05.

260 26 0
                                    

dua orang pemuda laki-laki baru saja keluar dari sebuah rumah makan lesehan yang tak jauh dari kediaman mereka berada. mereka telah memasuki mobil lalu mobil berjalan perlahan.

"beh bang, enak banget makan disana. perut gue mau meledak rasanya" ucap dari haechan yang terduduk di kursi penumpang mobil yang dibawa oleh kakak laki-laki nya.

"perut lo dari karet ya? sebanyak itu lo makan" haechan tergelak mendengar hendry berucap. memang benar, perut nya adalah perut karet yang bisa melar jika makanan terisi.

di dalam mobil mereka hanya berbincang santai, sesekali menatap jalanan yang sekarang sudah sepi dari kendaraan yang berlalu lalang. jam sudah menunjukan tepat pukul 23.00 malam, pantas saja.

perbincangan mereka terhenti sesaat melihat anak laki-laki masih lengkap mengenakan pakaian seragam nya mengayuh sepeda dengan cepat. entah karena apa anak laki-laki itu terjatuh dengan sendiri nya di dekat mobil yang hendry kendarai. sontak mereka berdua turun dari mobil lalu menghampiri anak itu.

benturan kepala yang terkena trotoar pasti sangat keras sehingga anak itu tidak tersadarkan diri. mata haechan terlihat di pergelangan tangan kiri anak itu banyak sekali goresan yang disengaja. lengkap dengan darah yang mengalir segar membuah haechan di landa ke panikan luar biasa.

sedari tadi haechan berada di depan kamar milik nya, menunggu anak itu tersadar dari pingsan nya. malam telah berganti pagi, haechan mengetuk kamar nya lalu terpampang jelas anak itu sudah membuka kan mata dengan perasaan bingung serta takut.

"aku mau pulang" haechan menahan anak di depan nya agar tidak turun dari ranjang kasur.

"eits, kamu bersih-bersih aja dulu. udah gue siapin baju disini kamar mandi nya disana" haechan menunjukan kamar mandi yang berada di pojok ruangan itu. anak di hadapan nya hanya mengangguk iyakan.

haechan keluar dari kamarnya dan berjalan ke lantai bawah melihat hendry yang sedang memanggang roti. bau roti yang baru di panggang menyengat memasuki hidung haechan, membuat perut nya lapar dan menunggu hendry selesai memanggang roti nya.

"dia udah bangun?"

"udah" haechan mulai memakan roti yang berselai kan coklat kacang di atas nya.

"gue masih ga habis pikir deh, kok bisa sih dia malem-malem masih di jalanan? orang tua nya kemana sih ga jelas banget" hendry mengucapkan kata-kata itu yang mungkin masih bertengker di kepala nya. meminta seseorang dapat menjawab semua pertanyaan nya.

"lagi ada masalah mungkin sama keluarga nya, kan kita nggak tau apa yang dia jalani sekarang bang" haechan menyakinkan hendry agar tidak menanyakan hal-hal sensitif pada anak yang baru ia temui tadi malam.

hendry mengangguk iya kan paham.

langkah kaki terdengar menuruni tangga dengan perlahan. sudah di pastikan siapa yang akan datang.

"sini, sarapan" haechan bangun dari duduk nya dan mengantarkan nya untuk duduk di samping nya. hendry yang di depan alat pemanggang roti hanya terdiam menyelesaikan kegiatan nya untuk sarapan anak ini.

haechan mengoles perlembar roti dengan selai coklat kacang yang berada di atas meja makan. lalu memberi dua potong roti di hadapan anak yang masih bingung dimana kehadiran nya berada?

"ngga usah, aku mau pulang aja" lagi dan lagi haechan menahan kembali tangan anak itu agar tetap duduk di kursi sebelah nya. "sarapan dulu, nanti kita antar kamu pulang kok" haechan berucap lembut menyakinkan anak itu kalau mereka tidak akan berbuat hal-hal yang tidak di inginkan.

anak itu mulai perlahan melahap roti bakar yang ada di hadapan nya sekarang. jujur, setelah sekian lama ia memakan roti bakar kembali. biasanya ia akan makan nasi jika ada.

satu pertanyaan terlontar dari hendry yang memecahkan keheningan di antara ketiga nya. "nama kamu siapa?" hendry menarik satu kursi yang duduk berhadapan langsung dengan orang yang baru saja di tanyakan nya.

"choi beomgyu, aku beomgyu"

hendry dan haechan mengangguk "kamu tinggal dimana beomgyu?"

beomgyu terdiam sebentar "panti asuhan"

deg

jadi ini jawaban atas pertanyaan yang mengebu ngebu di kepala hendry? hendry tidak menyangka apa yang di katakan anak tadi barusan. haechan yang menyadari perubahan raut wajah hendry pun menendang kaki nya dari bawah kolong meja.

"beomgyu masih punya orang tua?"

beomgyu menggeleng pelan "aku nggak tau, dari kecil aku di besarin disana. pengurus panti juga nggak pernah cerita aku berasal dari keluarga mana"

blus

sekarang haechan memahami kenapa keadaan beomgyu semalam sangat kacau, karena kurang nya kasih sayang. haechan juga berfikir ada ya orang tua zaman sekarang yang tega nelantarin anak nya sendiri. kalau di rumah haechan ada bunda, pasti bunda nahan buat beomgyu tinggal di rumah saja. sayang nya bunda sedang pergi keluar kota.

haechan mengehentikan lamunan nya "di habisin ya" haechan menebar senyuman manis nya di hadapan beomgyu, beomgyu hanya mengangguk sembari tersenyum kecil.

jujur, mata beomgyu tidak bisa berbohong.

DEFEAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang