Chapter 19

868 144 4
                                    

ǁ Try Again ǁ

.

✌️♥️

.

Nanon Korapat
Chimon Wachirawit
Marc Pahun
Phuwin Tangsakyuen

.

.

.

Chimon terdiam setelah ia keluar dari dalam mobil. Matanya memandang lurus pada halaman rumah yang tidak berubah sama sekali. Bunga-bunga yang ada disana tumbuh dengan baik, begitupun dengan rumput hijau yang ada.

Telinganya mendengar suara ribut Phuwin yang memekik karena rumah itu sangat besar, lebih besar daripada yang bisa di bayangkannya.

"Phuwin, jangan berisik..."

Anak itu hanya menggelengkan kepala seperti tidak mau mendengar apa yang ibunya katakana. "Phi, phi! Boleh aku masuk dan melihat kamarku? Papa, boleh kan?" Tingkahnya benar-benar seperti bocah lima tahun, melompat-lompat girang karena rasa senangnya.

Disaat Marc tidak menjawab, Nanon justru tersenyum dan mengacak rambut Phuwin gemas. "Sana, pergi lihat kamarmu." Katanya halus. Lalu, ia menatap Marc yang tangannya sudah di tarik-tarik oleh adiknya. "Marc, antar dia..."

Seketika saja, dua anak laki-laki itu hilang dari pandangan Chimon dan Nanon. Yang terdengar di telinga mereka adalah jeritan penuh kekaguman Phuwin yang entah melihat apa di dalam rumah.

"Kau tidak ingin masuk?"

Chimon menatap perlahan ke samping, pada Nanon yang menatapnya lembut. Nafasnya terhela sedikit berat, seperti... ia menolak sesuatu. "Aku―masih takut."

Nanon hanya bisa tersenyum maklum. Rumahnya itu... pasti menyimpan banyak kenangan buruk untuk Chimon. Jadi, ia meraih tangan yang lebih mungil, menggenggamnya dengan sedikit remasan pelan.

"Aku tahu." Ucap Nanon lirih. "Tapi, kita tidak mungkin terus disini, kan? Ayo, masuk..."

Kemudian Chimon hanya diam saja, membiarkan Nanon menuntunnya perlahan masuk ke dalam rumah. Hal yang Chimon sadari adalah tidak banyak yang berubah semenjak terakhir kali ia ada disini. Mungkin, hanya beberapa barang seperti bertambahnya rak untuk mengisi kekosongan di sudut sebelah kanan ruangan, atau warna cat yang terlihat seperti baru.

"Aku berusaha membuatnya tidak berubah, masih seperti dekorasi yang kau inginkan terakhir kali, Chi." Nanon berkata seperti ia bisa membaca pikiran Chimon. "Aku mempekerjakan beberapa asisten rumah tangga untuk mengurus rumah supaya tetap rapi dan bersih, juga untuk mengurus Marc jika aku harus pergi keluar kota. Oh, dan yang harus kau tahu, paman Shim masih mengurus bunga-bunga di halaman."

Chimon mendengarkan semuanya, tapi entah kenapa lidahnya terasa kelu walau hanya sekedar untuk membalas perkataan Nanon.

Ia berada di lantai satu rumah besar yang Nanon bangun sebagai hadiah pernikahan mereka dulu. Tapi entah kenapa, otaknya justru memutar pada malam itu―tepat disini, Nanon pulang dengan keadaan yang tidak baik, bahkan menamparnya hingga berkata kasar ketika itu.

Chimon merasakan nafasnya tak beraturan. Tapi sebisa mungkin, ia tidak ingin Nanon melihat itu. Jadi, ia mencoba menenangkan dirinya sendiri hingga telinganya mendengar suara ribut Phuwin lagi di salah satu ruangan yang masih ada di lantai itu.

"Kau ingat ruangan itu? Dulu, kita mempersiapkannya untuk putra kita. Kau selalu memilih warna biru, dari mulai cat dinding hingga sprei tempat tidur. Dan sekarang... kamar itu untuk Phuwin."

Chimon mengikuti arah pandang Nanon. Dulu, ketika mereka pindah ke rumah ini, Chimon memang meminta ruangan itu untuk di jadikan ruangan untuk anak mereka kelak. Tapi bahkan sebelum itu terjadi, dirinya sudah lebih dulu pergi hingga Phuwin lahir dan tumbuh sebesar sekarang.

Try Again [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang