"Semalam kau berjanji padaku bahwa kau akan sekolah, aku menunggumu tapi kau tak kunjung datang. Saat ini aku marah padamu, kau tahu di sana aku digoda oleh adik kelas centil!"
Aku tersenyum mendengar ocehan itu, dasar lelaki ajaib!
"Tadi pagi hujan. Aku asik main hujan ditengah jalan hingga lupa jika aku ada janji denganmu. Lihat, seragamku saja masih basah."
"Setidaknya kau hubungi aku! Agar kau tidak sendirian. Kau seperti gembel hujan-hujanan sendirian ditengah jalan."
"Kau mengataiku gembel?!"
Kurang ajar! Lelaki itu baru saja menyebutku gembel? Sepertinya lelaki itu ingin aku tendang.
Dengan sengaja aku mendorong bahu si Huang menyebalkan itu, biar saja lelaki itu terjatuh dari atas rumah pohon yang tinggi. Biar tahu rasa! Huh, aku seperti psikopat.
"Hei, kau ingin aku jatuh hah?!"
"Aku akan menertawakanmu jika benar-benar jatuh dari atas pohon."
"Gadis nakal!"
Ah, aku terkejut ketika lelaki itu menggelitiki perutku!
"Huang Renjun, ini geli!"
Lelaki itu menghiraukan ucapan ku, dirinya malah semakin gencar menggelitiki perutku, aku sudah lelah tertawa menahan geli.
"Cukup, Huang. Aku akan benar-benar mendorongmu hingga terjatuh!" Ucapku disela-sela tawa itu yang akhirnya membuat si Huang menghentikan aksinya.
"Ish, sekarang siapa yang nakal? Laki-laki bawel!"
"Hei, berhenti mengatakan bahwa aku laki-laki bawel!"
"Tapi itu kenyataannya Huang!"
"Ku rasa laki-laki imut lebih pantas sebagai panggilanku!"
"Apa aku tidak salah dengar?"
Tingkat kepercayaan dirinya terlalu tinggi membuatku ingin tertawa kencang, namun itulah Huang Renjun selalu bawel, percaya diri, dan...
Dan apa?
Dan tampan, hehehe..
Dengan perlahan aku membaringkan tubuhku diatas ubin kayu yang basah, entah pelakunya itu hujan atau pakaianku. Menatap atap rumah pohon yang dibuat dari jerami kering. Memejamkan mataku menikmati semilir angin sejuk.
Bukan kah angin setelah hujan itu begitu menenangkan? Itulah yang aku rasakan.
Aku kembali membuka mata, menoleh ke samping untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh si Huang.
"Kau sedang apa, Huang?"
Lelaki itu tak menjawab, entah apa yang dilakukan olehnya. Yang aku lihat lelaki itu sedang menulis sesuatu menggunakan spidol berwarna hijau tua.
"Huang Renjun dan Lee Anna adalah satu."
Aku mengernyit mendengar gumaman kecil lelaki itu, apa yang sedang dilakukannya?
"Selesai!" Seru lelaki itu, dirinya menoleh ke arahku dengan senyuman khasnya.
"Kau menulis apa?"
"Lihat kemari."
Aku segera bangun, karena rasa penasaranku lebih mendominasi daripada rasa sakit dibagian bawahku. Dan seketika rasa lelah ku hilang begitu saja ketika melihat hasil karya si lelaki Huang.
Aku tersenyum melihatnya,
Aku mengetahui bahwa Huang Renjun terkenal karena kebolehannya dalam hal seni. Lelaki itu selalu mendapatkan pujian atas apa yang ia lukis ataupun ia gambar.
Dan gambar itu, gambar itu sangat indah meskipun hanya menggunakan spidol berwarna hijau diatas yang digambar disebuah kayu yang sedikit usang.
"Mengapa kau menggambar itu?"
Si Huang lagi-lagi tersenyum ke arahku, "Aku hanya ingin kau dan aku selalu bersama. Jika kau merasa kesepian, kau harus menemui ku. Aku adalah kekosongan mu Anna." Ucapnya lembut.
Aku tersenyum mendengar penuturan manis lelaki itu, mengapa dia menjadi romantis seperti ini? Aku jadi takut terjatuh terlalu dalam padamu Huang.
Aku tidak ingin itu terjadi,
Karena aku wanita kotor.
Sedangkan kau?
Lelaki sempurna yang selalu dipuja.
"Jangan tinggalkan aku, Huang. Apapun yang terjadi. Kau ingin berjanji padaku?"
"Ya, aku berjanji padamu. Aku tidak akan meninggalkanmu sekalipun seluruh dunia membencimu."
Ku harap lelaki ini benar-benar tulus atas janjinya.
.
.
.
.Huang Renjun
"Ku rasa laki-laki imut lebih pantas untuk sebutan ku."
Huang imut Renjun
.
.
.
.See you next chapter 🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Home [ft. Huang Renjun]
Fanfiction"Jika aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, apa kau akan menerimanya?" "Maafkan aku, Huang..." "Tak apa, aku akan menunggumu. Sampai bertemu di lain waktu." ------ () Bahasa baku! () Sudut pandang orang pertama! () Setiap chapter pendek! karena ini...