Chapter 13

992 147 24
                                    

ǁ Try Again ǁ

.

✌️♥️

.

Nanon Korapat
Chimon Wachirawit
Marc Pahun
Phuwin Tangsakyuen

.

.

.

Dokter mengatakan kalau Phuwin baik-baik saja. Anak itu hanya kelelahan karena seharian menangis sementara perutnya di biarkan kosong karena melewatkan makan siang dan makan malam. Jadi untuk dua hari ke depan, Phuwin akan mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Chimon menghela nafas sedikit berat. Di tatapnya wajah Phuwin yang sembab―anak itu tampak tertidur dengan begitu nyenyak meskipun matanya tidak bisa membohongi siapapun bahwa ia telah lelah menangis sebelum ini.

Satu tangannya bergerak untuk mengusap dahi Phuwin yang bersih, sementara tangan yang lain ia gunakan untuk mengelus tangan Phuwin yang di pasangi jarum infus―anak itu juga mengalami dehidrasi karena tidak minum seharian.

"Cepat sembuh, sayang..." Bisiknya, lirih dan terdengar lelah. "...maafkan mama karena berkata yang tidak-tidak padamu."

Chimon meninggalkan sebuah kecupan lama di puncak kepala putranya, sebelum berbalik dan menatap Marc yang ada disana.

"Marc, bisa tolong jaga Phuwin sebentar? Mama―ingin diluar."

Tanpa pikir panjang, Marc tersenyum dan mengangguk. Dengan senang hati, ia akan menjaga adiknya bahkan kalau perlu sampai bangun dan sembuh.

Setelah menggumamkan terimakasih, Chimon segera menyeret langkah kakinya keluar dari sana. Ia tidak peduli jika di ruangan itu ada orang selain Marc―dia adalah Nanon, seseorang yang berhasil mendobrak pintu kamar Phuwin dan menemukan anak itu pingsan di dalam sana. Juga, dialah yang membawa Phuwin ke rumah sakit dalam gendongannya.

Nanon mengerutkan dahi menatap kepergian Chimon. Dia... dengan pelan menepuk bahu Marc dan berkata, "Jaga adikmu, oke?"

Saat itu Marc tahu, mungkin ayah dan ibunya sedang mencoba menemukan jalan keluar untuk masalah mereka dulu yang terbawa sampai detik ini.

.

.

.

Chimon hanya duduk dengan tatapan kosong di depan ruang inap Phuwin. Ia merasa sesak di dalam sana, semua yang ia sayangi ada hadapannya yang justru membuatnya ingin menangis keras saat itu juga. Phuwin tiba-tiba sakit setelah penolakan atas ayahnya, Marc juga ada bersamanya dan dia tampak begitu terluka terlihat dari matanya, dan lalu... sosok Nanon, juga membuat luka di hatinya kembali terbuka setelah ia berhasil menguburnya dalam-dalam.

"Phuwin―dia anakku, kan?"

Chimon tersentak. Ia melihat ke samping, dan orang yang paling ingin ia hindari justru ada disana sekarang, duduk bersampingan dengannya. Sekuat tenaga Chimon menahan tangisnya, juga menahan perasaan sakit yang dulu ia dapatkan dari lelaki itu. "Bukan urusanmu."

"Chi, kumohon―"

"Kau tidak pernah tahu kalau Phuwinku itu ada! Jadi, ini bukan sama sekali urusanmu."

Akhirnya, Chimon luruh. Ia merasa seluruh tenaganya hilang dan hanya menangis yang bisa ia lakukan sekarang. Kepalanya tertunduk, namun air matanya mulai turun tanpa bisa ia kendalikan.

"Phuwin... dia anakku. Bukan darah dagingmu."

"Dia anakku juga, Chimon Wachirawit! Jangan menyembunyikan apapun tentangnya karena aku sudah mengetahui itu semua."

Try Again [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang