Chapter 17

993 146 1
                                    

ǁ Try Again ǁ

.

✌️♥️

.

Nanon Korapat
Chimon Wachirawit
Marc Pahun
Phuwin Tangsakyuen

.

.

.

"Kau tidak mengatakan apa-apa padaku tentang kau yang bertemu dengan Marc dan Nanon."

Win, yang tiba di Vancouver kemarin malam melangkahkan kaki ke dapur dengan tangan yang sibuk mengeringkan rambut basahnya. Ia duduk diatas sebuah kursi tinggi yang ada disana dan langsung mendapatkan satu cangkir kopi dari Chimon.

"Kenapa aku harus mengatakannya padamu?" Yang lebih muda bertanya dengan wajah polos. Kedua tangannya menopang diatas meja konter, menatap jahil pada kakaknya.

"Ya―kau tidak menganggapku, hah? Sekarang, lihatlah. Aku jauh-jauh datang dari Thailand untuk melihat keadaanmu dan Phuwin, apakah kalian baik-baik saja setelah bertemu mereka atau malah sebaliknya."

Melihat dengusan Win, membuat Chimon mengeluarkan tawanya.

"Dan kau juga tidak bilang padaku kalau Phuwin sempat sakit sampai di rawat. Apa-apaan itu?" Namun, meskipun kesal dengan mendengus berkali-kali, Win tetap menikmati kopinya yang dibuatkan Chimon.

"Aku hanya tidak ingin merepotkanmu lebih jauh, phi..." Chimon tersenyum masih dalam posisi yang sama. "Kau bilang aku harus bahagia dengan Phuwin, jadi aku mencoba mencari kebahagiaan untukku dan anakku sejak kau berkata seperti itu. Dengan bertemu Marc dan Nanon, aku rasa aku tidak perlu mengatakannya padamu, dan aku pikir aku bisa menyelesaikannya sendiri. Tanpa perlu lagi mengadu padamu."

"Bagaimana perasaanmu setelah bertemu mereka lagi?"

Chimon diam sejenak, masih memikirkan kalimat apa yang harus ia keluarkan untuk menjawab pertanyaan Win. Bagaimanapun, jika ditanya tentang bagaimana perasaannya saat itu, Chimon masih belum bisa memastikannya.

"Aku kacau sekali." Jawab Chimon pada akhirnya. "Aku kacau ketika bertemu dengan Marc, tapi aku lebih kacau lagi ketika bertemu dengan Nanon."

Win tidak bisa mengelak saat matanya menatap lama mata Chimon. Disana... masih tersirat semua dari emosinya untuk Nanon.

"Tapi aku membuka diriku untuk bicara dengan mereka, menggunakan kesempatan yang ada. Aku terbuka pada Phuwin, aku terbuka pada Marc, dan aku terbuka pada Nanon."

"Lalu?"

"...aku merasa lebih baik."

Win tersenyum. Ia melanjutkan kembali meminum kopi di cangkirnya dengan perlahan. "Marc selalu merindukanmu, dia selalu bertanya tentangmu kalau bertemu denganku. Kau pasti tahu, seberapa besar dia membutuhkanmu sebagai seseorang yang membawanya dari panti asuhan, dan sebagai ibu yang mengurusnya di masa kecil sampai kemudian dia kehilanganmu."

"Hm, aku tahu..."

"Dan Nanon... dia sudah merasa bersalah, dia bersedih seorang diri sejak kau pergi. Aku bisa melihatnya, Mon..."

"Ya, aku juga tahu itu. Tapi, phi, aku masih merasakan sakit ketika aku melihat wajahnya. Karena itu semua mengingatkanku pada apa yang dia lakukan waktu itu."

Win mengangguk paham, tentunya akan sulit menghilangkan perasaan sakit atas apa yang Nanon lakukan padanya. "Lalu, Phuwin?"

"Anak itu menolak Nanon sampai sakit, tapi pada akhirnya merengek agar Nanon tidak kembali ke Thailand. Lucu sekali, kan? Marc bahkan sampai menertawakannya."

Try Again [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang