Setelah mengantarkan Taeyong pulang, Jeno dan Renjun langsung bergegas pulang dari kediaman Lee.
"Turun." Titah Jeno kepada Renjun di pinggir jalan.
"Jen, tapi ini masih jauh dari rumah, dan aku lupa membawa dompet." Ucap Renjun, meminta sedikit pengertian Jeno.
Jeno mendengus. "Kau pikir aku peduli? Dan kau pikir aku sudi membiarkan-mu masuk ke dalam mobil-ku atau memberi-mu tumpangan? Jangan harap! Jadi, turun-lah selagi aku meminta-mu turun dengan baik." Usir Jeno.
Dengan helaan nafas pasrah, Renjun akhirnya turun dari mobil Jeno. Setelah Renjun turun, Jeno langsung menjalankan mobil-nya pergi meninggalkan Renjun yang tengah menatap kepergian mobil yang di kendarai Jeno.
"Aku pulang naik apa? Masa iya jalan? Jauh banget dari rumah. Naik bus? Dompet beserta isi-nya aja ada di rumah." Gumam Renjun.
"Telepon Haechan? Takut mengganggu, takut dia nanya yang tidak-tidak, aku bingung jawabnya." Tambah Renjun.
"Cha, terpaksa jalan." Ujar Renjun seraya menghela nafas pasrah, sebelum akhirnya pergi jalan.
Renjun terus jalan di pinggir trotoar dengan wajah yang ia tundukkan, melihat aspal jalanan dan berharap tidak ada orang yang mengenalnya. Apalagi Haechan atau orang tua Jeno. Bisa panjang urusan-nya. Renjun juga bingung mau jawab aja kalau mereka bertanya. Apalagi Haechan, bawel-nya minta ampun.
*drt drt* getaran ponsel Renjun, membuat tangan Renjun terangkat.
"Jaemin?" Gumam Renjun sebelum akhirnya ia mengangkat panggilan dari Jaemin.
Hallo Nana? Ada apa ya?
Hallo Injun-ah, kau ada di mana?
Ada di gangnam, kenapa emang?
Apakah sekarang kau ada waktu luang? Kalau ada, aku ingin meminta bantuan-mu untuk memilih rancangan gaun pernikahan-ku.
Ah, aku ada waktu luang kok sekarang.
Ah kebetulan sekali. Kalau kayak gitu, kirim lokasi kau berada. Aku akan ke sana menjemput-mu, sekalian pergi.
Oke, aku akan mengirim-nya melalui pesan.
Oke kalau gitu aku tunggu, annyeong Renjunie!
Annyeong Nana!
Setelah itu, Renjun langsung mematikan ponsel-nya secara sepihak.
"Syukur-lah, akhirnya aku bisa pulang tanpa jalan kaki." Gumam Renjun, di iringi helaan nafas lega.
Setelah 20 menit menunggu, sebuah mobil berhenti di depan-nya.
"Injun-ah, ayo masuk!" Ucap Nana yang sedang berada di dalam mobil, dengan kaca mobil yang di turunkan.
Renjun yang tengah bermain ponsel-pun tersentak kaget dan langsung masuk ke dalam mobil Nana.
"Maaf ya lama. Soal-nya aku harus menunggu izin dari Felix. Apakah boleh atau tidak." Ucap Nana yang sedikit menyesal karena telah membuat Renjun menunggu lama.
"Ah tidak apa-apa." Ucap Renjun.
Jaemin pun mulai menjalankan mobilnya pergi menuju butik pesanan gaun pernikahan-nya.
"Injun-ah, apakah kau sudah makan? Bagaimana kalau kita makan dulu, aku belum makan siang soal-nya." Pinta Jaemin.
"Ah oke. Tapi Jaeminie, bisakah kita ke rumah aku dulu. Aku tidak membawa dompet soal-nya. Dompet-ku ketinggalan di rumah." Pinta Renjun. Kan tidak enak kalau jalan tidak bawa uang atau kartu debet/kredit.
"Kau tidak usah membawa uanh. Biar aku yang mentraktir-mu hari ini. Lagipula kan aku yang mengajak-mu. Jadi, kau tidak usah merasa khawatir atau tidak enak kepada-ku ya." Seru Nana, yang di sambut senyuman hangat oleh Renjun.
"Gumawo." Ucap Renjun.
Mobil Jaemin terus melaju menuju restaurant langganan miliknya.
Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, Jaemin dan Renjun pun bergegas keluar.
Duduk di bangku dekat jendela, lalu menunggu pesanan yang mereka pesan datang.
"Nana, sebelumnya aku minta maaf ya. Tapi, di manakah Felix? Seharusnya kan kalian berdua yang datang ke butik untuk memilih rancangan pernikahan kalian dan fitting baju bersama." Tanya Renjun penasaran.
"Ah, Felix tengah sibuk dengan kerjanya. Dia sedang menyelesaikan semua pekerjaan-nya sebelum hari pernikahan kami. Tadinya dia menyuruh-ku untuk menunggu-nya agar kami bisa fitting bersama. Tapi aku-nya tidak mau, aku gak mau buat dia kelelahan. Jadi, aku memilih untuk pergi sendiri. Tapi karena aku orangnya gak percaya diri, jadi aku mengajak diri-mu untuk menemani-ku dan memberikan pendapat manakah gaun yang cocok untuk-ku." Jelas Jaemin.
"Ah seperti itu. Aku kira ada masalah apa sampai kau harus meminta aku untuk menemani-mu" Gumam Renjun.
Jaemin tersenyum. "Tidak, aku hanya bingung ingin mengajak siapa. Teman-ku cuma dirimu, jadi aku mengajak kamu deh." Balas Jaemin.
Mereka berdua pun mulai makan bersama setelah makanan mereka tiba.
Selesai makan, mereka berdua langsung bergegas ke butik. Memilih beberapa gaun yang terlihat cocok di pakai Jaemin.
Setelah mencoba 10 gaun, akhirnya Jaemin serta Renjun memutuskan untuk memakai gaun yang ketiga. Karena sangat cocok di tubuh Jaemin. Sederhana tapi elegant dan tidak terlalu ramai.
Setelah selesai memilih gaun, mereka pun berniat bermain bersama. Sampai pada akhirnya wakti telah menunjukkan pukul 7 malam, Renjun pun meminta pulang kepada Jaemin.
Ia harus membuatkan makan malam dulu untuk Jeno. Ia takut ketika Jeno pulang, tidak tersedia makanan. Terlebih Renjun belum membereskan rumah mereka.
Yup, Renjun tidak memakai jasa pembantu atau petugas kebersihan. Walaupun Taeyong memaksa dan kekeh ingin memberikan salah satu maid-nya untuk membantu Renjun, namun Renjun tolak.
Ah, bukan Renjun yang menolak-nya terlebih dahulu, melainkan Jeno. Jeno tidak setuju memakai jasa asisten rumah tangga. Renjun juga setuju akan hal itu. Ia akan gabut kalau memakai jasa itu. Jadi, dia memutuskan untuk tidak memakai-nya.
Sampai di depan rumah Renjun, Renjun pun langsung menawarkan Jaemin. Apakah mau mampir atau tidak?
"Na, kamu ingin berkunjung ke rumah-ku?" Tawar Renjun.
Jaemin sedikit menimbang ajak-kan Renjun sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya. "Njun, kayak-nya gak dulu deh. Aku takut Felix menunggu-ku." Tolak Jaemin.
"Oh ya sudah kalau kayak gitu. Hati-hati di jalan ya! Dan aku sangat berterima kasih atas kesenangan hari ini." Ucap Renjun dengan sangat tulus.
"Ah! Kau tidak perlu berterima kasih, justru aku yang sangat berterima kasih kepada dirimu. Kau sudah meluangkan waktu untuk-ku, memberikan masuk-kan untu-ku, serta menemani-ku bermain. Aku sangat senang telah mengenal dirimu." Ujar Jaemin, membalas perkataan Renjun.
"Ya sudah Na, kalau gitu aku masuk ya! Hati-hati di jalan! Jangan mengebut!" Peringat Renjun yang langsung masuk ke dalam rumah-nya.
Sampai di dalam rumah, Renjun mengerutkan dahinya bingung karena tidak menemukan keberadaan Jeno. Rumah-nya sangat sepi saat ini.
"Jeno kemana ya?" Gumam Renjun yang mulai khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONCILIANTIS - NOREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS NOREN (JENO X RENJUN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK SUKA DENGAN SHIPPER YANG BERSANGKUTAN? DIMOHON UNTUK TIDAK BERKOMENTAR NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR! ATAUPUN DI KEHIDUPAN PRIBADI LEE JENO DAN HUANG RENJUN!