"Kamu adalah kemungkinan yang akan aku mungkinkan"
-Marsya Almahyra-----
"Gue ikut," ujar Marsya lalu menutup pintu mobil dan langsung memakai seatbelt.
Gaga mengerutkan keningnya dia kaget sekaligus heran dengan cewek tersebut.
"Siapa lo?" tanya Gaga masih dengan suara tenang.
"Aduh masa udah lupa gue Marsya cewek yang tadi di lobby ketemu sama lo," ujar Marsya dengan senyum manisnya sehingga siapa saja yang melihat akan terbawa suasana.
Tetapi hal itu tidak berlaku kepada seorang Gaga. Seperti sekarang ini dia akan bertingkah sebaliknya.
"Ngapain disini?" tanyanya dingin.
Berbeda dengan Marsya yang ditanya seperti itu langsung terdiam ada rasa takut padanya tetapi dia memberanikan diri menatap mata elang itu. Suara hembusan nafasnya terdengar di udara, dia meyakinkan dirinya bahwa kali ini keputusan nya benar untuk suka dengan lelaki ini.
"Gue pengen ikut lo Ga di dalam gabut banget suasana nya juga nggak enak," ujar Marsya mulai beralibi.
"Gue tau lo juga ngerasa gitu kan" kata Marsya lagi.
Gaga diam,dia tidak merespon apa yang Marsya katakan. Apa yang di ucap perempuan ini juga ada benar nya ruangan itu terasa neraka baginya, jika tidak ada Gania dan nenek nya tadi jelas saja Gaga tidak akan kesana.
"Jadi kita mau kemana sekarang?" Tanya Marsya tidak tau malu.
Masih tidak ada jawaban dari Gaga, tetapi Marsya tidak hanya sampai di situ. Dia akan terus bertanya seperti sekarang ini.
"Ga lo marah ya gue ikut?" Tanya Marsya
"Jangan marah dong"
"Gue kan gabut jadi gue liat lo keluar gue ikutin deh hehe" ujar Marsya.
"Tenang aja gue bukan orang ja..."
"Ga usah berisik. Gue nggak suka," potong Gaga dingin.
"Ja...hat kok," sambung Marsya.
"Oke oke gue bakal diam, ayo dah buruan cabut. Kemana aja sama lo gue nurut ke KUA sekarang juga bisa," canda Marsya.
Gaga tidak menjawab dia langsung menstarter mobilnya.
Entah kenapa Gaga tidak menolak wanita ini atau mengusirnya, dalam hati dia ingin melalukan itu tetapi dia hanya tidak tega jika harus meninggalkan seorang perempuan sendiri seperti saat ini. Bagaimana pun dia harus tetap berskikap baik.
Begitulah Gaga walaupun sejuta orang memandang nya sebagai cowok dingin, keras kepala, egois dan tidak mempunyai hati nurani tetapi realita nya dia tetap lelaki ramah yang tetap menghargai orang lain hanya saja dia tidak tau bagaimana dia harus menyikapinya.
Mobil keduanya mulai keluar dari daerah hotel bintang lima tersebut menuju ke jalan raya yang padatnya kota mulai mereka rasakan.
"Eh Ga gue dengar lo menang olimpiade fisika nasional tahun ini itu benar?" Tanya Marsya mulai mencairkan suasana.
Sekarang keduanya sudah berjalan di tengan kota yang sampai saat ini masih banyak yang beraktivitas.
"Hm," gumam Gaga masih fokus menyetir.
"Selamat ya," ujar Marsya dengan menjulurkan tangannya ke arah Gaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARAGA
Teen Fiction"Jangan kau anggap aku seperti Invisible di matamu,tetapi anggap lah aku sebagai bayangan yang tidak pernah meninggalkan mu walaupun sedang dalam keadaan terluka" Marsya Almahyra "Terkadang seseorang butuh kaca untuk menilai dirinya sendiri" Garag...