02

766 84 15
                                    

Kedua Song itu kini berhadapan satu sama lain. Lain kakak lain adik.

Kakaknya dengan wajah tenang tapi dingin itu terlihat damai saja duduk di kursi kebesarannya.

Berbeda dengan adiknya yang terlihat seperti gelandangan...err...tidak juga. Hanya saja, dirinya lebih dominan kesifat angkuh dan petakilan.

"Song sialan Jiyang!" makinya.

"Ya?" jawab pihak lain dengan nada santainya.

"Kau ingin membunuhku?!" teriaknya.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau menelponku dan mengatakan bahwa dirimu sekarat? Dasar keparat!" umpatnya lagi.

"Jika tidak seperti itu Mana mau kau mengunjungi Gege mu ini?" ucap Jiyang santai.

"Haish, kau tau kan ak-..."

"Berhenti'lah bebicara tentangnya, Song Weilong. Sudah kukatakan ribuan kali bahkan sepertinya lebih dari itu." Kini nada dari suara Jiyang tidak terdengar bersahabat.

"Yak!"

"Diam kau, Song Weilong. Jika sekali lagi kau berteriak padaku, maka kupastikan besok kau tidak bisa berteriak lagi," ancam Jiyang dengan tatapan tajamnya.

Weilong mendengus kesal. Selalu saja seperti ini.

"Kau itu bodoh atau apa? Gege benar-benar kecewa dengan cara pikir dan hati sialanmu itu," ucap Jiyang dengan sarkas. Tidak peduli jika itu menyakiti adiknya.

Weilong mengepalkan tangannya dan menatap nyalang pada Jiyang.

"Dasar bajingan! Enyah saja kau!" makinya dan kemudian berlari keluar meninggalkan Jiyang.

Jiyang menggehempaskan tubuhnya dengan kasar. Tanganya yang tadi hanya diam kini dia gunakan untuk memijat pelipisnya. Rasanya kepalanya bisa pecah kapan saja, jika Weilong tidak mau mendengarnya seperti ini.

"Kau membuatnya gila, dasar bajingan!" umpatnya kesal.

***

"Seharusnya Gege mendukungku kenapa dia selalu memarahiku. Dasar iblis!" umpat Weilong dan tanpa sadar menarik atensi seseorang.

"Sedang kesal, kawan?" tanya seorang pria yang tak lain adalah sahabat Weilong.

"Kau tahu, si keparat itu...ingin ku hih!" tangan Weilong mengepal dengan rahang yang mengeras menahan emosi.

"Hahaha. Aku lebih memihak Gegemu sekarang. Dia benar Wei. Tidak seharusnya kau bertingkah berlebihan padanya. Aku tahu kau bucin tapi otakmu tolong dipakai," tuturnya.

Weilong mendelik, "Yak! Kau sama saja!" tunjuk Weilong tepat beberapa cm dari wajah sahabatnya.

"Bukankah seharusnya memang seperti itu? Aku 100% lebih mempercayai Gegemu saat ini. Kadang kala kadar bucinmu itu harus dikurangi, jika tidak maka itu bisa menghancurkan segalanya," jelasnya.

Weilong memutar bola matanya jengah.

"Kalian benar-benar membuatku kesal!" ucap Weilong kesal sembari berjalan meninggalkan gedung perusahaan kakaknya dengan kaki yang dihentakkan.

Li Bowen hanya menggeleng pelan melihat tingkah sahabatnya itu. Tidak aneh memang melihat pertengkaran duo Song itu hanya saja kali ini Bowen lebih memihak Jiyang karena demi apapun Bowen khawatir pada Weilong yang keras kepala.

"Aku harap masih batas wajar," gumam Bowen menatap lelah kepergian sahabatnya.

***

Haoxuan kini tengah bersiap untuk makan malam laknatnya...setidaknya itulah menurutnya.

Young [ZhanYi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang