31

178 51 34
                                    







Harusnya tadi pagi Arjuna udah jemput Sheisa. Tapi gak tahu kenapa datengnya sore yaa. Untung hari minggu. Sheisa mah yaa terserah Arjuna aja mau dateng jam berapa. Arjuna dah standbye di depan rumah Sheisa.

Sheisa keluar dari rumah dan gak lupa buat ngunci pager. "Chantim di dalam kan?" tanya Arjuna.

"Iyalah. Mbak gue kalau minggu lagi jalan-jalan say, gak da orang. Mama juga bentar lagi balik dari butik." Arjuna mangut-mangut.

Sheisa pakai helm dan naik. "Mampir beli bunga ya jun."

"Gak usah. Gue udah beli."

"Kan elo. Gue juga mau bawa bunga." Yaudah iyaaa mau berangkat aja harus ribut dulu sih.

Gimana mau jadian nih? HAHAHAH






Sampai di pemakaman, Sheisa rada nervous gak tahu kenapa. Bukan nervous karna takut ini di kuburan yaa, gak tahu deh. Arjuna kira Sheisa mau beli bunga buat di sebar gitu ternyata buket bunga. Untung gak heboh dan gede yaa Sha. Kalau gede bisa sampai di kuburan sisa tangkai nya doang.

Naik motor cuy, ngadi-ngadi juga.

"Mana?" tanya Sheisa.

"Mana yaa?"

"Heh?"

"ehehehhe itu."

Mereka jalan mendekati batu nisan yang udah rapi banget udah di keramik gitu. Bertuliskan nama Jisya. Arjuna jongkok, Sheisa ikut. "Assalamualaikum mama." Ucap Arjuna sambil ngelus nisan.

"Selamat ulang tahun mama Ajun yang baik dan cantik." Sheisa nunduk. Moment kayak gini baru pertama kali dia alami jadi rasanya nano-nano banget.

"Maaf yaa ma, Ajun belum bisa bujuk Chantik buat ke sini,"

"Mah di sana enak gak?" Sheisa sampai nengok ke Arjuna pas dengar itu.

"Cerita dong," Sheisa mau nangis aja boleh gak sih?

"Oh iyaa mah, Ajun bawa temen."

"Hay Tante, aku Sheisa. Aku maunya sih udah gak temenan lagi sama Ajun tante."

"Eh?"

"Aku bawa bunga tante, kata Chantik tante suka mawar putih yaa? Ini Shasa bawain."

"Ini hadiah dari Chantik cuma nitip aja ke Shasa." Arjuna kaget. Matanya gak lepas dari Sheisa.

"Tante, anak anak tante baik banget sih? Pasti nurun dari tante yaa?"

"Chantik cantik banget, mamanya cantik begini."

"Tante dapat salah dari mama Shasa."

"Selamat ulang tahun tante Jisya." ucap Sheisa dan setelah itu dia mendongak ke atas menahan airmatanya buat gak jatuh. Arjuna terkekeh melihat Sheisa. "Ma Ajun pamit yaa, udah sore."

"Kasian anak orang, udah banjir." mau Sheisa tabok tapi takut. Arjuna berdiri gak lupa buat doa dan ngelus nisan mamanya, Sheisa juga.

Mereka jalan ke motor, Sheisa masih sesekali ngusap airmatanya. "Anjir kenapa setiap di samping lo tuh gue jadi cengeng sih ah!?" omel Sheisa.

"pada dasarnya lo emang cengeng sha."

"Gak gue gak cengeng."

"Yaudah iyaa,, ini helmnya." Sheisa terima dan naik ke motor. Di perjalanan sore ini gak ada yang mau buka percakapan. Sheisa masih larut sama pikirannya, hatinya masih di sana. Di depan nisan mama Jisya.

Arjuna? Lagi senyum gak tahu senyum aja, apalagi kalau ingat setiap kalimat dari Sheisa.

"Mau mampir gak?" tanya Arjuna. Gak ada jawaban dari Sheisa. Yaudahlah gak dengar dianya.









Arjuna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang