3. Rules

390 35 1
                                    

*ting nong ting nong ting nong* bel apartemen seseorang di pencet secara brutal oleh Jeno.

Sang empuh yang sedang tidur pun meringis ketika mendengar suara bel yang terus berbunyi.

"Sabar!" Teriak orang itu di sepanjang jalan menuju pintu.

*cklek* orang itu akhirnya membuka pintu apartemen miliknya.

*grep* *plug* Jeno langsung menarik orang itu ke dalam pelukkan-nya. Jeno juga menaruh kepalanya di atas pundak orang itu.

"Nana, jangan tinggalin aku. Aku mohon. Kita ulang dari awal ya? Aku gak bisa putus dan jauh dari kamu." Gumam Jeno yang kesadaran-nya sudah di rebut oleh efek dari minuman alkohol yang ia minum.

Jaemin atau yang sering di panggil Nana pun meringis, tubuhnya sedikit goyah ketika Jeno memeluk dirinya serta bersandar di tubuhnya.

Perlahan Jaemin membawa masuk ke dalam apartemen miliknya. Melempar tubuh Jeno ke atas sofa miliknya. Perlahan Jaemin mendekati Jeno.

"Ck! Kau pasti kabur di hari pertama-mu setelah menikah bukan?" Gumam Jaemin, menatap Jeno yang tengah menutup matanya.

Jaemin menghela nafasnya lalu menggelengkan kepalanya jengah. Ia berniat untuk mengambil ponsel-nya. Ingin menghubungi Renjun, yang saat ini adalah istri dari Jeno. Namun langkah-nya terhenti karena Jeno yang menarik-nya jatuh ke dalam pelukkan dia.

Jeno tidak membiarkan Jaemin bergerak sedikit pun. "Jangan tinggalkan aku." Gumam Jeno.

"Kau sudah punya istri Jeno ya. Renjun-ah? Mianhe" Gumam Jaemin.

***

"Hoaammm~~~" Renjun terbangun dari tidurnya karena cahaya matahari yang masuk ke dalam matanya, melalui jendela rumahnya.

"Eung~~~" gumam Renjun seraya merenggangkan tubuhnya.

"Eoh, sudah pagi? Aku ketiduran di sini?" Monolog Renjun, menatap jam yang ada di dinding.

Netra Renjun menatap sekitar. "Apakah Jeno sudah pulang?" Gumam Renjun.

"Makanan-nya sudah dingin, kemungkinan sudah basi." Seru Renjun, menatap nanar makanan yang ia bikin ternyata sudah basi.

Langsung saja Renjun beranjak dari duduknya, menuju dapur untuk membuat sarapan untuk dirinya dan juga Jeno.

Renjun tidak tau di mana keberadaan Jeno. Atau jangan-jangan dia sudah berangkat kerja? Atau dia sudah ada di dalam kamarnya?

Renjun bergegas untuk membuka kulkas dan memisahkan bahan yang ingin ia masak. Ia berniat untuk membuat makanan khas China, yaitu La ji zi atau yang sering di kenal dengan ayam pedas kering.

Renjun tidak tau apakah Jeno menyukai makanan pedas atau tidak. Bagaimana dia tau kalau dia tidak bertanya kepada Jeno. Ia ingin sekali bertanya mengenai makanan yang Jeno suka atau tidak. Jadi, ia bisa tau makanan apa yang ia ingin masak-kan untuk Jeno.

Tapi kalian tau sendiri Jeno kayak gimana. Bisa-bisa Renjun langsung di maki baru bertanya seperti itu.

Setelah menyelesaikan makanan-nya dan mencuci semua perlataan yanh ia gunakan, ia langsung bergegas membawa masakan yang telah ia masak ke meja makan.

Menatap meja makan dengan rapih, lalu Renjun bergegas menuju kamar Jeno. Ia ingin melihat. Apakah Jeno sudah pulang, atau belum.

Baru saja Renjun melangkahkan kakinya, suara orang yang membuka pintu mengurungkan niat Renjun untuk pergi ke kamar Jeno.

Renjun yakin kalau orang yang baru saja membuka pintu adalah Jeno.

Renjun berjalan menuju pintu utama, dan benar saja dugaan-nya! Orang yang baru pulang itu Jeno.

Renjun menghela nafasnya lega ketika melihat Jeno pulang dengan keadaan selamat. Ia pulang dengan keadaan yang sangat rapih, seperti pakaian yang ia kenakan tadi malam.

Tanpa di tunggu, Renjun langsung bergegas untuk membantu Jeno membuka jaket yang ia kenakan.

Baru saja Renjun ingin membantu, tangan-nya malah di sentak oleh Jeno. "Mau apa kau?" Sinis Jeno, menatap Renjun dengan tatapan sinis.

"Aku ingin membantu-mu membuka jaket-mu." Gumam Renjun dengan tatapan polosnya.

Jeno mendecak kesal mendengarnya. "Apakah kau pikir aku lumpuh?" Sarkas Jeno.

"Aniya, bukan itu maksud-ku." Jawab Renjun kelagapan.

"Ck! Sudahlah! Jangan pernah ikut campur dalam urusan-ku! Kau tidak perlu memerankan karakter istri yang baik di depan-ku. Percuma! Aku tidak akan masuk ke dalam pelukkan-mu, yang aku cintai hanya-lah Jaemin seorang." Ucap Jeno lalu pergi meninggalkan Renjun.

Renjun diam saja? Tentu saja tidak! Ia mengikuti Jeno dari belakang.

"Apakah kau lapar? Apakah kau sudah makan? Aku sudah menyiapkan sarapan untuk-mu." Celoteh Renjun yang terus mengikuti Jeno dari belakang.

"Apakah kau memasak?" Tanya Jeno yang membuat senyuman Renjun terbit.

Renjun mengangguk antusias. Ia langsung menggenggam tangan Jeno, dan menarik Jeno pergi ke ruang makan.

"Aku masakan makanan khas China untuk-mu. La ji zi atau yang di sebut ayam pedas kering." Jelas Renjun, memperkenalkan masakan yang ia masak.

Jeno memutarkan kedua bola matanya jengah. Ia langsung mendekati makanan yang Renjun buat dan---

*prang* semua makanan jatuh karena ulah Jeno. Jeno menyingkirkan makanan Renjun dalam satu kali hentakan. Membuat semua makanan-nya jatuh dan piring pada pecah.

Renjun menutup matanya sejenak atas perlakuan Jeno.

"Kau pikir aku akan mengucap. Wow masakan-mu terlihat sangat enak. Terima kasih telah memasakan masakan lezat untuk-ku. Atau yang lebih parahnya kau berfikir aku akan memakan makanan-mu?" Ucap Jeno, di sertai seringaian yang terpatri di bibirnya.

"Ck! Ini rumah-ku! Kau menumpang di sini! Jadi, jangan pernah berbuat sesuka-mu! Aku Tuan rumah di sini! Aku yang membuat peraturan di sini! Dan kau sebagai orang yang menumpang? Harus mengikuti semua peraturan yang aku buat di rumah ini!"

"Aturan pertama, jangan pernah sok perduli dengan aku! Jangan mencampuri segala urusan-ku! Kita memang suami istri, tapi itu di depan Eomma dan Appa. Tidak di belakang mereka. Jadi, bertingkah-lah seperti bukan siapa-siapa di belakang Eomma dan Appa-ku. Arraseo?" Ucap Jeno, yang langsung pergi meninggalkan Renjun, tanpa menunggu jawaban Renjun.

"Bereskan kekacauan yang kau buat! Aku tidak suka rumah-ku kotor!" Titah Jeno sebelum pergi.

Renjun menatap nanar makanan yang telah jatuh. Perlahan ia mulai memunguti pecahan kaca yang berhamburan di lantai.

Ia juga langsung mengambil perlatan kebersihan dan juga tong sampah untuk membuang semua kekacauan yang Jeno buat.

"Padahal aku belum mencicipinya." Gumam Renjun di sela-sela aktivitasnya yang sedang membersihkan percahan kaca.

"Kalau tidak mau, setidaknya jangan membuang makanan-nya. Makanan ini tidak salah." Ucap Renjun.

"Atau jangan-jangan makanan aku kurang menarik? Atau Jeno tidak suka makanan pedas makanya ia berkata seperti itu karena gengsi?" Monolog Renjun.

"Ah! Aku akan memasakan masakan yang tidak pedas untuk Jeno! Aku akan berusaha membuat Jeno memamakan makanan-ku." Ucap Renjun penuh tekad, di sertai senyuman yang terpatri di wajahnya.

CONCILIANTIS - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang