[ Chapter 19 ]

6 5 1
                                    

"Jadi... Ini tempat tinggalmu?"

"Ya, disini aku tinggal."

Aku melihat-lihat sekeliling ruangan apartemen yang mewah. Sangat indah, sungguh.

"Sebenarnya kau kemana waktu ayah mengusirmu?"

"Ingin ku ceritakan?"

Aku mengangguk.

"Baiklah, kita cerita di kamar saja."

Aku mengikuti Haechan yang berjalan ke arah pintu berwarna putih, membukanya dan memasuki ruangan itu. Ah, sangat rapi dan bersih. Berbeda dengan Haechan kecil yang isi kamarnya dipenuhi dengan mainan berserakan dimana-mana.

"Jadi...

.....

"DONGHYUCK, APA YANG KAU LAKUKAN?!!"

Ayah menarik lengan Haechan kecil dan membawanya ke tepi kolam. Sedangkan ibu menghampiri Anna yang sudah mengambang tak sadarkan diri.

"Mas, Anna tidak sadarkan diri!" Pekik sang ibu sembari mendekap tubuh Anna.

Sementara ayah menatap Haechan dengan tatapan tajam. "Lihat apa yang kau lakukan, Donghyuck! Kau ingin membuat saudaramu tak bernyawa hah?!!"

"A-aku tidak sengaja, ayah..." Nyali Haechan kecil saat itu menciut sepenuhnya ketika menatap wajah bengis ayah yang seperti ingin mencabiknya.

"Ayah tidak pernah mengajarkanmu menjadi anak nakal seperti ini!!"

Semua pengunjung yang berada disana melihat kejadian itu. Membuat Haechan semakin tak mempunyai keberanian. Tanpa sadar, air mata anak itu terjun membasahi pipi gembilnya.

"Hyuckie tidak tahu jika Anna jelek akan seperti itu. Hyuckie hanya bercanda, karena Hyuckie benci Anna."

Plakk!!

"Dia saudaramu, Donghyuck!!"

"MAS!"

Ayah refleks menoleh pada ibu setelah menampar pipi Haechan.

"Dia anakmu, Mas. Jangan seperti itu!!"

"AKU TIDAK MEMPUNYAI ANAK SEPERTI DIA. DIA BUKAN ANAKKU!!"

Sang ayah kembali menatap Haechan yang memegangi pipinya sembari menangis.

"Mulai detik ini, kau jangan pulang ke rumah. Pergi sejauh mungkin. Aku tidak mau melihat wajahmu lagi!"

Setelahnya ayah menghampiri ibu dan mengambil Anna yang masih tak sadarkan diri. Membawanya pergi meninggalkan ibu yang mematung dan Haechan yang menangis semakin kencang.

Ibu menghampiri Haechan dan memeluknya erat membuat tangisan anak itu semakin kencang. Tak peduli dengan pengunjung yang menonton semua itu.

"Maafkan ibu, Hyuckie. Maaf ibu tidak bisa membelamu."

"A-aku anak nakal, ibu tidak boleh membela anak nakal. Hyuckie akan pergi jauh, seperti yang ayah minta."

Haechan mengecup pipi ibu sedikit lama, "Hyuck sayang ibu." Dan setelahnya, anak itu berlari dengan tangisannya.

Berlari tak tentu arah, bermodalkan rasa sakit dan sesak. Tidak ada yang mempedulikannya, bahkan hingga malam hari.

"Hyuckie harus pergi jauh. Ayah tidak ingin melihat wajah Hyuckie. Hyuckie harus pergi jauh..." Kata itu terus terucap dari bibir mungil milik Haechan. Hingga anak itu lelah dan merasa jika penglihatannya mulai mengabur.

....

Aku terus-menerus menangis dalam pelukan Haechan ketika lelaki itu menceritakan semuanya. Tidak ku sangka ternyata Haechan juga melalui masa sulit seperti ku. Bahkan usia Haechan saat itu masih sangat kecil.

"Sudahlah bodoh. Bajuku basah akibat air matamu."

"Ish! Kau mengatai saudaramu bodoh?!"

"Itu belum seberapa. Masih banyak lagi kesulitan yang ku alami, bahkan aku mengalami trauma saat itu dan butuh waktu lama untuk menyembuhkannya."

Aku merasakan surai hitamku di usap pelan oleh sebuah tangan kekar, membuatku merasa nyaman. Namun lebih nyaman ketika Huang Renjun yang melakukannya. Ah, tidak, maafkan aku Haechan tapi itu sebuah kenyataan.

"Kita setimpal, Anna."

Aku mendongak menatap wajah Haechan yang teramat dekat, "Maksudmu?"

"Ayah... Apa yang dilakukan ayah pada kita."

"...Kau benar, Haechan."

"Jadi, kau masih ingin tinggal di rumah neraka itu?"

"Sudah lama aku ingin pergi, namun.. dia tetaplah ayahku. Aku tak tega meninggalkan dia sendirian."

"Aku menghabiskan setengah tabunganku untuk menyelmatkanmu dari bajingan itu. Kau masih saja menyebutnya ayah, dia itu iblis, Anna!"

"Mengapa kau ingin menyelamatkanku?"

"Karena aku membencimu!"

Aku terkekeh, dia selalu bilang jika dia membenciku. Namun aku mengerti, dibalik kebencian itu ada rasa peduli terhadap ku. Haechan, aku juga membencimu.

Haechan kembali memelukku dan menenggelamkan wajahku di dada bidangnya. Mengusap surai hitamku membuat mataku terpejam merasakan ketenangan.

"Aku berbohong. Aku menyayangimu... Anna cantik." Bisikannya teramat pelan, namun terdengar jelas ditelinga.

"Aku merindukanmu, Hyuckie..."

Tok! Tok! Tok!

"HAECHAN, BUKA PINTU KAMARMU ATAU AKU AKAN MENDOBRAKNYA!! JANGAN PERNAH BERANI KAU MENYENTUH ANNA-KU!! YA! LEE HAECHAN BUKA PINTUNYA!"

"Ahh... Anna kau sangat pandai dalam bermain..."

"YA! LEE HAECHAN!!"

Haechan, kau masih saja jahil dan suka bercanda. Kau tidak berubah.

.
.
.
.

Huang Renjun

Huang Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Lee Haechan

Lee Haechan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

See you next chapter 🌱

Back To Home [ft. Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang