Chapter 6

1.1K 187 7
                                    

ǁ Try Again ǁ

.

✌️♥️

.

Nanon Korapat
Chimon Wachirawit
Marc Pahun
Phuwin Tangsakyuen

.

.

.

Vancouver itu penuh dengan keajaiban!

Marc ingat sekali, dulu Chimon pernah berkata seperti itu padanya. Dan karena usianya yang masih kecil, ia tidak bertanya keajaiban seperti apa yang ibunya temukan di Vancouver sampai-sampai bisa berucap seperti itu.

Tapi sekarang Marc merasa benar-benar mengerti apa keajaiban Vancouver itu, karena ia seperti sedang mengalaminya.

Lihat, hanya dalam waktu 24 saja, tanpa rencana apa-apa, ia bisa bertemu dengan seseorang yang kata pamannya adalah... adik kecilnya. Kenapa Tuhan begitu baik padanya, sehingga mempertemukannya dengan sosok imut itu dalam waktu yang singkat setelah ia menginjakkan kaki di Vancouver kemarin?

Marc hanya bisa menduga, mungkin Tuhan sedang memberikannya satu jalan untuk membuat keadaan keluarganya menjadi lebih baik.

"Kata mama, aku lahir di Thailand tapi besar di Vancouver dan sekolah disini juga." Anak itu bercerita sambil sesekali memakan sandwich miliknya yang penuh dengan saus tomat. "Paman dan nenekku tinggal di Thailand, tapi anehnya... mama tidak mengijinkanku kesana dan selalu marah saat aku bertanya tentang itu."

Ini yang Marc bilang keajaiban. Selain karena ia merasa beruntung bisa bertemu dengan Phuwin secepat ini, jalannya untuk mengobrol dengannya juga terasa sangat mudah. Dengan alasan permintaan maaf, Marc berhasil mengajak Phuwin untuk makan di sebuah kafe dan memesan beberapa makanan sementara dirinya yang akan membayar.

Setelah lima belas menit, ia akhirnya tahu beberapa hal tentang Phuwin. Sebisa mungkin ia tidak ingin terlihat mencurigakan untuk adiknya. Maka menyembunyikan identitas mungkin akan lebih baik untuk saat ini.

"Kenapa... tidak boleh ke Thailand? Padahal Thailand itu juga bagus, tidak kalah dengan Vancouver." Marc tidak tertarik dengan makanan yang di pesannya. Karena Phuwin yang sedang sibuk makan itu lebih menyenangkan baginya.

"Kata mama, aku akan tahu nanti. Tapi entah kapan, hehe."

Senyuman polosnya... ah, itu benar-benar seperti ayahnya, Nanon Korapat. Katakan, Marc harus apa sekarang?

"Selain mama dan Patrick, aku tidak bicara Bahasa Thailand dengan orang lain. Tapi sekarang, aku bertemu dan bicara Bahasa ibuku denganmu..."

Marc tersenyum.

"...Phi..." Phuwin tersenyum juga, manis sekali seperti senyuman Nanon. Tanpa tahu jika Marc sempat tertegun ketika Phuwin mengatakannya. "...ya ampun, aku pikir, aku tidak akan pernah bisa memanggil 'phi' untuk siapapun. Tapi karena kau ada disini, bolehkan aku memanggilmu seperti itu, Phi Marc?"

Ingin rasanya Marc menangis, kemudian memeluk Phuwin dan berkata bahwa dia adalah kakaknya yang datang dari Thailand, lalu mempertemukan anak itu dengan Nanon dan keadaan membaik setelah itu. Tapi ia tidak bisa melakukannya.

Dari cerita Phuwin, sudah jelas sekali jika Chimon menolak untuk mengungkit semua hal yang terjadi ketika di Thailand, sampai Phuwin sendiri tidak boleh pergi kesana. Dan ia tidak boleh merusak juga menambah masalah menjadi semakin rumit.

Marc mengangguk, masih menampilkan senyuman hangat untuk adiknya. "Ya, kau boleh memanggilku begitu, Phuwin."

Rasanya, Marc ingin terus memanggil nama Phuwin dengan mulutnya. Ia bahagia, sungguh.

Try Again [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang