"Hei hidup itu perlu adanya tantangan, percuma di zona nyaman kalau dia belum juga ada di genggaman"
-Raka Mahendra----
Gaga memasuki area sekolah, saat ini keadaan sekolah sudah sepi para murid sudah masuk ke kelasnya untuk belajar. Dia berjalan di lorong sekolah sendiri sudah tidak heran jika seorang Gaga terlambat itu sudah menjadi kebiasaanya.
"HEII KAMU KENAPA MASIH DI LUAR SAAT JAM PELAJARAN?" teriak pak Sidik yang sebagai guru BP. Guru yang ditakuti semua murid karena ketegasan beliau yang tidak pernah memandang anak bawah dan anak atas.
Dalam artian anak bawah dan anak atas itu orang yang biasa dengan orang yang kaya.
"KAMU TERLAMBAT LAGI GAGA?" bentak pak Sidik yang mengenali Gaga dari ujung koridor.
"Shit," umpat Gaga kecil kemudian dia berlari menghindari guru itu.
"KAMU MAU KEMANA? HEI KEMARI KAMU," teriak Pak Sidik marah melihat Gaga yang berlari menjauhinya.
Gaga mengacuhkan panggilan Pak Sidik yang mengelegar di seisi lorong sekolah. Dia berlari hingga sampai di tempat yang paling aman menurutnya, yaitu warung Bu Inah karena Pak Sidik tidak akan pernah kemari sebab warung tersebut tepat berada di belakang sekolah terhimpit antara pohon besar dan tembok sekolah serta lapangan luas didepan warung itu. Itulah warung untuk murid nakal seperti Gaga yang tidak pernah menaati aturan.
"Terlambat lagi Ga?" Tanya Bu Inah dengan suara lemah lembutnya, suara seorang ibu yang sudah berumur lanjut.
"Iya bu," jawab Gaga sopan.
"Mau di buatin milo panas?" tawar Bu Inah pada Gaga seperti biasa ketika cowok itu terlambat.
Gaga hanya mengangguk sebagai jawaban, menurut seperti anak pada ibunya. Disini dia dan teman-temannya selalu di perlakukan Bu Inah dengan baik walaupun mereka sering bermasalah di sekolah, sering di sebut murid yang tidak ada aturan tetapi Bu Inah tidak pernah mempermasalahkannya bahkan wanita tua itu dengan senang hati menyambut mereka semua.
Gaga memainkan ponsel, dia membolos saat jam pelajaran pertama dia tidak akan kembali ke kelas karena guru itu pasti sudah di dalam kelasnya sekarang mencari keberadaannya.
Bu Inah memberikan milo panas pada Gaga yang sekarang sedang duduk menghisap rokok di depan warung. Gaga sedikit mengeryit ketika mendapati tangan Bu Inah penuh dengan luka lebam bahkan hampir seluruh pergelangan tangan wanita tua itu, Gaga beralih melihat wajah Bu Inah disitu juga ada bekas tamparan yang sudah memar di pipi kanannya hingga membuat ngilu. Bu Inah yang di tatap Gaga buru-buru pergi tidak mengucapkan sepatah kata pun, melihat itu Gaga cepat meraih tangan Bu Inah menyuruh nya untuk duduk.
"Ini kenapa bu?" Tanya Gaga yang memegang tangan bu Inah ketika telah duduk di sampingnya yang tadi sedikit di paksa oleh Gaga agar wanita tua itu menurut.
"Oh ini gapapa kok nak Gaga," ujar Bu Inah menunjuk lukanya.
"Cerita sama saya," paksa Gaga yang menatap bu Inah dengan tatapan dingin dan tajamnya. Sehingga bu Inah langsung disergap rasa takut. Tidak lama setelah itu bu Inah mulai bercerita.
"Kemarin nak Bara...."
Gaga mendengar nama Bara disebut langsung merubah raut wajahnya kali ini dia lebih menyeramkan, dari dulu Gaga dan Bara tidak pernah akur selalu saja bermasalah. Ini sudah kesekian kali Bara mengusik orang di sekitar Gaga itulah yang membuat Gaga rasanya ingin membunuh Bara saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARAGA
Teen Fiction"Jangan kau anggap aku seperti Invisible di matamu,tetapi anggap lah aku sebagai bayangan yang tidak pernah meninggalkan mu walaupun sedang dalam keadaan terluka" Marsya Almahyra "Terkadang seseorang butuh kaca untuk menilai dirinya sendiri" Garag...