TIGA

133 1 0
                                    

Paris, 6 juni 2019

Pandanganku mengarah pada papan tulis didepanku, Pak Jaime tampak serius menerangkan pelajaran biologi kepada muridnya.

Dalam hati, kadang aku sering kali bertanya. Apa manusia mutan itu nyata? Atau hanya rekayasa genetik manusia saja?

Andai saja aku seorang super hero atau seorang mutan yang bisa mengendalikan suatu hal dengan kekuatan. Seperti Xavier contohnya, punya kekuatan telepati yang sangat hebat. Bukan hanya bisa membaca pikiran, tapi juga bisa mengendalikan pikiran.

Aku juga sering berhayal,  di masa depan aku bisa menemukan pasangan hidup seperti batman dan catwoman. Sungguh indah kisah mereka, saling berjuang hingga akhirnya bisa bersama.

"Dalam kaitannya dengan genetika, DNA memiliki peran yang amat penting. DNA adalah bahan genetik mendasar yang mengontrol sifat-sifat makhluk hidup, tereskpresikan dalam bentuk polipeptida meskipun tidak seluruhnya adalah protein," terang pak Jamie sebari menunjukan gambar yang dibuatnya di papan tulis.

"Ada yang bisa jelaskan, apa saja fungsi DNA?" Pak Jaime mulai bertanya.

"Berperan dalam duplikasi diri dan pewarisan sifat, pak," jawab salah satu murid.

"Bagus Kate, kamu benar. Ada lagi yang mau menabahkan?"

"Sebagai pembawa iformasi genetik, pak," Jawabku antusias.

"Contohnya seperti apa Cora? Coba jelaskan"

"Contohnya dalam kasus kiriminal, DNA mempermudah mengidentifikasi kasus pembunuhan, hingga kasus kematian seseorang yang tidak diketahui identitasnya. DNA bisa membantu kinerja penegak hukum, karena dapat mengenali atau mengetahui informasi terkait siapakah pelaku atau siapakah korban melalui tes DNA," terangku panjang lebar.

Ngomong-ngomong bicara kriminal, Ayahku sudah tidak asing lagi dengan hal semacam itu. Ada banyak kasus yang harus ia dipecahkan setiap harinya. Kadang kala aku berfikir apa dunia sudah aman? kriminal dimana-mana, orang-orang saling baku hantam karena kekuasaan. Uang jadi urutan tertinggi yang dieluh-eluhkan. Mungkin Ayahku salah satu super hero masa kini, membawa keadilan juga menjaga kedamaian.

Aku sering melihat tumpukan berkas diatas mejanya. Bagaimana mungkin aku tidak khawatir, haruskah ia lembur lagi saat pulang ke rumah?
Beruntungnya, Ayah punya istri yang siap sedia juga pandai memanjakan suaminya.

Diam-diam aku sering mengulik salah satu berkas miliknya. Kasus-kasusnya membuatku bergidik. Berat sekali bebannya, mulai dari kasus kecil sampai yang besarpun ada. Aku tahu itu kewajibannya sebagai bagian dari penegak hukum.

Bukan Cora namanya, kalau hanya bisa diam. Ada kesenangan tersendiri saat aku diam-diam mencoba memecahkan salah salah satu kasusnya. Aku seperti memasuki labirin, berusaha mencari jalan keluar.

Sampai suatu saat Ayahku menegurku, karena aku terlalu ikut campur. Aku tahu ia pasti khawatir, putri satu-satunya harus berurusan dengan hal semacam itu. Mau bagaimana lagi, anak keras kepala sepertiku tidak pernah kapok, pikiranku selalu dipenuhi rasa penasaran. Jangan panggil aku Cora Holmes, kalau aku menyerah.

Aku senang membantunya, Ia selalu tersenyum saat kasus demi kasus terbongkar. Haruskah aku meminta gaji lembur padanya?

Jam menunjukan pukul 2 siang, suara bel sudah berbunyi, jam pelajaranpun habis. Itu artinya waktunya untuk pulang. Dengan telaten aku merapikan mejaku dari tumpukan buku. Nyatanya aku sudah menyelipkan beberapa kertas di buku pelajaran yang sudah aku copy sebelumnya dari kamar Ayahku.

"Bermain detektif lagi?" Celetuk Kira, sahabat terbaikku.

Banyak yang mengira kalau kami kembar, padahal kami berbeda. Hanya saja nama kami terdengar sedikit sama jika diucapkan. Dia Kira aku Cora.

"Kau mau ikut?" Ajakku padanya.

"Tidak lagi, setelah kejadian kemarin. Lampu sein mobil hampir mencium jidatku Cora," tolakmya padaku, merasa kesal.

"Kau yakin Kira, ini lebih menarik dari kasus kemarin. Aku pikir akan lebih seru jika kau ikut," rayuku padanya, sebari menunjukan selembar kertas padanya. "Aku tunggu di perpustakaan okay," pungkasku mengakhiri percakapan kami.

RueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang