12.

175 20 0
                                    

siwon memasuki ruangan beomgyu dengan membawa satu plastik yang berisi buah beserta makanan lain nya. entah lah, hal apa yang membawa nya sampai ke depan wajah anak kandung yang 17 tahun ia menaruh nya di panti asuhan.

ia terduduk di kursi khusus untuk tamu. mengelus surai hitam sang anak yang sudah lama tak ia kunjungi. siwon tau kabar ini dari pengurus panti yang memberitahukan nya.

beberapa kali, kepala nya di hantui rasa bersalah yang mendera. bahkan ia berjanji, jika beomgyu telah menyelesaikan sekolah jenjang akhir nya ia akan membawa beomgyu untuk mendapatkan kehidupan yang baik.

dulu, siwon memutuskan untuk menaruh beomgyu ke dalam panti asuhan dan memberikan uang yang lebih kepada pengurus untuk biaya sekolah beomgyu di luar panti. karena, siwon benar-benar tidak bisa mengurus beomgyu yang masih bayi dan sudah di tinggal bercerai oleh taeyeon.

mungkin keputusan nya benar untuk bercerai? siwon tidak mau memikirkan kabar dari ibu beomgyu ini.

beberapa kali, ia mengecek keadaan beomgyu dari kejauhan. dan juga di saat beomgyu menerima raport, pastinya siwon selalu mengambil rapot beomgyu tanpa di ketahui oleh nya.

siwon berjanji dengan dirinya sendiri, untuk membawa beomgyu ke kehidupan yang lebih baik setelah ini. ia berjanji.

manik lembut itu enggan untuk membuka nya. sudah hampir dua minggu setelah kejadian yang membuat siwon kalang kabut. ia tahu, beomgyu mempunyai penyakit bawaan lahir dari nya yaitu penyakit jantung disaat beomgyu sakit di umur sepuluh tahun.

rasa bersalah siwon saat itu sangat lah besar. tetapi, ia tidak bisa melakukan apa-apa disaat itu. rasanya ia ingin mengutuk diri nya sendiri.

membayangkan anak laki-laki nya tumbuh dengan baik dengan senyum manis menghiasi wajah nya membuat siwon ingin mengubur diri nya hidup-hidup karna rasa bersalah nya belasan tahun silam.

setiap malam sepulang dari kantor ia terus mampir mengunjungi rumah sakit, berharap beomgyu sudah siuman dan meminta maaf kepadanya.

siwon menghembuskan nafas kasar nya dan memutuskan untuk pulang. rasa penyesalan nya sekarang semakin dalam ketika melihat beomgyu yang belum tersadar juga. kepala nya pusing ketika melewati lorong-lorong rumah sakit. sebenarnya belum terlalu larut namun rumah sakit sudah sepi dari orang-orang berlalu lalang.

"loh, papa?"

suara itu membuat siwon berpaling menengok ke arah belakang dan mencari sumber suara tersebut. jeno berlari kecil menghampiri siwon yang mematung sembari memijat pelipis nya.

"jeno? kamu ngapain disini?"

"habis jenguk temen jeno, papa kenapa? papa sakit?" jeno yang menyadari siwon yang terus terusan memijat pelipis serta area leher mendadak menatap yang lebih tua dengan sendu.

tatapan jeno di terima dengan cepat oleh siwon "papa ga sakit, papa habis jenguk anak papa"

sebentar, jeno terdiam di otak nya mencerna apa yang baru saja di dengar nya 'anak papa?' jeno tidak tahu jika ibu dan ayah nya ini mempunyai anak selain jeno dan juga eric. atau mungkin papa memang sudah mempunyai istri baru setelah lama bercerai? atau papa memang mempunyai anak setelah menikah dari ibu?

"jeno, papa mau bicara sama kamu"

siwon membawa jeno ke area taman yang tepat nya berada di belakang rumah sakit. angin malam menyisir rambut jeno yang membuat rambut nya menjadi berantakan. jeno hanya berpakaian santai ketika mendatangi rumah sakit, serta jaket nya tidak lupa.

sangat jarang sekali papa nya ini mengajak nya berbicara, bahkan bertemu saja hanya hitungan jari semenjak jeno memegang penuh perusahaan mendiang ayah nya.

jeno berjalan mengekori siwon yang memimpin dimana mereka akan berbicara. di saat itu juga, siwon menyiapkan diri untuk mengatakan apa yang sedang di cari-cari oleh jeno.

"kamu tau choi beomgyu?" jeno mautkan kedua alis nya lalu menggeleng pelan. "papa denger, kamu sama jaemin yang bawa beomgyu ke rumah sakit? apa itu bener?" lanjutnya.

jeno terdiam sebentar, mengingat kejadian yang sekitar dua minggu yang lalu. ia memang membawa anak sekolahan ke rumah sakit disaat anak itu kecelakaan, namun jeno benar benar tidak tahu siapa nama nya. jeno mengangguk iyakan ketika ia merasa bahwa itu dirinya.

"dia anak papa, satu ibu sama kamu dan dia adik kamu"

kedua nya hening entah apa yang dipikirkan oleh kedua pria dewasa tersebut. kini, yang terdengar adalah suara air jatuh dari pancuran yang berada di tengah taman serta kencang nya angin malam.

dada jeno benar benar sesak rasanya, ia ingin sekali marah tetapi ia harus menahan amarah nya di depan orang tua tiri nya ini.

siwon yang melihat jeno dengan mata yang berkaca kaca itu lantas mengusap rambut jeno sambil berbisik "beomgyu sekarang baik baik saja, kamu bisa jenguk dia besok"

jeno mendongak dengan mata yang bisa terbaca apa yang sedang dirasakan nya sekarang. mengapa orang orang menutupi ini dari nya? setidak penting kah diri nya? pertanyaan ini yang sedang berlayar di dalam benak jeno.

siwon merasa bersalah sekali lagi dengan anak tiri nya. karna ini, siwon berusaha untuk berkata jujur atas semua yang terjadi setelah jeno di bawa oleh donghae mendiang ayah nya.

mendengar papa nya menjelaskan semua nya. jeno hanya diam dan mengangguk. ada rasa yang tidak bisa di ungkapkan oleh nya. entah lah, jeno tidak tahu rasa apakah yang memendam di lubuk hati nya.

"kamu harus dateng ke lapas eric sebelum dia di jatuhi hukuman nya"

DEFEAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang