09.

238 22 2
                                    

kini, jeno berada di dalam ruangan kerja jaemin. tidak ada kegiatan setelah jam kerja nya usai, jeno hanya menunggu jaemin untuk mengantarkan nya pulang ke apartemen milik nya.

tidak ada percakapan di antara kedua nya. jaemin masih setia memandangi laptop di depan wajah nya. jeno tidak tahu apa yang sedang ia lakukan, padahal jam pulang kerja sudah lewat.

"na"

"hm?"

"anak yang kemarin kecelakaan itu gimana ya" jaemin memalingkan wajah dari laptop nya dan menatap jeno yang sedang melihat hirup pikuk nya ibu kota di saat malam hari. banyak sekali kendaraan berlalu lalang, terkadang membuat suara klakson yang riuh menusuk telinga nya.

jaemin pun ikut memikirkan keadaan anak yang sudah dua hari di larikan ke rumah sakit itu. bagaimana kabar nya sekarang? saat itu, keadaan sangat kacau sekali.

bus yang sudah kosong dari penumpang itu mendadak rem blong. untung nya saat itu, jalanan sudah sepi. tetapi naas nya sebuah anak terserempet dengan badan bus yang melaju dengan kecepatan tinggi. bus pun berhenti di saat sopir menabrakan nya ke arah pohon besar.

pikiran jaemin masih terbayang-bayang akan hal itu. melihat darah segar mengalir di kepala nya yang terbentur keras dengan trotoar beton. dan pasti nya, dengan badan bus yang keras.

"ayo ke rumah sakit" jaemin menutup laptop nya lalu membangunkan diri dari duduk nya. jeno menatap jaemin horor yang sangat terburu-buru melihat keadaan anak yang tidak sengaja di temui nya kemarin.

jeno teringat waktu ibu nya dengan satu orang anak laki-laki dengan jarak umur yang tidak terlalu berbeda jauh dengan nya. jeno tidak mengingat nya pasti wajah anak itu. yang jeno ingat. saat itu jeno masih berumur tiga tahun.

"kita makan dulu ya nanti baru lanjut main lagi" ucap taeyeon sembari menyuapi jeno dengan sop ayam buatan nya sendiri.


jeno mengangguk pelan. rasanya benar-benar nikmat jika makan di suapi oleh ibu nya ini. rasanya meningkat berlipat-lipat. jeno ingin merasakan nya lagi.

hanya sedikit memori yang ia ingat bersama ibu nya itu. sebelum kejadian, jeno yang di bawa pergi oleh ayah nya disaat ia berumur lima tahun. entah lah, jeno tidak tahu apa yang terjadi kala itu.

yang ia tahu pasti, mark ada disana bersamaan dengan tante -ibu nya mark- yang pasti tahu apa penyebab nya jeno harus pergi bersama ayah nya dan meninggalkan ibu beserta adik nya.

tepat di saat perjalanan menuju ke tempat yang entah jeno tidak tahu. mereka mengalami kecelakaan karena mobil ayah nya rem blong dan menabrak sebuah truk dengan muatan berat. kepala jeno terbentur dengan sangat keras dan sempat tidak sadarkan diri saat di larikan ke rumah sakit.

donghae menangis sesak di lorong rumah sakit yang mulai sepi. menatap anak nya dengan balutan perban yang menjalar di setiap inci jidat nya. dengan wajah kusut nya, donghae mulai mengelus setiap permukaan wajah jeno yang masih tertidur lelap.

entah bagaimana cara nya agar jeno kembali mengingat dirinya dan melupakan kata "ibu" dalam memori ingatan jeno.

pikiran jeno sangat kacau di saat dia melihat kembali lorong koridor tempat nya menangis. jeno dapat melihat dirinya menangis di ujung koridor, terduduk lemas dengan mata bengkak serta merah, seragam sekolah yang sudah sangat kusut itu.

lagi dan lagi, jeno belum bisa mengetahui kehidupan ibu nya serta adik nya. ayah nya tidak pernah menceritakan bahwa dulu jeno punya ibu, yang donghae katakan hanya ibu pergi sebentar lalu akan pulang.

"mana janji ayah?" jeno berucap di dalam lubuk hati nya sendiri.

jaemin yang sedari tadi menyadari kalau jeno selalu terbengong ketika melihat rumah sakit. jaemin tidak ingin melihat jeno yang mengingat keadaan kacau balau nya ia di rumah sakit lima tahun silam.

"jeno, jangan bengong ih" jaemin sedikit menggoyangkan bahu jeno agar jeno tersadar dari lamunan panjang nya. jeno yang menyadari nya hanya menggeleng-gelengkan kepala nya membuang semua ingatan pahit itu.

jaemin membuka knop pintu yang bertuliskan nomor "1027". terpampang jelas dengan alat-alat medis masih menutupi tubuh nya itu.

satu orang lelaki dengan wajah keheranan melihat kedua laki-laki di depan nya ini. "kalian yang bawa anak ini ke rumah sakit ya?"

jaemin dan jeno bertatap satu sama lain. "eh iya pak, saya jeno. ini jaemin" mereka saling menjabat tangan masing-maing.

"makasi ya udah bawa beomgyu ke rumah sakit" orang tua itu mengedarkan senyum nya yang di balas senyuman kaku dari jeno dan juga jaemin.

"om orang tua anak ini ya?" suara terpancar dari mulut jaemin yang penasaran keberadaan pria itu.

"oh bukan, saya pengurus panti yang ngurus beomgyu dari umur dua tahun" jaemin dan jeno langsung kicep mendengar jawaban dari orang yang lebih tua itu.

"beomgyu masih belum sadar, kepala nya terbentur kencang. juga, beomgyu kekurangan banyak darah" pria itu terduduk menatap beomgyu yang masih setia dengan tidur panjang nya.

jeno dan jaemin banyak berbincang tentang beomgyu yang masih menjalani sekolah tingkat akhir nya dan akan melanjutkan kuliah untuk menggapai mimpi nya.

mendengar hal itu, jeno dan jaemin sedikit kasihan. beomgyu di titip kan ke panti karena ibu nya sibuk bekerja untuk menghidupi diri nya.

jeno terdiam menatap beomgyu yang masih enggan untuk membuka mata nya. suara-suara alat medis yang menusuk telinga nya membuat jeno mengingat kembali disaat diri nya merasakan hal ini.

DEFEAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang