hi! dont forget to vote and leave a comment :b
follow Instagram @delightmareA/N: a long chapter, written with 6,8k words
Happy reading <3
Biasanya siang bolong begini Shena lebih memilih untuk tiduran kelas, namun karena semalam ia dapat hidayah bahwa kini dirinya bukan lagi murid kelas 10 ataupun 11 melainkan 12 alias siswa tahun akhir, Shena mencoba membangkitkan diri dari kursi kelas dan berakhir melangkah ke perpustakaan. Hanna katanya sudah berada di sana beberapa menit lalu, sepertinya diabhabis diruqyah-atau mungkin tidak-karena tiba-tiba jiwa semangat belajarnya naik drastis. Sedangkan Ganesha masih setia dengan podcast Spotify.
Hawa dingin dari AC langsung menyapa kulit begitu Shena masuk. Ruangan kubus dominasi warna putih yang dipenuhi rak buku dan meja baca itu nampak sunyi meski di dalam sana masih terbilang lumayan ada banyak siswa. Shena menoleh ke kanan dan ke kiri berniat mencari Hanna, namun ia tak menemukannya dan malah-astaga mengapa dimanapun dan kapanpun Shena selalu menjumpai orang itu?
Shena menajamkan indra pengelihatannya saat dirinya melihat seorang pemuda tengah yang duduk di salah satu meja baca sembari mengangkat tangan dan melambai kecil. Awalnya Shena mengira bukan dia yang dipanggil oleh pemuda itu, namun ketika menyadari tidak ada orang lagi yang berada di sekitarnya dan poin pentingnya yang memanggil adalah Rival, jadilah Shena menyimpulkan bahwa Rival memanggilnya.
Sebenarnya, Shena memang ada niat untuk menemui Rival, hanya saja niat itu tidak penting-penting amat. Ia hanya ingin bertanya mengenai beberapa soal dari buku wangsit yang kemarin ia beli. Niat awalnya adalah meminta bantuan pada Hanna, namun saat tahu bahwa ia tidak bisa menemukan temannya di sini dan mendapati Rival yang dengan senang hati melambai, Shena rasa tidak ada salahnya langsung menemui Rival.
Gadis itu membalas lambaian Rival dan menyusul, namun belum saja melangkah, ia dikejutkan oleh pemuda jangkung yang tiba-tiba berdiri di depannya sembari tersenyum lebar.
"Kak Shena."
Shena hampir memekik kaget saat tubuh itu datang bersamaan dengan suara bariton yang memanggilnya dan berganti melotot saat mengetahui pemuda itu adalah Sean.
"Kenapa sih orang-orang hobi banget bikin gue kaget?" keluh Shena menahan emosi.
"Orang-orang siapa, Kak?"
"Banyak. Termasuk lo."
"Eh, sorry, sorry, kalau ngagetin." Kemudian ia tersadar dan tersenyum kikuk.
"Lo kenapa manggil gue?"
"Sebenarnya mau nanya aja, sih, apa benar alasan Kak Shena ke sini karena ucapan gue hari itu? Tapi gue tarik, karena rasa-rasanya gue terlalu percaya diri. Maka dari itu tujuan gue manggil Kak Shena berubah jadi ingin minta tolong."
Shena awalnya mendengus mendengar rentetan kalimat pertama yang diucapkan Sean, namun ia memilih menghiraukannya dan bertanya, "Minta tolong?"
Sean mengangguk. "Ada buku-buku yang baru datang dan kebetulan gue kedapatan tugas buat menatanya."
"Bukannya lo bisa melakukan itu?"
"Emang."
"Terus?"
"Masalahnya gue sendirian."
"Emang yang lain ke mana?"
"Yang kebagian tugas hari ini cuma gue sama salah satu anak IPA, tapi sekarang dia lagi sakit dan ijin. Sebenarnya tadi ada Winter nawarin diri buat bantu, tapi enggak deh, yang ada malah gelut kita." Raut wajah Sean menjadi sebal saat menyebut nama gadis manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesuai Titik
Teen FictionDalam hidup, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau kita tidak punya itu, lantas apa harga hidup ini? - Pramoedya Ananta Toer. ****** "Pernah denger nggak? Kalau terkadang, dalam mencintai, berp...