hi! dont forget to vote and leave a comment :b
follow Instagram @delightmareA/N: a long chapter, written with 6,7k words
Happy reading <3
Hari ini adalah hari Jum’at, hari di mana demo ekskul akan dilaksanakan. Shena merasakan jantungnya berdegup dengan cepat ketika mengingat hari ini. Katanya, ia masih belum terlalu siap menjadi ketua ekskul yang memimpin tiga angkatan sekaligus nantinya. Kak Ten sekali lagi menenangkannya, mengucapkan kata-kata semangat yang membuat Shena lebih percaya diri. Tadi pagi, Tante Airin juga melakukan hal yang sama ketika mengantarkannya ke sekolah. Nenek juga turut ikut menyemangatinya dengan membawakan bekal salad buah disertai note kecil berisi ucapan positif yang ditempelkan pada kotak makannya.Satu minggu penuh sudah dilalui Shena dan timnya untuk latihan. Walau sudah latihan secara maksimal, terkadang masih terbesit di otak Shena rasa tidak percaya diri.
Sekitar pukul 07.00 tepat, lapangan sekolah tampak ramai karena digunakan untuk senam pagi oleh siswa baru kelas 10. Sementara kelas 11 dan 12, beberapa terlihat berada di pinggir-pinggir lapangan menyaksikan adik kelas barunya yang tengah mengikuti gerakan guru olahraga. Sesekali di antara mereka ikut berpartisipasi menampilkan gerakan joget ala-ala pejoget dangdut di depan.
Selain itu, sisanya ada yang pergi ke kantin, taman sekolah, lapangan basket, atau ngerumpi di dalam kelas. Hari ini mereka semua free, sampai pukul 8, barulah mereka disuruh berkumpul di lapangan upacara untuk menyaksikan demo ekskul.
“Konsumsi udah ‘kan?” Shena bertanya pada Hanna yang kini sibuk membubuhi wajahnya dengan bedak.
“Bentar-bentar, gue pake eyeliner dulu,” ujar Hanna yang membuat Shena mendengus.
“Udah cantik elah,” sindir Shena. Hanna menyengir, senang dipuji Shena. Kemudian gadis itu meletakkan eyelinernya pada kotak make up, kembali menoleh pada Shena lalu mengangguk.
“Udah kok. Udah semua konsumsinya. Anak kelas sebelas yang ngatur.”
“Ok, nanti kalau udah selesai tampil, jangan lupa langsung kasih minum.”
“Siap, Nyai.”
Shena dengan timnya kali ini terlihat mencolok. Dengan pakaian bertema teachwear berwarna hitam-hitam, disertai make up dengan konsep mafia look, ke-23 orang itu berhasil menarik perhatian para murid SMA Cakrawala.
Shena menyuruh timnya untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu di ruang latihan dance. Sementara itu dirinya izin pamit keluar dari sana untuk menemui ketua OSIS. Gadis itu nampak berjalan dengan percaya diri, tak memedulikan pandangan orang-orang yang memperhatikannya saat dirinya melewati koridor untuk menuju ruang OSIS.
Langkah Shena tiba-tiba terhenti ketika sebuah kaki menghadang jalannya. Shena melirik seorang gadis yang bersender di dinding koridor, mengenakan pakaian cheer leader dengan rambut yang dikuncir dua sambil mengemut lolipop. Gadis itu tersenyum manis, menjauhkan lolipop dari mulutnya kemudian menegakkan tubuh.
“Well, kita ketemu juga akhirnya. Tau, nggak? Kemarin gue berdo’a biar ketemu sama lo di hari demo ekskul.”
Shena menatap gadis itu tajam. “Minggirin kaki lo.”
“Ups, sorry, sorry.” Gadis itu segera menarik kakinya dan menyengir. “Maaf, ya, kalau gue mengganggu jalan lo. Eh, tapi gue kepo, nih. Lo mau ke mana emangnya?”
“Bukan urusan lo.”
Gadis itu nampak mengernyit heran. “Wait, gue nanya baik-baik, loh?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesuai Titik
Teen FictionDalam hidup, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau kita tidak punya itu, lantas apa harga hidup ini? - Pramoedya Ananta Toer. ****** "Pernah denger nggak? Kalau terkadang, dalam mencintai, berp...