prolog

967 42 1
                                    

hari sabtu malam yang dingin, jeno bersama jaemin berada di sebuah restoran yang tidak terlalu jauh dari kantor untuk menunggu seseorang yang sangat ingin ia temui hari ini. jaemin juga tidak tahu siapa yang akan di temui teman kerja nya itu.

lee jeno adalah anak dari pembisnis yang sekarang perusahaan ayah nya itu di ambil alih oleh nya. jaemin adalah sekretaris nya yang akan ikut kemana pun jeno pergi. na jaemin juga teman semasa kecil jeno, karna itu jeno sudah sangat benar benar mempercayai nya.

sudah hampir 30 menit jaemin dan jeno menunggu kedatangan yang entah tidak di ketahui jaemin siapa orang nya itu. mungkin orang penting bagi jeno? pantas saja jeno mau menunggu seseorang sampai selama ini, bahkan minuman yang ia pesan sedari tadi pun sudah sisa setengah.

"berapa lama lagi mau menunggu?" akhirnya jaemin membuka suara, benar benar mulut nya terasa sangat kaku hanya berdiam menatap jeno entah apa yang ia pikirkan sekarang.

"sebentar lagi"

suasana restoran malam ini yang lumayan ramai oleh pengunjung yang terus berdatangan. jeno harap orang yang ingin di temui nya dapat menemukan meja nya di paling ujung.

sekarang hanya hening di antara kedua nya.

"jeno? sorry gue baru datang, tadi macet banget waktu di jalan" tanpa sepengetahuan jeno atau pun jaemin, seorang lelaki bertubuh tinggi yang langsung duduk di bangku sebelahan dengan jeno.

jeno hanya tersenyum sedikit memaklumi alasan teman nya itu karna datang telat. pantas saja, malam minggu jalanan pasti ramai orang berlalu lalang mencari tempat yang pas untuk menikmati malam ini.

"hai bro, kenalin gue mark lee sepupu nya jeno" lelaki yang berbicara di depan jaemin itu langsung menyodorkan tangan ke arah nya. tanpa babibu, jaemin langsung menerima jabatan tangan dari lelaki yang duduk di hadapan nya itu.

"na jaemin"

jeno menaruh kembali gelas kopi nya di atas meja nya "akhir akhir ini lo keliatan sibuk banget deh mark ngapain aja?"

"biasa, kerjaan gue numpuk" mark menyahuti dengan santai.

mark lee adalah rantauan dari canada dan berkerja sebagai jaksa. nama mark lee sudah di kenal luas oleh banyak orang di kota seoul sebagai pengacara yang biasa menangani kasus-kasus artis papan atas.

"kasus? kasus apa?" jaemin kini bersuara.

"banyak si, tapi yang paling banyak kasus narkoba" jaemin dan jeno saling bertatap menyakin kan apa yang mark baru saja katakan ini.

mark yang langsung sadar ekspresi teman nya itu langsung tertawa. "ah, udah biasa sekarang mah. nyari kerjaan susah, bahkan kebanyakan yang ketangkep itu kurir nya, bukan pemakai nya"

mereka bertiga tertawa kaku mendenger hal ini "mungkin keadaan yang maksa buat ngelakuin kayak gitu, asli nya kalo ada hal yang lebih baik lagi pasti mereka ga akan lakuin itu" jeno bersuara, jaemin hanya mengangguk setuju atas seruan dari jeno.
        

~•~•~

"isi nya apa si?" ucap sanha salah satu teman dekat eric yang sedang mengangkat beberapa kardus untuk di masuki ke dalam mobil box yang ia tak tahu apa isi di dalam nya. sedikit curiga kepada eric, tapi tetap sanha menghilangkan pikiran yang bukan bukan.

"ada deh, gak penting juga buat lo" santai eric

hanya sedikit tanggapan eric dan sanha tambah curiga dengan isi dari kotak yang sudah tersusun rapi di dalam mobil box milik eric. awal nya sanha tidak menyangka kalau eric sudah mendapat pekerjaan. karena, beberapa bulan yang lalu eric selalu cerita kalau ia tidak dapat di terima di pekerjaan manapun untuk membiayai kehidupan nya sendiri di kota.

akhir nya eric bercerita lagi jika ia sudah menjadi pengantar paket dan tidak selalu menetap di kota. sanha ikut senang mendengarkan sahabat nya bercerita itu, namun kejanggalan datang di malam yang sunyi ini.

tak lama dari itu, eric mendekat ke arah nya dan menepuk pundak kanan sanha "makasih ya ha, gue bakalan sering ngabarin lo lagi kok"

eric lalu tersenyum kecil dan langsung masuk ke dalam mobil nya, mobil nya pun perlahan berjalan di jalanan gelap dan sepi itu.

lagi dan lagi sanha masih memikirkan apa isi dari kardus yang sudah di bawa jauh entah kemana oleh eric, tidak bermaksud untuk berfikir yang bukan bukan. hanya saja, sanha terlalu khawatir sesuatu yang akan menimpa eric di kemudian hari.

"apasih, udah malem ada aja pikiran negatif nya"

sanha masih mematung di tepi jalan itu. tanpa pikir panjang sanha berbalik arah menuju kontrakan nya dan melupakan apa yang terjadi pada nya malam ini.

DEFEAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang