Page 9

43 3 0
                                    

"Tiada yang lebih sakit dibanding orang yang kita cintai melihat ke arah orang lain"
-Raka Mahendra

----
Setibanya Gaga di dalam, dia langsung di sambutkan dengan orang-orang yang berdasi. Gaga terus berjalan ke arah Kakaknya yang berada di tengah-tengah acara. Dari sini dia sudah melihat Kakek dan Neneknya sedang bercengkrama dengan orang-orang disana.

Di sepanjang jalan ke arah Kakaknya, orang-orang melihat ke arah Gaga dengan tatapan mengagumi. Tidak di ragukan lagi bahwa pesona nya memang luar biasa. Dari rambut yang disisir rapi dengan wajah yang dingin dan mata elangnya yang tajam, menggunakan baju kemeja putih balutan jas hitam tidak lupa dasi yang melekat di lehernya serta celana hitam yang senada. Gaga terus berjalan dengan Andrian di sampingnya, dia tidak memperdulikan orang-orang yang terus melihatnya karena hal itu sudah biasa dia dapatkan.

Gaga tiba di tempat Kakaknya dan Ridho, dia tidak menuju ke arah keluarga besarnya yang juga duduk di samping meja mereka.

Gaga yang masih berdiri memutuskan untuk duduk begitupun dengan Andrian mengikutinya, baru saja Gaga menduduki kursinya dari samping Gania (kakaknya) sudah menanyai darimana keberadaannya tapi sebelum itu Gaga sudah lebih dulu mengatakan sesuatu.

"Bentar gue duduk dulu," ucapnya ketika Gania sudah siap untuk mengintrogasi kemana dia pergi.

"Dari mana aja lo? Jam segini baru nyampe, Kakek sama Nenek udah nunggu dari tadi" omel Gania beruntun pada Gaga.

Tuh kan tidak butuh waktu lama Gania sudah cerewet sekali seperti ibu yang mengomeli anaknya.

"Ada urusan,"

Gania berdecak mendengar alasan Gaga disaat seperti ini adiknya selalu sibuk dengan urusan di luar "Kan bisa nanti ngurusinnya, untung aja nggak telat" ujarnya.

"Yang penting sekarang gue udah datang,"

"Iya deh tapi lo gapapa kan?" tanya Gania khawatir mendadak sikap dia berubah 80 derajat.

Dia tau urusan yang di urusi Adiknya itu tidak jauh-jauh dari berantam atau hal kasar lainnya.

"Gue gapapa," jawabnya sambil merogoh ponsel di saku celana.

"Syukur lah kalau gitu, nggak ada yang bentrok kan Yan?" tanya Gania tiba-tiba pada Andrian. Sehingga Andrian yang masih minum pun tersedak mendegar pertanyaan itu.

Gaga melihat ke arah Gania, dia tidak heran dengan sikap kakaknya yang satu ini selalu saja penasaran dengan apa yang dia lakukan dan selalu ingin mengetahui lebih.

Andrian melihat ke arah Gaga mencari persetujuan apakah dia harus mengatakan yang sebebarnya atau tidak. Tapi Gaga hanya membuang muka dia tidak memperdulikannya.

"Iya ada," jawab Andrian pelan tanpa melihat ke arah Gania.

"Tuh kan udah di bilangin jangan suka berantem masih aja lo ya," Gania memukul pundak Gaga namun tidak keras sebab mereka masih di dalam acara.

"Apaan sih kak, bukan gue" bela Gaga tidak ingin disalahkan.

Andrian dan Ridho hanya tertawa kecil, senang melihat Gaga di omeli Gania.

"Mana ada maling yang mau ngaku,"

"Raka yang berantem, lo mukul salah orang" ucap Gaga berat.

"Benar Yan?" tanya Gania

"Iya kak tadi Raka yang bentrok bukan Gaga," jelas Andrian.

"Kok lo baru bilang sekarang kasian adek gue kena pukul," salah Gania kali ini Andrian lagi yang kena sasaran.

GARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang