⚠️⚠️⚠️
Mengandung kata-kata kasar dan adegan kekerasan
Tidak untuk ditiru!
🌷
“Ra, kenapa dia diem aja?” Aidan menunjuk teman laki-lakinya yang duduk di dua kursi di depannya.
“Kalau yang banyak omong mah elu”.
“Daritadi perasaan gak pernah denger dia ngomong, siapa namanya? Rehan ya?”
Nara berdesis. Aidan kalau sedang membicarakan seseorang, selain suaranya kencang, dia juga menyebutkan nama orangnya dengan jelas tanpa samaran.
“Jangan keceng-kenceng ngomongnya ege, ntar dia denger”.
“Dia wibu ya?”
Aidan tetaplah Aidan. Nara melirik ke arah pria yang Aidan maksud, takut sang empu mendengarnya.
“Dannn ih! Kerjain tugasnya cepet!”
“Samperin ah”.
“AIDANNN!”
Terlambat, Aidan menghampiri teman barunya itu dan mengajaknya berbicara.
“Halo Rehan. Lo suka nonton anime ya?”
“…”
“Anime favorite lo apa?”
“…”
“Ohh. Gue juga suka anime jepang. Doraemon hahahaaa”.
Nara menutup telinganya. Tak peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Yang jelas ia heran mengapa pria itu membalas pertanyaan random Aidan walau dengan suara yang samar, tak terdengar sama sekali olehnya.
“Tuh kan Ra. Orang pendiem itu harus diajak ngobrol. Kan lumayan nih dapet pulpen wibu”, Aidan kembali ke mejanya dengan Nara setelah beberapa menit berlalu. Ia meletakkan sebuah bolpoin hitam dengan tulisan Hiragana.
“Ih, lo abis malak ya? Balikin gak?!” desak Nara.
“Enak aja. Ini tuh minjem. Ntar aku balikin kok, kalo udah bosen”.
“Nunggu bosen keburu abis Aidonn”.
“Suka-suka aku lah, ayok kerjain lagi tugasnya. Bentar lagi dikumpulin kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty After All
Teen Fiction"Pikun". Satu kata favorite Nara untuk Aidan. "Nyebelin". Kata kedua. "Bodo". Kata ketiga. "Tapi gue suka". Tiga kata penutup. Cerita si Pikun bertemu si Galak, dan segala lika-likunya. ~ Nara & Aidan ~