27

175 56 6
                                    





Jimmy beberapa kali meringis padahal yang kesakitan Arjuna dia yang ngilu. Yosi masih ngomel maki-maki arjuna kenapa dia segegabah itu.

"DIEM SAT !!" Kuping Arjuna penging rasanya. Mau Yosi tendang lagi tapi Jimmy udah ancang-ancang mau bales.

"Terus itu gimana bokap lo jun?" Tanya Jimmy, Arjuna geleng karna gak tahu gimana.

Yosi buah tissu bekas darah Arjuna ke kresek hitam. "Bokap gue yang urus."

"Lo diem. Gak usah bacot, kalau bokap lo gak segera di urus kayak gini lo beneran bisa mati jun." Arjuna diam gak mau ngomong apa-apa.

Jimmy sebenarnya masih gak paham permasalahannya apa tapi dikit-dikit mulai ngerti, ngeri juga. Soalnya gak kelihatan kalau Arjuna punya masalah segede ini, dan gak kelihatan kalau keluarga Arjuna sekacau ini.

"Kata Yosi adek lo di rumah sakit?" Arjuna nganguk.

"Gue udah telfon Shasa buat dateng ke rumah sakit." Kali ini Arjuna tendang Yosi sampai meringis kesakitan.

"NGAPAIN LO BILANG SHASA GOBLOK!!" Teriak Arjuna, gak habis piker sama jalan pikiran si Yosi.

"Anj.. Lo udah babak belur kayak gini tendangan lo masih kuat juga yaa nyet."

"Ngapain bilang Shasa?" tanya Arjuna lagi.

"Biar ada yang nemenin, gue gak percaya sama Sofia."

"Si goblok! Shasa pasti ngomel kalau lihat muka gue kayak gini, dih bego di peliharan." Maki Arjuna lagi, Yosi diem aja udah daripada kena tending lagi sama Arjuna. Dan mereka bertiga balik kerumah sakit lagi pake mobil Jimmy.

Tadi Yosi sebenarnya gak sama Jimmy, lagi ada di cafe sama anu eh ketemu Jimmy terus ajak sekalian aja. Takut kalau dateng sendiri, takut bonyok juga.

Dan syukurlah Jimmy sedikit membantu.

Sheisa keluar dari mobil langsung lari ke front office nanya pasien atas nama Chantika Agnibrata. Dan ternyata belum masuk ruang inap. Perawat tunjuk ada gadis perawakan setengah bule lagi tertidur di kursi tunggu. Sheisa nyamperin Sofia dan duduk di sampingnya.

"Ini boleh masuk gak sih?" Tapi di sana banyak pasien yang masih di tanggani apa boleh .

Sofia kaget, dan bangun. "Eee..."

"Lo Sofia kan? Chantik belum boleh di jenguk kah?" tanya Sheisa.

Sofia masih ngumpulin nyawa ngelihat Sheisa. Dia menutup mulutnya. "Kak Shasa?"

"Iya gue Sheisa. Chantik gakpapa kan?"

“Eh iya maksudnya Kak Sheisa, aku juga belum tau kak.”

"Aku sih berdoa gakpapa kak. Ke sini sama siapa? Kak Ajun mana?" Tanya Sofia.

"Gak tahu." Sheisa berdiri dan ngintip ke dalam ada Chantik yang baring di ranjang.

Setelah menunggu 10 menitan Chantik sudah boleh dijenguk. Sheisa sama Sofia masuk, Chantik sudah sadar tapi diam aja tatapannya kosong buat Sofia rasanya mau nangis lagi aja.
JImmy, Yosi sama Arjuna sampai, mereka kaget sampai nutup mulut lihat keadaan muka Arjuna, Yosi juga.

Dan Sofia rasanya pengen nutup mata Chantik aja biar gak lihat keadaan kakaknya yang babak belur kayak gitu,

"Jun?" Yosi nepuk jidatnya, salah harusnya tadi Yosi aja yang masuk. Chantik nangis, Arjuna maju buat duduk disamping Chantik.

“Lo gila ya?” Tanya Chantik,

"Apa yang sakit?" Tanya Arjuna usap kepala adeknya gak mau jawab pertanyaan Chantik.
Chantik geleng. Masih nangis tangannya terulur megang wajah Arjuna yang memar dan masih sedikit ada bercak darah dibibirnya.

"Sakit?"

"Gue nanya lo dek,,”

"Ini gak sakit." Chantik mukul lengan Arjuna, pukulannya gak terasa buat sakit di badan Arjuna.

Sofia si paling gak kuat lihat kakak beradik ini kalau kayak gini, "Why sih lo berdua selalu bikin gue mau nangis?” Omel Sofia, di bekep mulutnya sama Yosi.

Jimmy diam juga tapi dadanya sesak. Sheisa gigit bibir bawahnya nahan buat gak nangis. "Baring yaa dek biar gak terasa sakitnya." Kata Arjuna, Chantik nurut.

"Gue gak papa, tadi gak sengaja kena tonjok sama Yosi." Dan Chantik tahu kalau kakaknya bohong.

"Maafin gue." Kata Chantik .

Arjuna geleng. "Lo gak pernah salah." Dia usap airmata Chantik.

“Udah dong nangisnya, ini ada temen-temen gue. Lo gak malu apa?”

"Kak Yosi ayok keluar cari makan." Ajak Sofia tarik tangan Yosi padahal dia udah bener-bener gak kuat.  Yosi tarik tangan Jimmy juga. Jimmy mau narik Sheisa tapi takut. Jadi mereka bertiga keluar menyisakan kakak beradik ini sama Sheisa yang masih berdiri disitu.

"Gakpapa dek.." Chantik nganguk, tangannya terulur mengapai tangan Sheisa.

"Kak.. Tolong bawa Kak Ajun biar diobati lukanya." Kata Chantik, Sheisa sempat bingung, tapi yaa Arjuna juga perlu di tanganin sih.

Sheisa nganguk, "Sebentar yaa.." Kata Arjuna dia usap lagi kepala Chantik, Arjuna sama Sheisa keluar, duduk di luar Sheisa udah minta betadine dan teman-temannya untuk obati luka Arjuna.

Sheisa diam tapi tanganya gak diam. Setiap olesin ke luka Arjuna, tangannya gemeter dan Arjuan sendiri tahu banget kalau Sheisa nahan tangisnya. "Lo kalau mau ngomel, ngomel aja sha."

"Gue gak suka lo diem kayak gini."

"Pukul gue juga gakpapa."

"Diem." Kata Sheisa.

Pas tangan Sheisa menyentuh ujung bibir Arjuna. Tangannya makin gemetar, Arjuna ambil tangan Sheisa. "Gue gakpapa sha." Kata Arjuna.

Sheisa menatap Arjuna yang masih bisa senyum padahal dia tahu untuk senyum selebar itu pasti sakit, Sheisa nganguk menyakinkan dirinya sendiri kalau Arjuna gakpapa tapi sebenarnya kenapa-kenapa.

"Chantik boleh pulang hari ini, boleh yaa dia nginep aja di rumah gue?” Tanya Sheisa.

Arjuna nganguk. "Makasih sha." Karna bagi Arjuna sekarang keamanan chantik nomor satu dia gak mau sampai adeknya ketemu sama bapaknya lagi dan berakhir kayak gini.

" Karna bagi Arjuna sekarang keamanan chantik nomor satu dia gak mau sampai adeknya ketemu sama bapaknya lagi dan berakhir kayak gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















//

Arjuna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang