5. I'm Fine

374 28 0
                                    

"Maafkan aku baru datang. Apakah kau menunggu lama, Nana?" Tanya Renjun kepada wanita yang tengah duduk di hadapan-nya.

Na Jaemin atau yang sering di sapa Nana merupakan mantan kekasih dari Jeno, kekasihnya.

Setelah Taeyong kembali ke rumahnya, Renjun mendapatkan panggilan dari Jaemin. Jaemin meminta Renjun untuk bertemu.

Renjun tidak keberatan akan hal itu. Dia menyetujui-nya.

"Ah tidak. Aku baru saja sampai. Aku sudah memesankan Manggo Juice untuk-mu. Maaf kalau kau tidak suka, kau bisa pesan minuman semau-mu." Ucap Jaemin kepada Renjun yang saat ini sudah duduk di hadapan-nya.

"Ah tidak perlu. Aku suka Manggo Juice." Ucap Renjun lalu meminum Manggo Juice pesanan Jaemin.

"Jadi, untuk apa kamu meminta-ku bertemu?" Tanya Renjun.

"Ah ne. Kau tau bukan kalau dulu aku dan Jeno adalah sepasang kekasih? Hubungan kita sudah berlangsung sangat lama." Ucap Jaemin, memperkenalkan dirinya. Siapa tau Renjun tidak tau dirinya.

Renjun tersenyum, ia merasa tidak enak dengan Jaemin, sewaktu Jaemin menyebut hubungan antara dirinya dan Jeno telah berlangsung lama. Ini seperti Renjun yang merusak hubungan antara Jeno dan Jaemin.

"Maafkan aku. Karena aku, hubungan kalian harus kandas." Ucap Renjun yang penuh dengan rasa penyesalan.

Jaemin menggelengkan kepala-nya kikuk ketika mendengar ucapan permintaan maaf dari Renjun. "Ah, bukan itu maksud aku. Aku tidak menyalahkan diri-mu atau siapapun dalam kandas-nya hubungan kami." Ucap Jaemin tidak enak hati.

"Aku di sini hanya ingin memberi tahu. Kau juga tau bukan kalau aku bekerja menjadi sekertaris di perusahaan Jeno?" Tanya Jaemin lagi dan di angguki kepala oleh Renjun.

"Apakah Jeno melakukan suatu hal kepada dirimu?" Tanya Renjun khawatir.

"Aniya. Aku sudah keluar dari perusahaan Jeno. Tapi kau tidak usah merasa menyesal. Ini bukan salah-mu. Aku memang sudah berniat mengambil keputusan ini. Lagipula kekasih-ku melarang-ku untuk bekerja di kantor milik Jeno, apalagi menjadi sekertaris Jeno." Jelas Jaemin.

"Kau memiliki kekasih?" Tanya Renjun tak percaya.

Jaemin tersenyum dan mengangguk. "Heum, aku mempunyai kekasih Injun. Jadi, jangan salahkan dirimu sebagai perusak hubungan orang ya. Kamu sama sekali tidak seperti itu. Aku dan Jeno mengakhiri hubungan bukan karena dirimu. Memang ini sudah menjadi pilihan-ku." Jelas Jaemin.

"Kau menghianati Jeno?" Terka Renjun.

"Tidak. Mana mungkin aku mengkhianati Jeno. Aku di jodohkan oleh Eomma-ku dengan lelaki pilihan Eomma-ku. Sama seperti diri-mu" Jelas Jaemin.

"Benarkah?" Tanya Renjun dengan tatapan takjub dan tidak percaya.

"Benar. Namanya Felix. Jadi, kau jangan merasa hubungan aku putus karena kamu ya." Ucap Nana yang langsung di sambut hangat oleh Renjun.

Renjun kira Nana mengajak-nya bertemu untuk memarahi Renjun karena dirinya-lah yang membuat hubungan antara Jeno dan Jaemin putus.

Sebenarnya Renjun juga tidak enak dan merasa bersalah. Tapi Renjun tidak bisa berbuat apapun, ini sudah wasiat kedua orang tua-nya.

"Bisakah kita berteman? Aku tidak mempunyai teman selain diri-mu." Pinta Jaemin yang langsung di sambut hangat oleh Renjun.

***

Setelah bertemu, mengobrol dan Hangout berdua dengan Nana, Renjun pun akhirnya kembali ke rumahnya.

Membuka pintu rumah-nya secara perlahan. "Aku pul--" Ucapan Renjun tertahan karena seseorang yang langsung menarik-nya, begitu dia masuk.

Siapa lagi kalau bukan Jeno. Jeno menariknya begitu Renjun baru masuk ke dalam rumah.

Di tarik-nya Renjun dan di lemparkan-nya Renjun ke lantai, membuat Renjun meringis, merasakan sakit di bokong-nya.

"Jeno, ada apa? Apakah aku membiat kesalahan?" Tanya Renjun yang berniat ingin beranjak dari jatuhnya, namun di tahan oleh kaki Jeno.

Jeno menginjak kaki Renjun yang ingin beranjak. "Kau-kan yang menghasut Nana agar keluar dari perusahaan-ku?!" Sentak Jeno yang semakin menekan paha Renjun dengan kakinya.

Renjun meringis, merasakan sakit di paha-nya karena Jeno yang terus menginjak paha Renjun. Bukan hanya menginjak, Jeno menekan kakinya juga.

"Maksud kamu apa? Aku gak ada niatan menghasut atau mengancam Nana agar keluar dari perusahaan-mu." Ucap Renjun secara terbata karena di selingi dengan ringisan.

Jeno mendecih mendengar pengakuan Renjun. Ia beranggapan bahwa Renjun sedang pura-pura saat ini. "Selain perusak hubungan orang, ternyata kau juga bermuka dua hah?!" Teriak Jeno, membungkuk-kan tubuhnya, mengangkat wajah Renjun agar menatap wajahnya.

"Jen, aku sungguh tidak melakukan hal itu! Mana mungkin aku menghasut Nana yang sangat baik kepada-ku." Jujur Renjun, berusaha menjelaskan dan menangkal semua tuduhan Jeno, walaupun percuma. Jeno tidak akan percaya dengan semua perkataan yang keluar dari mulut Renjun.

Jeno mendecih mendengar penuturan Renjun. Ia segera menjauhkan wajahnya ke wajah Renjun. Di ambil-nya amplop berwarna coklat yang ada di atas meja, yang telah ia sediakan sedaritadi.

"Tidak menghasut? Lalu guna-nya kau bertemu dengan Jaemin di caffe untuk apa hah?!" Sentak Jeno, melemparkan amplop coklat itu tepat ke wajah Renjun.

Tangan Renjun ter-ulur mengambil amplop coklat yang di berikan Jeno, dan membuka-nya.

Renjun terdiam ketika melihat foto dirinya dengan Nana tadi. Iya! Kejadian tadi ketika Nana mengajak Renjun ke caffe untuk bicara.

"Jeno, Nana mengajak-ku untuk bertemu, bukan aku yang mengajak-nya Jeno. Kalau-- aw!" Ucapan Renjun berubah jadi ringisan ketika Jejo yang menarik rambutnya ke belakang.

"Kau tau? Kau adalah wanita paling munafik yang aku kenal. Aku sangat-sangat membenci karakter seperti diri-mu." Ucap Jeno? Menyentakkan tangan-nya yang memegang rambut Renjun, membuat kepala Renjun terpentuk sudut bangku.  Setelah itu, Jeno pergi dari hadapan Renjun.

Renjun meringis, ia meraba kepala belakang-nya yang ternyata mengeluarkan darah karena terpentuk sudut sofa.

Perlahan Renjun beranjak dari jatuhnya menuju kamarnya. Tapi sebelum kamar, Renjun mengambil peralatan p3k untuk membersihkan luka yang ada di kepalanya.

Menutup pintu secara perlahan, lalu duduk di depan cermin.

Tangan-nya mulai membuka perlatan p3k, mengambil beberapa obat, krim dan hal lainnya untuk menyumbat darah yang keluar.

Ringisan keluar dari mulut Renjun ketika luka-nya bertemu dengan obat yang mengandung alkohol.

Setelah selesai, Renjun pun membereskan kembali perlatan yang ia keluarkan, dan ia segera merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran King Size miliknya.

"Hah~~~" Helaan nafas yang keluar dari mulut Renjun.

"Eomma, Appa. Aku baik-baik saja. Kalian tidak usah khawatir heum. Aku yakin Jeno akan berubah. Aku yakin cepat atau lambat, Jeno akan menyukai-ku, atau setidaknya menghargai kehadiran-ku dan baik kepadaku. Jadi, kalian tidak usah khawatir ya. Aku baik-baik saja." Gumam Renjun, menatap atap dinding kamarnya.

CONCILIANTIS - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang