Terkadang,Perkataan seseorang membuatku Insecure, oke aku tersadar, aku memang memiliki banyak kekurangan, namun bolehkah? Kamu menjaga perkataan mu agar tidak menyakiti hatiku!Aku memang tidak menunjukkan rasa sakitnya didepan mu, namun ketahuilah didalam hatiku aku rapuh serapuhnya.
- Silvia lesyafi.Namun aku hanya satu tahun bersekolah di SDN RAPOJAWA, karena waktu itu aku harus pindah sekolah di Kalimantan Selatan. Aku pindah setelah aku oke menyelesaikan ulangan kenaikan kelas.
Aku menghela nafas " berat banget ya, meninggalkan tempat kelahiran" batinku.
Setelah Silvia pindah dikalimantan selatan, Silvia disekolahkan di sekolah “Madrasah ibtidaiyah negeri” disini Silvia mendapatkan banyak pelajaran, dari setiap waktu, menit, detik, bahkan dari setiap orangnya.
Orang tua Silvia menyekolahkan disekolah itu, karena ada banyak alasan, salah satu nya adalah karena sekolah itu lebih dekat dari rumah, dibandingkan sekolah lain-nya. Silvia-pun hanya mengikuti orang tua-nya.
16 Juni, Silvia masuk sekolah kelas dua, Silvia berjalan kesekolahan bersama ibunda dan tetangga-nya, karena tetangga Silvia mempunyai anak laki-laki seumuran ku jadinya aku mempunyai teman satu dari rumah.
Sesampai-nya Silvia disekolah, Silvia langsung diperkenalkan dengan teman-teman kelas 2 disana. Silvia kebingungan harus berkata apa, ia bahkan tidak bisa berbahasa Kalimantan, ia saja lahir dimakassaar.
Seseorang menghampiri Silvia, ia mengajak Silvia berkenalan,”hai Silvia” sambil mengulurkan tangannya kedepanku, lalu aku-pun mengulur-kan tanganku agar membalas uluran tangan seseorang.
“hai” ujarku.kalo boleh dikatakan, Silvia adalah anak yang paling susah beradaptasi dengan lingkungan baru-nya. Ia tersenyum walaupun ia tidak paham.
Seseorang tadi mengetahui nama silvia, karena tetanggaku memperkenalkan-nya dengan teman-temanku yang ada di dekatku sekarang, beliau sangat baik.
“Silvia, ayo berteman sama mereka”ujar salah satu temanku, ia menunjuk kearah kerumunan.
Akupun menganggukkan kepalaku, kemudian aku mengikuti nya, aku tidak tahu harus berkata apalagi selain mengikuti mereka, Karena saat ini aku hanyalah murid pindah atau bisa dibilang murid baru disekolah ini.
Beberapa bulan kemudian, kini sudah hampir kenaikan kelas 3, terasa cepat sekali waktu berlalu, saat ini aku sedang bermain petak umpet didalam kelas, karena hari ini tidak ada pelajaran, semua guru hari ini rapat dan kami para siswa dan siswi jam kosong, dimana semua para murid-murid akan senang dengan adanya jam kosong.
Setelah bermain petak umpet, kami memilih untuk istirahat, setelah istirahat beberapa menit, masing masing ingin berbelanja diluar kelas, kini semuanya mempersiapkan diri untuk berbelanja, ada yang mengambil uang didalam tas nya, ada yang memperbaiki kerudung sebelum keluar
Setelah berbelanja, kami-pun masuk kedalam kelas, untuk memakan apa yang sudah dibeli tadi.
Setelah selesai makan, aku tidak segaja menumpahkan saus dibaju temanku, aku benar-benar cereboh, kenapa aku tidak berhati-hati. Batinku
Aku meminta maaf kepada temanku, namun ia tidak ingin memaafkan ku. Aku sadar, aku salah, tapi aku sudah meminta maaf kepadanya. Aku terus meminta maaf, namun hasilnya tetap sama, ia tidak ingin berteman lagi dengan-ku.
Semenjak kejadian itu, aku tidak memiliki teman dimasa SD ku sampai kelas enam.kalopun ditemani hanya satu Minggu saja, setelah itu tidak ada yang menemaniku. Begitu sial nasibku pada saat itu.
Setiap pagi sampai pulang sekolah aku hanya terdiam, Karena ketika aku di kelas, aku tidak memiliki teman, bahkan temanku pernah mengejek ku karena aku tidak pernah dapat peringkat di waktu SD.
Mereka menertawakan ku, aku hanya tersenyum, Karena mereka mendapatkan prestasi, sedangkan aku? Haha aku orang yang bodoh, pantas saja aku tidak memiliki teman, saat mereka mengejekku, aku masih bisa tersenyum, orang tua mereka bangga karena prestasi, orangtuaku juga bangga, namun aku hanya ingin mereka bangga karena aku memiliki prestasi, namun aku belum bisa pada saat itu.
"Tidak apa Silvia, mungkin bukan sekarang namun nanti, tetaplah bersabar!"batinku menguatkan diriku.
Mungkin hinaan mereka pada saat itu adalah pelajaran agar aku terus berusaha walaupun gagal menghampiriku, karena tanpa adanya hinaan, caci maki, dan kegagalan, aku tidak akan pernah bisa bangkit, karena adanya mereka-lah aku bisa sekuat ini sekarang, tidak apa aku tidak mempunyai teman, namun aku mempunyai mimpi yang akan aku buktikan kepada mereka yang menertawakan ku.
Setelah lulus dari sekolah madrasah ibtidaiyah negeri, aku melanjutkan sekolah Tsanawiyah negeri, sebenarnya aku tidak ingin bersekolah disini, aku ingin bersekolah di pondok pesantren, namun orang tua-ku tidak mendukung ku, namun dibalik itu ada kebaikan yang ku raih.
“aku tidak ingin bersekolah disana!” ujarku kepada orang tuaku
Bunda-ku berdiri menghampiri-ku “kalo dipondok nanti kejauhan, orang tua khawatir kalo kamu kenapa-kenapa, apa salahnya sekolah disini, disini juga bagus, ada agamanya juga”jelas bunda-ku
Aku tidak ingin bersekolah umum, karena aku takut cerita waktu madrasah akan terulang kebalik, aku sudah trauma, namun aku tidak ingin menceritakan kepada orang tuaku bahwa aku tidak memiliki teman semasa SD.
Saat ini aku sedang berpikir kembali, aku berusaha membujuk orang tuaku, namun hasilnya tetap sama, mereka tidak memperbolehkan.
Aku pasrah, mama ku mendaftarkan ku disekolah Tsanawiyah negeri, ya aku hanya mengikuti perkataan mereka
Setelah aku masuk disekolah baruku, aku memiliki banyak pengalaman disekolah ini.Apa yang belum ku dapatkan disekolah sebelumnya, aku mendapatkan nya disekolahan ini.
Sekarang aku tahu, orang tua tidak melarangku untuk bersekolah dimana pun aku mau, namun orang tua hanya khawatir melepaskan-ku, apa lagi aku anak perempuan. Sekarang semuanya terjawab. Bahwa apa yang aku benci itu padahal baik untuk diri sendiri.
Bagaimana ceritanya?
Kasih saran ya untuk kedepannya
Terimakasih telah membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian
Dengan cara
Vote, commnet, dan share
Sampai jumpa di part selanjutnya🤗Follow Instagram : ns_nadya_
: Dyara16_
KAMU SEDANG MEMBACA
jangan jadi pendendam, jadilah pemaaf
Teen FictionBerhentilah menjadi seorang pendendam, karena apa yang kamu dendamkan, itu hanya mengacaukan dirimu saja. setiap orang yang datang didalam hidupmu, ia akan seperti buku yang mempunyai banyak halaman, namun ketika kamu mempelajari dari Setiap orang...