Ketika aku memasuki ruang makan,semua orang menatap kearahku. dan hal itu membuatku sedikit bingung.
"Apa?" Tanyaku dengan suara serak.
Damn! Ini pasti karena kemarin aku terlalu banyak menangis!
"Ada apa denganmu? Kenapa matamu bengkak?" Ucapan Edward hanya kusahuti dengan gelengan kepala. "Aku tidak apa-apa." jawabku sembari duduk di kursi ku tanpa mencium ayah dan ibu seperti biasa. Walaupun aku sudah duduk,aku masih bisa merasakan tatapan ayah,ibu,Edward dan Nash padaku. "Apasih?" Tanyaku lagi sembari menatap mereka satu persatu. Nash hanya tersenyum kecil dan menggeleng,Edward hanya mengerutkan alis dan menatapku,sedangkan ayah dan ibu saling bertukar pandang.
"Ini semua tentang Luke,ya kan?" Ucapan ayah membuatku terdiam.
Kenapa rasanya,hanya dengan mendengar nama Luke,hatiku bisa sakit seperti ini?
Rasa sakitnya beda sekali dengan apa yanh kurasakan dulu ketika aku menyukai Ello,
Ataupun ketika aku di permainkan Drew.
Kali ini rasa sakitnya sangat dalam,dan luka yang Luke timbulkan merupakan luka yang sangat perih,dalam,dan tidak cepat sembuh.
"Aku tidak tau apa yang kau bicarakan,Dad." gumamku sembari memfokuskan diri pada roti bakar yang ada di piring ku. aku tidak berani melihat kearah ayah dan ibu. mereka jago sekali melihat kebohongan yang di katakan oleh anaknya.
"Fairybells." aku mendengar ayah memanggil ibu dengan panggilan sayangnya sejak muda dulu.
Melihatnya,aku hanya tersenyum masam.
Kapan aku bisa menemukan pasangan ku dan hidup bahagia selamanya seperti ayah dan ibu?
"What,curly?" Jawab ibu.
Ayah melirik ku sekilas,lalu kembali menatap ibu. "Kau ingat tidak,dimana aku menyimpan pistol kebanggaan ku? Kurasa ada pria muda yang harus di beri sedikit pelajaran karena sudah menyakiti hati putri ku." ucapan ayah sukses membuatku tersenyum,sedikit.
"Dad." ucapku sembari memutar mata,dan tak lupa tersenyum kecil. Ayah menatapku dan kemudian ia tersenyum senang.
"Nah gitu dong,kau harus selalu tersenyum walaupun badai tengah menerjang!" Ucap ayah. Ibu memutar mata.
"Kalau badai menerjang ya berarti kita harus lari menyelamatkan diri." ucapnya.
Sassy.
"That's not what i mean." dad scoffed her,and the rest of us just silently watching these couple bickering.
"Maksudku disini adalah,kau tidak boleh membiarkan satu lelaki remaja bodoh merebut senyum mu,walaupun ia menyakitimu. tunjukkan padanya,Darcy,bahwa kau bisa tanpanya." ayah menatapku penuh sayang,dan aku membalas nya dengan tersenyum tulus.
Aku cinta ayahku.
Walaupun dia suka bercanda,tapi ia juga sangat bijak dan penyanyang.
"Ayahmu benar,Darcy." Ibu menyahuti ucapan ayah. "seperti yang kubilang kemarin,let him go. Jika kalian memang di ciptakan untuk bersama,maka dia akan kembali padamu." ucapan ibu membuat senyumanku semakin terkembang.
Aku juga cinta ibu ku.
Serius deh,mereka memang pakar percintaan yang sangat hebat.
"Berarti jika kalian tidak balikan,nasib kalian sama seperti hubungan ibu dan paman Niall yang gagal dan tidak bisa bersama lagi."
Senyumku seketika memudar ketika mendengar ucapan Edward itu.
Kurasa ayah dan ibu menyadari ekspresi ku yang berubah karena saat ini mereka berdua tengah menatap Edward penuh peringatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fairy: How To Be a Girl
FanfictionAku tidak percaya bahwa aku,Darcy Capella Styles yang dijuluki 'half man' oleh teman-temanku rela merubah sikap,penampilan,dan ucapanku hanya demi seorang lelaki yang kusuka. Aku benar-benar merubah diriku yang tomboy agar dia melihatku. Aku benar-b...