hi! dont forget to vote and leave a comment :b
follow Instagram @delightmareHappy reading <3
Shena baru saja masuk ke dalam kamar setelah melakukan mandi pagi sekitar 15 menit yang lalu. Rambutnya yang basah dililit oleh handuk putih. Gadis itu masih mengenakan piyama semalam sebelum menggantinya dengan seragam sekolah beberapa saat lagi.Menutup pintu kamar, Shena akhirnya berjalan menuju meja rias dan duduk menghadap cermin. Ia mematut diri cukup lama sampai—
Plak!
Shena memukul pipinya sendiri.
“Jangan merah!” serunya pada sosok yang ada di dalam cermin sana.
Detik berikutnya gadis itu memejamkan mata. Oh, shit, bagaimana ia bisa melupakan hal itu? Setiap detik pasca kejadian semalam, Shena dibuat gila sendiri kala mengingatnya. Bayang-bayang wajah Rival terus menghantui kepala, bahkan pemuda itu juga muncul di dalam mimpinya!
Kejadian malam itu kembali terputar di otak bagai proyektor yang tengah memutar siaran. Shena ingat betul bagaimana Rival melakukannya semalam dengan lambat, bagaimana Rival menuntunnya, bagaimana Rival mampu membuat seluruh tubuhnya melemas, dan sungguh, hal itulah yang membuat gadis itu uring-uringan layaknya orang yang butuh diruqyah sekarang.
Literally, he’s a good kisser.
Gadis itu menarik senyum malu-malu sembari menyentuh bibirnya sebelum akhirnya ia tersentak. “Lo mikir apa, Shena?!” Kemudian menampar pipinya sekali lagi dan mengenyahkan pikiran gila tersebut. Bisa-bisanya Shena memikirkan hal itu.
Walau memang itu benar adanya.
Rival, entah dari mana belajarnya, Shena akui dia hebat, apalagi saat—ok, hentikan pembahasan ini sebelum Shena menampar pipinya kembali agar tersadar.
Gadis itu masih menatap cermin, menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan, kemudian menepuk-nepuk dada. “Please, jangan jadi jantung murahan,” ujarnya tatkala tiba-tiba merasa jantungnya berdetak di luar batas normal.
Ini gila. Bahkan hanya karena memikirkan Rival jantungnya sudah berdetak tak normal? Sungguh menakjubkan. Shena hampir tak percaya, ia bahkan tertawa meremehkan dirinya di depan cermin sekarang.
Mengalihkan pikiran yang sejak tadi membuatnya tak fokus, gadis itu segera mengambil kapas dan mengusapkan toner di wajah dengan gerakan cepat, entah karena panik atau apa, yang pasti ia berusaha mencari kesibukan agar tak kembali memikirkan hal itu. Namun, baru beberapa detik, gadis itu kembali mendesis sambil menunjuk wajahnya yang berada di pantulan cermin.
“Aish! I told you, don’t blushing!” Lantas dengan pelan ia menurunkan jarinya kemudian menutupi seluruh wajah dengan telapak tangan. “Gila. Udah gila lo, Shen.”
Shena menarik handuk yang melilit rambut dan menatap sebal ke arah cermin. “Why he kiss me?!” tanyanya entah pada siapa. Kemudian ia menarik napas pasti saat sebuah ide muncul. “Well, I think I should to ask the reason why he did that. Ok, I will start with... with... with what?!” Shena semakin dibuat pusing sembari mengacak rambut.
Gadis itu bangkit dari duduknya kemudian berjalan mondar-mandir di depan kasur seraya menggigiti jari, memikirkan apa yang harus ia lakukan jika bertemu Rival di sekolah nanti.
Menyapanya, kah? Atau berlagak seperti tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua semalam? Oh, atau mungkin juga menamparnya karena sudah berbuat tak senonoh pada dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesuai Titik
JugendliteraturDalam hidup, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau kita tidak punya itu, lantas apa harga hidup ini? - Pramoedya Ananta Toer. ****** "Pernah denger nggak? Kalau terkadang, dalam mencintai, berp...