[ Chapter 14 ]

13 9 7
                                    

"Terimakasih sudah menerimaku kembali menjadi temanmu, Huang."

Huang Renjun menoleh ke arah ku yang tengah tersenyum. Tak bisa menahan rasa bahagiaku, karena semakin hari lelaki ini semakin bersikap manis padaku.

"Kau sudah mengatakannya berulang kali, Anna."

Aku terkekeh, memang benar. Sejak tadi aku mengucapkan kata yang sama. Itu membuat Huang Renjun marah, tidak ku sangka jika lelaki ini mudah sekali terbawa emosi. Untung saja dia tidak pandai berkelahi, jika Huang Renjun pandai berkelahi, hancur sudah.

"Aku sangat bersyukur. Sekarang hidupku sedikit lebih tenang dan bahagia."

"Itulah hasil dari kesabaranmu, Anna. Makanya kau jangan pernah berpikir untuk bunuh diri lagi, hidupmu itu masih panjang. Kau masih bisa merubah cita-cita mu."

Aku mendongak, menatap langit biru yang cerah dengan awan putih yang menghiasi. "Benarkah?"

Hm.. jika membicarakan mengenai cita-cita, sebenarnya akupun tak tahu. Aku tak pernah memikirkannya, karena yang aku pikirkan hanyalah bagaimana cara hidup dengan damai dan bahagia.

Sederhana, namun sulit untuk diriku yang memiliki banyak masalah, entah apa salahku dimasa lalu sehingga aku ditakdirkan menjadi seperti ini.

"Tentu saja, sekarang aku tanya padamu. Apa yang ingin kau gapai saat ini?"

Pertanyaan itu membuatku mengalihkan pandangan, aku kembali menatap Huang Renjun.

"Aku ingin menjadi manusia yang layak untuk selalu hidup bahagia."

Aku melihat Huang Renjun yang mengernyit heran setelah mendengarkan jawabanku.

"Semua orang pun ingin hidup bahagia Anna, namun siapa sangka jika kebahagiaan dan kesedihan itu selalu berdampingan--" Huang Renjun tersenyum menatapku, menari pundakku untuk merapat ke arahnya.

"--Hidup ini berputar Anna, setelah bahagia akan ada kesedihan. Setelah kesedihan akan ada kebahagiaan. Ada kalanya kita berada diatas, dan ada kalanya kita berada dibawah. Dan.. semua itu sudah diatur oleh Tuhan, yang perlu kita lakukan hanyalah menerima takdir dengan lapang dada."

Aku terdiam setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Huang Renjun. Mencoba mencerna setiap kata yang terucap.

"Jadi, Lee Anna.. Apa yang ingin kau gapai?" Lagi, Huang Renjun tersenyum ke arahku. Namun kali ini senyuman itu lebih lebar dari sebelumnya.

Aku yang masih berfikir tak langsung menjawab pertanyaan itu.

"Emm... Bagaimana denganmu?" Tidak sanggup menjawab, diriku lebih baik bertanya terlebih dahulu. Kira-kira apa yang ingin digapai oleh pemuda cerewet yang berada disampingku ini.

"Sederhana. Aku ingin menggapai mimpi-mimpi ku."

Hah?

Huang Renjun terkekeh melihat ekspresi heranku. Jemari itu mencubit hidung mungilku dengan gemas. Membuat diriku mendelik ke arahnya.

Namun siapa yang menyangka si pemuda Huang itu malah memelukku sangat erat, hingga rasanya aku akan mati akibat kekurangan pasokan udara.

"Kau sangat lucu, Anna." Tidak heran aku menyukai gadis seperti dirimu.

"Aaaaaa.. Huang! Aku tidak bisa bernafas!" Diriku berteriak sembari mendorong dada bidang Renjun.

"Akan lebih baik jika kau menjadi kekasihku."

Deg!

Seketika aku menghentikan tindakanku. Kepalaku mendongak menatap Huang Renjun yang juga tengah menatapku.

"Kau sedang melucu?"

Huang Renjun terkekeh, "Tentu saja."

Bugh!

Aku melayangkan sebuah pukulan pada perut lelaki itu, membuat lelaki itu melepaskan pelukannya dan refleks memegangi perutnya.

"Itu tidak lucu, Huang!"

Aku bangkit dan hendak berlari meninggalkan si Huang cerewet Renjun yang masih menahan sakit, mungkin.

Apakah pukulanku sesakit itu hingga membuat wajah Huang Renjun memerah?

Sial, aku jadi merasa bersalah saat ini.

"Huang kau tidak apa-apa...?"

Huang Renjun tak menggubris, lelaki itu memejamkan matanya.

"Kau harus tanggung jawab, perutku sakit sekali."

"M-maaf kan aku, aku tidak bermaksud menyakitimu.."

Bagaimana ini?



"Belikan aku sosis bakar agar aku memaafkan mu."

Plak!

"Laki-laki sialan, kau!"

Dengan perasaan kesal, setelah aku memukul pundaknya dengan keras, aku berlari meninggalkan Huang Renjun. Tidak peduli lagi padanya. Aku sudah kesal.

Huh, ternyata seperti ini rasanya dijahili oleh teman?


"AHAHAHAH.. Hey kau tak boleh mengumpat seperti itu, Anna. Tunggu aku!!"


°°°°°

Ceklek!

Aku membuka pintu rumahku setelah asik bermain ditepi pantai dengan Huang Renjun tadi. Diriku melangkah memasuki rumah dengan santainya.

"Darimana saja kau?!"

Deg!

"A-ayah..?"

"Mengapa Tuan Jaehyun sudah tak mengirim uang padaku?!"

"A-aku sudah tidak bekerja padanya..."

Plak!

Pranggg!!









Baru saja diriku bersyukur pada Tuhan karena telah diberi sedikit kebahagiaan. Sekarang, kesakitan itu sudah datang kembali.

.
.
.
.

Huang Renjun

Vibe bujang China nya kerasa banget euy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vibe bujang China nya kerasa banget euy..

Kiw Koko Injun :v

.
.
.
.

See you next chapter 🌱

Back To Home [ft. Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang