan untuk mengejarnya. Hingga aku berhasil meraih lengan kekar itu dan mencegah pemiliknya untuk melanjutkan langkahnya.
"Maafkan aku..."
Huang Renjun menoleh, dia menatapku dengan datar. "Untuk apa kau meminta maaf padaku?"
"Kau marah. Jangan marah, Huang."
Lelaki itu menghela nafas kasar, "Ini bukan salahmu. Lepaskan aku dan kembalilah pada tuanmu." Ucapannya teramat ketus, membuatku semakin merasa bersalah.
Aku menoleh, melihat Haechan yang masih duduk dengan tenang menonton adegan kami seperti sebuah film. Ah, sebenarnya apa yang direncanakan lelaki berkulit tan itu?!
"Tapi, Huang... Dia bukan tuanku, aku--"
"Cukup, Anna. Biarkan aku menenangkan diriku." Huang Renjun memotong perkataan ku. Bahkan lelaki itu melepas paksa lengannya yang sejak tadi aku genggam.
Setelahnya, lelaki itu pergi tanpa sempat aku tahan.
Sial.
Aku berbalik dan menghampiri Haechan yang terkekeh.
"Apa maksudnya ini, Haechan. Mengapa Huang Renjun marah? Dan mengapa kau memperkenalkan ku sebagai budakmu?!"
Alih-alih menjawab, lelaki itu malah tertawa renyah membuat diriku semakin naik pitam.
"Hahaha... Aku hanya ingin mengujinya."
"Menguji apa maksudmu?!"
"Duduklah, Anna. Biar ku ceritakan semuanya."
Dengan tatapan datar, aku duduk dengan terpaksa didepan lelaki itu. "Jelaskan."
"Begini, jadi saat itu aku bercerita kepada Renjun jika aku ingin memiliki seorang budak untuk membantuku menggagalkan rencana pertunanganku dengan seorang gadis. Lalu Renjun mengajakku ke sebuah club' untuk melihat-lihat gadis yang ku inginkan. Namun yang kita lihat adalah kau yang sedang bermesraan dibawah lampu disko dan lagu yang keras bersama gurumu..."
"... Aku melihatmu untuk pertama kalinya setelah aku diusir dari rumah. Dan ternyata kau masih saja jelek."
"Berhenti menyebutku jelek, Haechan!"
"Hahaha... Baiklah-baiklah. Lalu aku melihat Renjun seperti sedang menahan amarahnya. Aku bertanya padanya, apa dia mengenal gadis itu dan Renjun menjawab, dia bilang kau adalah orang yang dicintainya. Dia terlihat marah, dan malam itu dia minum sampai lima botol. Terpaksa aku harus membawanya ke apart ku karena orang tuanya tidak pernah mengizinkan anak itu mabuk."
Oke, baiklah. Aku paham mengapa Huang Renjun marah ketika mendengar bahwa aku adalah budak Haechan. Dan Huang Renjun tahu jika aku akan dijadikan kekasih bohongannya untuk membatalkan sebuah pertunangannya. Tunggu... Pertunangan? Apa lagi ini?
"Jadi kau mengerti sekarang mengapa anak itu marah? Dia tidak tahu jika kita adalah saudara kembar."
"Dia... cemburu..?"
"Ya."
"Mengapa kau membuatnya marah seperti itu? Jika dia tidak ingin menemui ku lagi bagaimana?! Dasar Lee bodoh!"
"Kau mengatai dirimu sendiri? Margamu juga Lee, dasar jelek. Lee Anna jelek, aku tidak mau memiliki saudara sepertimu!"
Haechan berbicara dengan nada seperti anak kecil. Aku terkekeh mendengarnya, ternyata Haechan tidak berubah. Dia tetap menjadi Donghyuck yang menyebalkan, huh!
"Hyuckie nakal."
Ucapanku membuat lelaki itu tertawa. Sungguh, aku merindukanmu Haechan. Aku tidak mengerti mengapa ayah memisahkan kita kala itu. Haechan, bisakah kau memberikan sedikit kebahagiaan untukku?
.
.
.
.Huang Renjun
.
.
.Lee Haechan
.
.
.
.See you next chapter 🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Home [ft. Huang Renjun]
Fanfiction"Jika aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, apa kau akan menerimanya?" "Maafkan aku, Huang..." "Tak apa, aku akan menunggumu. Sampai bertemu di lain waktu." ------ () Bahasa baku! () Sudut pandang orang pertama! () Setiap chapter pendek! karena ini...