Chapter 8

1K 178 20
                                    

ǁ Try Again ǁ

.

✌️♥️

.

Nanon Korapat
Chimon Wachirawit
Marc Pahun
Phuwin Tangsakyuen

.

.

.

Pagi harinya, semua terasa biasa saja. Seperti kemarin Chimon tidak pernah menceritakan apa-apa. Seperti Phuwin tetaplah seseorang yang tidak mengetahui apapun tentang Thailand dan cerita ibunya.

"Hari liburmu semakin berkurang, sudah memutuskan ingin pergi kemana?" Chimon menjeda sarapannya, menatap Phuwin dengan cukup penasaran. "Mama akan mengambil cuti untuk kita jika kau sudah memutuskan destinasinya."

Anak itu berpikir, tapi tidak berhenti mengunyah roti beroleskan selai cokelat itu. "Hmm... kalau aku tidak mau pergi kemanapun, tidak apa-apa, kan?"

"Eh? Kau tidak mau pergi?"

Phuwin menganggukan kepalanya dengan senyum manis. "Mama sudah mengajakku jalan-jalan jauh sejak aku kecil, sejak kali pertama aku mendapat liburan sekolah. Sekarang, aku ingin disini saja, tidak pergi kemana-mana."

"Serius? Sudah kau pikirkan lagi? Mama tidak akan memberikan penawaran lain setelah ini, loh."

Tapi Phuwin tetap menggelengkan kepalanya. Senyumnya terkembang, membuat mata sipitnya itu tidak terlihat dan membentuk bulan sabit yang cantik. Satu senyuman yang kata Chimon... mirip sekali dengan ayahnya.

"Oh, oke... Kita tidak pergi kemana-mana." Ucapnya. "Tapi... kenapa?"

"Karena Vancouver juga menyenangkan. Aku bisa melakukan sambungan video dengan paman Win, aku juga bisa bertukar voice note dengan nenek, dan aku bisa melakukan apapun dengan Patrick melalui telepon pintarku. Jadi, apa bedanya?"

Chimon meresponnya dengan tawa kecil. Anaknya itu... pintar sekali, ngomong-ngomong.

"Mama pernah bilang, Vancouver itu penuh dengan keajaiban. Dan aku―ingin menemukan keajaibanku sendiri disini."

Chimon tidak pernah tahu keajaiban seperti apa yang di cari oleh Phuwin. Tapi kemudian, ia mengangguk dengan sebuah senyuman hangat. "Kalau begitu, cari keajaibanmu sendiri. Dan beritahu mama jika kau sudah menemukannya, oke?"

Juga Phuwin yang pada akhirnya hanya diam tanpa memberitahu apapun... tentang 'orang baik' yang ia temui kemarin di mall. Tentang seorang Marc yang ia panggil 'phi' kemarin―ia memilih untuk bungkam.

.

.

.

Jangan pernah mengira bahwa Chimon Wachirawit tidak pernah menyayangi Marc sampai ia tidak memikirkan anak manis yang diadopsinya bersama Nanon ketika itu. Satu detik pun, tidak pernah Chimon melewatkan ingatannya tentan Marc. Karena bagaimanapun, Marc adalah putranya, yang keberadaannya sama seperti keberadaan Phuwin baginya.

Setiap hari, Chimon akan menghubungi Win dan menanyakan tentang Marc. Bagaimana keadaannya, pertumbuhannya, sekolahnya, kehidupannya, sikap Nanon terhadapnya, dan semuanya. Chimon tahu itu. Berkat kakaknya yang tinggal di Thailand, ia juga selalu mendapatkan foto Marc setiap minggunya.

"Maafkan mama, sayang..." Chimon selalu bergumam seperti itu setiap ia melihat wajah Marc yang sudah tumbuh menjadi seorang remaja tampan di foto yang ia sudah ia cetak. "...maaf karena meninggalkanmu tanpa memberitahu apapun, maaf karena melewatkan ulangtahunmu setiap tahun, maaf karena mama tidak pernah menemuimu."

Try Again [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang