follow Instagram @delightmare
Happy reading <3
Pagi-pagi sekali Shena sudah dibuat terkejut oleh suara berisik yang berasal dari knalpot vespa di depan rumah.
Tak terasa hari ini kembali menjadi hari Senin. Pagi itu Shena tak berniat lari pagi karena ia tahu bahwa nanti di sekolah ada upacara dan seperti biasa, amanat yang disampaikan oleh guru akan lebih memegalkan kaki ketimbang lari pagi. Maka sebab itulah, Shena memutuskan menyimpan tenaga untuk upacara nanti di sekolah.
Niatnya Shena ingin mengisi waktu yang sebenarnya digunakan lari pagi untuk tidur, tapi suara bising itu lebih mengganggu, membuat niat gadis itu untuk kembali tidur jadi urung. Dengan mata sayup-sayup, gadis itu menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan berjalan menuruni tangga. Ia masih menguap, rambutnya yang kalau kata Hanna 'kece badai' itu terlihat berantakan, langkahnya gontai.
"Nek," panggil Shena ketika mendapati bahwa wanita tua itulah yang menjadi dalang sumber kebisingan ini. "Eh? Ini vespanya Ayah 'kan?" tanyanya begitu mengenali kendaraan tersebut.
Nenek mengangguk. "Iya. Tau nggak? Jaman ayahmu masih SMA, sukanya pakai motor ini, padahal berisik banget. Sampai kadang, nih, Nenek yang dimarahin sama tetangga-tetangga gara-gara mereka kebangun waktu pagi. Ayahmu dulu 'kan jam lima pagi udah berangkat tuh ke sekolah, padahal masih gelap," terang Nenek yang malah bercerita.
Shena ikut tertawa. Baginya, tidak ada cerita paling seru selain cerita dari Nenek tentang ayah dan juga mamanya. Bahkan, cerita fantasy kesukaannya seperti The Chronicles of Narnia, Harry Potter, Percy Jackson atau Shadow and Bone bakal kalah sama cerita ayah dan mamanya di masa muda.
"Itu antara terlalu rajin apa gimana deh?"
"Rajin apanya? Ayahmu mah ke sekolah duluan biar bisa godain mamang yang bersih-bersih sekolah atau terkadang malah nyegat temen-temennya yang pinter di depan gerbang buat nyontek tugas."
Shena tertawa kencang. Ia belum mendengar cerita ini dan menurutnya ini lucu sekali. Shena tahu ayahnya yang terlihat lembut dan penyanyang itu jahil, tapi ia tak menyangka bahwa dulu ayahnya sejahil ini. Gadis itu kembali tertawa. Matanya yang menyipit karena kantuk, kini sudah menghilang. Wajahnya terlihat segar walau baru bangun tidur dan belum mandi.
Membahas sosok kepala keluarga itu, Shena jadi rindu ayahnya. Di mana pria itu sekarang? Sudah hampir 1 bulan tapi ia masih belum ditemukan.
Shena menghela napas berat dan Nenek melihat itu. Ia jadi merasa bersalah karena telah membuat gadis itu kepikiran ayahnya lagi.
BRUUUMMM OTOK OTOK OTOK
"Nenek!" Shena berteriak setelah terlonjak kaget, nyaris saja terjatuh ketika neneknya memutar gas motor vespa tersebut. Gadis itu langsung mengusap dadanya membuat neneknya tertawa.
"Mandi sana. Kamu hari ini berangkatnya sama Tante Airin 'kan?"
Shena menggerutu pelan. "Iya."
Setelah seminggu penuh pulang-pergi bersama Shaga, Shena memutuskan untuk tidak melakukan hal itu lagi. Lebih tepatnya ia menolak permintaan Tante Airin yang menyuruhnya agar selalu berangkat dan pulang bersama Shaga.
Bukannya apa, Shena hanya tidak enak saja pada Alyana, karena waktu gadis itu dengan Shaga lebih sering tersita hanya karena alasan Shaga harus selalu bersamanya. Sejujurnya, Shena lebih merasa bersalah pada Shaga. Karena Shena, pemuda itu tidak lagi menjadi lebih bebas.
Maka dari itu, Shena memutuskan untuk berhenti, walau ada sedikit rasa menyesal karena ia jadi tidak bisa berinteraksi lebih dengan Shaga. Namun, itu mungkin akan menjadi hal baik, karena Shena memang berniat untuk menjauhi pemuda itu. Ya, setidaknya begitu. Meski nanti niat itu oleng lagi, tidak apa, kata Shena, asal ada niat, tujuan pasti kita dapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesuai Titik
Novela JuvenilDalam hidup, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau kita tidak punya itu, lantas apa harga hidup ini? - Pramoedya Ananta Toer. ****** "Pernah denger nggak? Kalau terkadang, dalam mencintai, berp...