Bab 02

1.5K 294 17
                                    

Rencananya pernikahan Langit akan dilangsungkan di Belanda. Langit dan Bella sama-sama berkewarganegaraan Belanda. Menikah di sana tentu lebih mudah mengurusi persyaratannya.

Bella, nama lengkapnya Arabella Hansen. Dia adalah gadis yang mampu mengisi kekosongan hatinya, setelah Langit mesti menerima takdir Allah akan perasaan terpendamnya pada Nazmi. Nazmi dilamar oleh sahabatnya Rafly.

Sewaktu Kakek Wilhelm menjodohkannya dengan Bella, Langit tak menolak. Hidup harus terus berjalan, dia tak boleh terjebak di masa lalu. Saat itu semua persiapan pernikahan berjalan lancar dan serasa dimudahkan. Kecuali setelah Wiyoko yang saat itu ditugaskan mengunduh berkas milik Bella merasakan kejanggalan.

Ingatannya kini memutar kembali pertemuan dua bulan lalu. Teras Cafe De Jaren di atas Sungai Amstel selama pandemi sepi pengunjung. Kapal pun hanya satu yang melintas. Lainnya tertambat di tepian. Ada satu dua pesepeda di kejauhan yang mengayuh pelan. Senja terlalu memukau untuk dilewatkan begitu saja. Hari itu seperti biasa Bella ditemani pamannya, Zach, yang juga koleganya di IRDS. Langit harus menyudahi segalanya. Kejanggalan yang ditemukan Wiyoko sudah terkonfirmasi dan ini bukan perkara sepele.

"Jadi ... mohon maaf, saya terpaksa membatalkan rencana pernikahan ini."

Begitulah kalimat yang meluncur dari Langit tanpa bisa ditarik lagi. Pahit, sepahit espresso di hadapannya yang masih panas mengepul. Dingin, sedingin udara yang melingkupi mereka ketika matahari beranjak pulang. Tak ada hiruk pikuk yang bisa menutupi kecanggungan kala itu. Tiga bangku yang dipesan Zach untuk menikmati senja dari tepian Sungai Amstel sia-sia. Semuanya menunduk sembari menghela napas dan membuangnya pelan. Langit tahu, Zach dan Bella pasti tak menyangka karena pertemuan hari ini dijadwalkan untuk membicarakan teknis akad yang mesti sesuai prokes. Rencana indah mereka pun sirna.

Sajian manis bagel bertoping kenari, keju, dan madu pun tak mampu memaniskan suasana yang mendadak hambar. Wajah Zach mengeras. Kedua alisnya nyaris bertaut. Hal yang hampir tidak pernah Langit saksikan. Namun keputusannya sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.

"Hanya masalah tanggal pernikahan ayah dan ibunya Bella, Lans. Bukan hal besar." Zach, paman dari Bella sedikit meninggikan suaranya dengan tatap tajam pada Langit.

Langit menanggapi dengan tersenyum kecil. Berat sekali baginya untuk menjelaskan pada Bella. Perbedaan tanggal pernikahan dan tanggal lahir Bella hanya berselang empat bulan. Mungkin bagi Zach ini hanya masalah sepele. Namun Islam memiliki ketentuan yang jelas tentang nasab.

"Kamu tidak bisa picik begitu. Kalau tiap laki-laki berpikir seperti kamu, kasihan sekali perempuan-perempuan yang senasib dengan Bella."

Langit menegapkan tubuhnya, dan sedikit mengangguk. "Mohon maaf, tapi aku tak bisa."

Zach menggeleng dan mengeraskan rahang. Bella masih menunduk, Langit tahu Bella menitikkan air mata. Berat bagi Langit, tapi kejanggalan yang pertama kali disadari Wiyoko adalah salah satu petunjuk dari istikharahnya saat memilih Bella.

Setelah Bella, yang harus Langit beritahukan adalah kakeknya. Langit menghela napas. Kakeknya adalah kesulitannya. Karena karakter kakeknya keras, tapi dia harus menerima keputusannya. Langit sama keras dengan kakeknya.

Langit masih menatap Philodendron Prince of Orange. Kedua sudut bibirnya tertarik. Dia tersenyum kecil. Seperti tanaman ini, semakin tua daunnya akan semakin hijau cantik. Dia yakin waktu yang akan menjawab kebulatan tekadnya memilih Nazmi. Sudah menjelang pukul sepuluh malam, ada pertandingan sepak bola Eropa. Langit keluar dari ruang kerjanya dan turun menuju ruang tengah.

**

Nazmi keluar kamar setelah memastikan Arkan tidak akan terjaga selama ditinggal. Perutnya minta diisi. Bayi kecilnya sukses menyerap seluruh energinya. Segelas susu almond dan setangkup roti gandum panggang kiranya cukup menjadi amunisi menyusui sesi berikut. Wajah Nazmi menyungging senyuman membayangkan kenaikan berat badan Arkan. Pasti jarum timbangannya akan bergeser jauh dari angka tiga.

Bintang di Langit CasablancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang