4. I Don't Care

366 30 0
                                    

"Loh Jen, mau ke mana? Ke kantor ya?" Tanya Renjun, menatap Jeno yang sudah rapih dengan style-an formal-nya.

"Apakah kau buta?" Sarkas Jeno.

"Jeno tunggu! Ini aku sudah buatkan bekal untuk kau makan." Ucap Renjun, memberikan makanan itu ke dalam genggaman tangan Jeno.

Jeno mendengus, membawa bekal yang Renjun berikan, lalu membuang-nya ke dalam tempat sampah, tepat di hadapan Renjun.

"Aku bukan bocah atau anak kecil yang harus di buatkan seperti ini. Harus berapa kali aku memberitahu-mu? Urus-lah urusan-mu sendiri." Sarkas Jeno.

"Kau sukses menghancurkan mood di pagi hari-ku yang cerah." Lanjut Jeno lalu pergi meninggalkan Renjun.

Renjun perlahan bergegas mengambil bekal yang di buang Jeno ke tempat sampah.

"Cuma luarnya yang kotor, dalam-nya masih bisa di makan." Gumam Renjun, mengambil makanan tersebut, membawanya untuk mengganti dengan wadah yang lebih baru.

*ting nong ting nong* suara bel rumah Renjun berbunyi ketika dirinya tengah memindahkan makanan.

Renjun pun bergegas berjalan membukakan pintu.

*cklek* pintu yang di buka Renjun, menampakkan wajah sang Eomma ketika pertama kali Renjun membuka pintu.

"Hai sayang. Bagaiman keadaan kamu?" Tanya Taeyong dengan riang-nya dan langsung memeluk Renjun.

Renjun tersenyum, membalas peluk-kan Taeyong, dan langsung membawa Taeyong masuk.

Menduduk-kan Taeyong di sofa ruang keluarga-nya. "Eomma mau minum apa?" Tanya Renjun.

"Apapun buatan-mu." Jawab Taeyong.

Renjun langsung bergegas ke dapur untuk membuatkan minum untuk Taeyong. Setelah-nya ia kembali lagi dengan membawa minuman serta beberapa makanan untuk Taeyong.

"Eomma ke sini sama siapa?" Tanya Renjun yang mulai duduk di samping Taeyong.

"Bersama supir. Eomma ingin melihat keadaan-mu saja. Eomma takut Jeno berbuat sesuatu yang mengerikan kepada-mu." Jelas Taeyong.

"Maksud Eomma?" Tanya Renjun, berlagak tidak tau atas perkataan Taeyong.

"Eomma takut Jeno menyakiti diri-mu. Kau tau sendiri bukan kalau Jeno itu sangat menyayangi dan mencintai Jaemin? Eomma takut kalau Jeno melampiaskan semua kemarahan dan kekesalan yang ia rasakan kepada diri-mu." Jelas Taeyong.

"Kau baik-baik saja kan? Jeno tidak berbuat sesuatu yang menyakiti diri-mu kan?" Tanya Taeyong yang mulai mengecek seluruh tubuh Renjun.

Renjun terkekeh, ia langsung mengambil tangan Taeyong dan menggenggam-nya. "Eomma, aku baik-baik saja. Jeno tidak berbuat sesuatu yang menyakiti diri-ku. Bahkan tadi Jeno sarapan bersama dengan-ku." Dusta Renjun, di sertai senyuman manis-nya.

Renjun tidak mau membuat Taeyong khawatir. Renjun tidak mau kalau Taeyong memarahi Jeno akan sikap Jeno. Renjun juga tidak mau kalau Jeno semakin membenci-nya karena ini. Jadi , Renjun lebih memilih untuk berbohong dan berkata semua-nya baik-baik saja.

"Benarkah? Syukur lah kalau Jeno memperlakukan-mu dengan baik. Kalau Jeno menyakiti-mu? Kau harus memberi tahu Eomma ya?" Peringat Taeyong.

Renjun tersenyum lalu mengangguk-kan kepalanya. "Aku akan memberi tahu Eomma. Eomma tenang saja ya. Aku akan baik-baik saja." Ucap Renjun yang terus tersenyum.

"Oh iya, apakah Eomma sudah makan? Aku sudah menyiapkan makanan khas China untuk Eomma. Sebentar ya." Ucap Renjun. Mengambil makanan yang ia buat tadi.

Bukan makanan yang telah di buang Jeno ya! Renjun emang bikin-nya agak banyakan untuk dia makan nanti.

Setelah mengambil, Renjun langsung kembali lagi.

"Kayak-nya pedes kalo bagi Eomma. Makanya aku sediakan susu dan yogurth untuk Eomma." Ucap Renjun.

Taeyong pun mulai memakan ayam pedas kering buatan Renjun.

---

Jika di sana Renjun dan Taeyong sedang bercanda ria dan mengobrol bersama, berbeda dengan Jeno saat ini.

Saat ini Jeno tengah menatap mantan kekasih-nya yang tengah ada di hadapan-nya.

"Aku tidak menerima surat pengunduran diri-mu." Ucap Jeno seraya menyobek surat pengunduran diri yang di beri Jaemin.

Jaemin menghela nafasnya gusar. "Jeno, kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Kau sudah hidup bahagia bersama Renjun istri-mu. Sedangkan aku? Aku juga sudah bahagia bersama Felix, kekasih-ku. Kekasih pilihan Eomma-ku." Ucap Jaemin, memberikan pengertian kepada Jeno.

"Kau tidak usah khawatir. Sekertaris baru sudah aku ajarkan semua yang ada di perusahaan dan kegiatan serta pekerjaan yang akan ia lakukan." Ucap Jaemin.

"Aku tetap tidak menerima-nya Na Jaemin. Aku hanya ingin kau menjadi sekertaris-ku!" Kekeh Jeno.

"Dan kau bilang apa? Bahagia? Kau kali yang bahagia atas hubungan-mu dan Felix. Aku tidak bahagia atas hubungan-ku. Kebahagian-ku cuma ada di diri-mu. Aku hanya bahagia ketika aku bersama diri-mu." Sambung Jeno.

Jaemin menghela nafasnya frustasi. Ia tidak tau lagi harus memberi tahu Jeno seperti apa. Jeno itu sangat keras kepala.

"Tapi aku tidak bahagia bersama diri-mu. Jadi berhenti-lah. Hentikan semua ini Jeno. Kita sudah punya kehidupan masing-masing. Aku tidak mau di cap sebagai wanita pengganggu suami orang, atau orang ketiga di antara hubungan-mu dengan Jaemin." Jelas Jaemin frustasi.

"Aku tidak perduli Jaemin. Mau kau cinta atau tidak kepada-ku? Aku tetap akan mencintai-mu. Kau menyuruh-ku berhenti? Bagaimana bisa? Aku sudah terlanjur menaruh semua hati-ku kepada diri-mu. Dan kau juga bukan wanita pengganggu suami orang, atau jadi orang ketiga di antara hubungan aku. Hubungan aku dan dia hanya sebagai bisnis saja. Jadi, kau jangan berfikiran seperti itu." Ucap Jeno.

Jaemin mendesah frustasi. "Terserah kau! Yang penting daat ini aku sudah mengundurkan diri jadi sekertaris-mu. Sekertaris pengganti-ku akan datang besok. Dan masalah mengenai denda yang tertera dalam kontrak? Aku akan membayarnya ke rekening-mu." Final Jaemin lalu pergi dari ruangan Jeno.

Jeno menggeram, meremat kertas dengan sangat keras, membuat buku-buku telapak tangan-nya memutih.

"Semua karena Huang Renjun! Wanita itu yang membuat-nya seperti ini! Karena dia, Jaemin menjadi seperti ini!" Geram Jeno.

"Aku tidak akan membiarkan-mu pergi Jaemin! Aku akan pastikan kau jatuh ke dalam pelukkan-ku. Tunggu aku. Aku pastikan, aku akan bercerai dengan Renjun. Kau tunggu ya. Tunggu kedatangan-ku yang akan menjemput-mu." Ucap Jeno di sertai seringaian-nya.

Tangan Jeno mulai ter-ulur mengambil ponsel yang ada di saku celana-nya, ia berniat untuk menghubungi orang kepercayaan-nya.

Hallo Sungchan.

Hallo Jeno? Ada apa kau menelepon-ku?

Tolong carikan segala macam cara agar Jaemin tidak jadi mengundurkan diri dari perusahaan-ku.

Tiba-tiba?

Hm, aku akan membayar-mu lebih kalau kau bisa melakukan itu.

Tunggu.

CONCILIANTIS - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang