06.

239 23 0
                                    

suara tertawa terbahak-bahak terdengar dari meja di sudut ruangan. mark memasuki cafe yang sudah di tentukan oleh teman nya untuk datang, hanya sekedar berbincang santai saja.

mark tersenyum lebar jika ia mengetahui jika jeno yang sedang tertawa gembira itu. mark rasa, semenjak om donghae pergi, sikap jeno jadi berubah drastis. namun, mungkin tidak jika ia sedang bersama teman-teman nya sekarang.

"mark lee, apa kabar?" kalimat ini terucap oleh haechan dengan raut wajah senang melihat mark yang sudah kembali dari rantauan nya itu.

"gue sehat chan, lo gimana?" mark mulai menduduki kursi yang kosong di sebelah haechan. "baik-baik aja kok" haechan mengutarakan senyum lembut nya kepada mark yang membuat mark gemas sendiri melihat tingkah laku yang lebih muda ini.

oh iya, di meja sana berada renjun, haechan, jeno, juga jaemin. mereka adalah teman dekat selama masih sekolah dan mark ini adalah kakak kelas mereka, ya lumayan dekat juga karena jeno bersepupuan dengan mark.

semenjak mereka lulus, tidak ada waktu untuk sekedar berbicara santai mengenai jalan hidup yang mereka pilih setelah lulus dari sekolah. sebenarnya beberapa kali pernah bertemu sesaat masih menyandang status sebagai mahasiswa, namun tidak pernah selengkap ini. mungkin memang sudah saat mereka bertemu hanya sekedar bertukar kabar?

haechan sedikit bercerita tentang pekerjaan nya akhir-akhir ini. haechan adalah guru di sekolah dasar, awal nya haechan di suruh untuk melanjutkan karir nya di bidang entertainment yang akan di bantu oleh ayah nya. tetapi haechan menolak nya mentah-mentah dan bilang ingin bekerja sendiri tanpa bantuan lagi dari kedua orang tua nya itu.

ia terus bercerita hal-hal yang mencengangkan semenjak ia mengajar itu. "gue kayak jadi ayah dadakan buat mereka, buat bersihin ingus mereka juga bakalan gue lakuin" haechan bercerita begitu antusias. membuat gelak tawa dari sang pendengar ceritanya.

tanpa jeno ketahui, sedari tadi renjun terus memperhatikan perilaku jeno.

"gini dong jen, senyum lagi" ucap renjun membuat semua mata menuju pada jeno yang masih membayangkan bagaimana jadi nya haechan mengelap ingus dari anak-anak kelas 1 sd?

jaemin merangkul pundak jeno. "jangan di inget yang sedih nya terus, sekarang kan ada kita jen" ucapan jaemin terasa menenangkan bagi jeno. benar apa kata jaemin. yang lalu biarlah berlalu, jalan lah sekarang yang sedang berada di hadapan.

siapa yang tidak terpukul atas kepergian ayah nya empat tahun yang lalu? itu juga di saat jeno masih bersekolah tingkat akhir dan sedang menuju persiapan untuk masuk universitas. rasa hancur nya masih berasa sampai sekarang. meninggalkan nya sendirian.

untungnya ada keluarga jaemin yang membantu mengurus jeno sampai ia menyelesaikan perguruan tingginya itu. umur jeno masih jauh untuk memegang ahli waris perusahaan ayah nya sendirian. maka itu, keluarga jaemin membantu nya dalam mengelola perusahaan itu.

membuat jeno berhutang budi kepada jaemin beserta keluarga nya.

suasana tertawa berhenti sebentar sesaat ada pelayan datang menyajikan minuman yang mereka pesan sebelumnya.

"silahkan" hanya di balas anggukan oleh mark yang duduk di meja paling ujung. ia terus memandangi wajah serta bahu yang beranjak menjauh dari meja mereka.

renjun melirik sendikit ke arah mark yang mengerti akan hal yang mereka bicarakan kemarin. mark dan renjun sudah beberapa kali menangani kasus yang sama, mungkin saat nya lagi mereka memulai memberantas kasus yang baru ini.

renjun bisa di sebut sebagai tangan kanan polisi yang biasanya menyelidiki kasus-kasus yang sulit terungkap. bisa juga di bilang intel mata-mata karena ia jarang sekali memakai seragam lengkap nya ketika bertugas.

mark memang sudah tahu target nya ini, ia hanya sedang menunggu renjun beraksi dengan teman-teman nya yang lain. mark juga tahu adik jeno, kata bunda mark tidak di perbolehkan membicarakan ini kepada siapa pun.

"ren?"

"hm"

mark menyudutkan mata nya ke arah pelayan tersebut yang sudah berjalan menjauh menuju dapur. "iya, udah di atur jadwal nya" ucap renjun santai.

haechan, jeno, dan juga jaemin yang sedang berbincang tadi ikut penasaran apa yang sedang di katakan kedua teman nya ini. ah, sudahlah lupakan saja.

"gue rasa hidup lo ada kemajuan deh, nggak murung terus" haechan asal jeplak ucapan nya sesaat ia merasa sekarang jeno lebih terbuka, bahkan ia menceritakan hal-hal yang tidak terlalu penting untuk di ceritakan. juga senyum jeno lebih memancar terang sekarang.

jeno yang merasa terpanggil memalingkan wajah ke haechan. "ah nggak kok, gue gini-gini aja" jeno sedang memikirkan perubahan apa yang ada di tubuh nya? atau mungkin sikap nya.

saat awal-awal jeno kehilangan donghae, dari raut wajah nya berubah. yang dulu ceria sekarang hanya wajah datar untuk menanggapi suatu hal. jaemin saja di cuekin oleh nya, jaemin juga mengerti apa yang sekarang ia rasakan maka itu ia terus memberikan ruang untuk jeno menyelesaikan masalahnya sendiri.

empat tahun berlalu, jeno sudah menerima bagaimana takdir yang harus ia jalankan sekarang. "tanpa melihat ke belakang, gue harus terus jalan" ucap jeno setiap malam.

senyum yang dulu sudah memancar kembali, mungkin membuktikan jika luka nya sudah menyembuh? hanya jeno yang tahu.

DEFEAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang