Chapter 12

1K 150 9
                                    

ǁ Try Again ǁ

.

✌️♥️

.

Nanon Korapat
Chimon Wachirawit
Marc Pahun
Phuwin Tangsakyuen

.

.

.

Tidak ada yang lebih terkejut selain Chimon Wachirawit atas penolakan Phuwin terhadap Nanon. Hingga ketika tangan Nanon melepaskan genggamannya, Chimon hanya bisa menatap putranya penuh kesedihan.

"Phuwin―" Sekarang, Nanon benar-benar mengumpulkan keberaniannya untuk menatap mata indah seorang anak laki-laki yang sedari tadi tak memandangnya.

"Sorry. I don't know you, stranger."

Suaranya terdengar begitu menyakitkan, melepaskan tangannya dari sang ibu dan berlari masuk kembali ke apartemen tempatnya tinggal. Anak itu... hanya tidak bisa berdiam diri disana lebih lama.

Nanon tersenyum miris. Kemudian, memandang Chimon yang masih hanya diam tak bergerak. "Chi"

"Stop!" Ia memutar tubuh, menatap Nanon dengan datar. Ia tidak bisa untuk lemah di depan lelaki itu, dan inilah yang telah dirinya pilih. "Pulanglah. Marc sudah menunggumu..." Matanya melirik sekilas pada Marc yang berdiri tak jauh dari mereka, saling menautkan kesepuluh jarinya.

"We need to talk, Chi. Please―"

Tapi, gelengan kepala dari Chimon menjadi akhir dari pertemuan mereka hari itu. Tanpa bisa berbuat apapun lagi, Nanon hanya melihat Chimon yang kembali masuk ke dalam gedung.

Nanon tertawa―atau lebih tepatnya, menertawakan dirinya sendiri.

"Aku sedang mendapatkan hukumanku, Marc..."

Putranya itu bisa mendengar dengan jelas apa yang di gumamkan ayahnya. Tapi ia hanya memalingkan wajah, ingin berpura-pura tidak tahu.

.

.

.

Phuwin mengurung diri di dalam kamarnya, sendirian dengan pintu yang terkunci. Bahkan dari luar pun, Chimon bisa mendengar bagaimana anak itu menangis dengan begitu lirih.

"Phuwin..." Chimon mengetuk pintu kamar putranya berkali-kali, memanggil namanya berharap anak itu akan keluar dan tak membuatnya khawatir. "...mama ingin bicara. Keluar, hm? Jangan mengurung dirimu seperti ini."

Ini adalah pertama kali Phuwin melakukan hal yang tak pernah di sangkanya. Chimon terkejut―sangat. Sebagai seorang ibu yang melahirkan dan membesarkannya sendirian, Chimon sangat tahu kalau Phuwin bukanlah tipe anak yang seperti itu.

Phuwinnya adalah sosok yang ceria, hangat, penuh dengan rasa penasaran... dan seseorang yang selalu menanyakan ayahnya. Tapi sekarang, Chimon melihatnya begitu berbeda. Phuwinnya... jelas-jelas menolak Nanon, ayahnya sendiri.

"Sayang, buka pintunya..."

Tapi tetap tidak ada sahutan apapun. Tangannya terus bergerak untuk mengetuk daun pintu itu, sesekali memegang handelnya dan mencoba untuk membukanya. Tetap saja, pintu itu terkunci dari dalam.

Dan suara tangis Phuwin yang semakin jelas terdengar semakin membuat Chimon benar-benar khawatir. "Phuwin, kau dengar mama, hm?"

Chimon menyerah. Ia kemudian merosot disana tanpa tenaga, bersandar pada daun pintu dan menangis tanpa suara. Ia khawatir pada Phuwin, sekaligus mengkhawatirkan Marc dan juga mengingat Nanon.

Try Again [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang