05

515 62 10
                                    

"Wang Yibo!" panggil Zhan pada pemuda manis yang tengah menonton TV tersebut.

Yibo menoleh dan seketika dirinya menunjukan cengiran khasnya. Sedangkan Xiao Zhan hanya dapat mengelus dadanya. Sabar dia tuh punya istri ralat maksudnya suami kecil modelan Yibo. Gimana gak sabar coba, plastik makanan dimana-mana, tisu berserakan dan parahnya piring bekas makan yang belum dicuci ada di atas meja.

"Zhan-ge."

Xiao Zhan menghela nafasnya lelah ketika Yibo memanggil namanya dengan nada membujuk. Xiao Zhan hanya menatap Yibo sebentar dan kemudian menggulung lengan kemeja yang dia kenakan, serta melepas dua kancing teratas dari kemejanya. Jemarinya yang panjang itu mengambil setiap bungkus plastik yang ada. Terlihat dari wajahnya dia kelalahan namun dia juga tidak bisa menyuruh Yibo melakukan hal yang dia lakukan.

"Biar aku bantu," ucap Yibo yang bangkit dari sofanya.

Xiao Zhan langsung memberikan tatapan tajam padanya membuat Yibo langsung menghentikan aksinya untuk membantu Xiao Zhan.

Beberapa menit berlalu dan Xiao Zhan membersihkan rumahnya dengan sangat cepat. Xiao Zhan duduk disofa yang Yibo juga duduki dan melirik kearah Yibo yang tengah menundukkan kepalanya.

Xiao Zhan merasa lelah dan emosi disaat bersamaan jadi dirinya membiarkan keheningan tercipta diantara mereka. Xiao Zhan emosi karena tingkah Yibo yang menurutnya kekanakan dengan membiarkan sampah berserakan dan membuat rumahnya kotor tapi mau bagaimana pun Xiao Zhan tidak benar-benar marah dirinya hanya merasa kelelahan.

"Zhan-ge."

Akhirnya keheningan itu memudar.

"Hm?" Xiao Zhan hanya berdehem. Tidak terlalu menanggapi apa yang diucapkan Yibo.

"Apa kau marah?" tanyanya dengan suara pelan.

Xiao Zhan dapat melihat dari ujung matanya bahwa anak itu tengah menahan tangisnya. Xiao Zhan hanya diam, tidak berniat menjawab pertanyaan Yibo. Dia hanya terlalu lelah menanggapi.

Yibo sadar dia salah. Dia selalu tidak bisa membuat Xiao Zhan bahagia. Dia sadar dia memiliki banyak kekurangan, pasti sulit bagi Xiao Zhan untuk menikahi seorang berandalan seperti dirinya.

Jemari lentiknya dia arahkan pada tangan Xiao Zhan, mengambilnya dan kemudian menggenggamnya. Jujur dia tidak suka Xiao Zhan diam seperti ini.

"Maaf." Hanya itu yang terlontar tapi mampu membuat Xiao Zhan luluh dan langsung mendekap Yibo.

Yibo tersenyum ketika tubuhnya akhirnya dipeluk Xiao Zhan, dia benar-benar takut jika Xiao Zhan marah besar padanya tadi.

"Jangan menangis," ucap Xiao Zhan menenangkan Yibo. Dia tidak berniat membuat Yibo menangis, dia hanya ingin Yibo jera dengan tingkahnya apalagi dirinya tengah mengandung.

Bukannya berhenti menangis, Yibo malah makin jadi tangisnya.

Xiao Zhan hanya tertawa pelan mendengar tangisan Yibo. Dia merasa seperti merawat bayi besar di dalam rumahnya.

***

"Apa kau siap?" tanya seseorang.

Pria dengan pakaian layaknya seorang tukang itu mengangguk dan kemudian berjalan masuk kedalam gedung apartmen.

"Sudah sampai?"

Pria itu mendengarkan earphonenya dan melirik kearah kamar apartemen yang menjadi tujuannya.

"Sudah."

Kaki jenjangnya dia arahkan. Tangannya langsung bergerak melepas earphone yang dia pakai.

Ting....tong....

Pria itu memencet belnya dan akhirnya seorang pemuda dengan perut membucit itu menampakkan batang hidungnya.

"Iya?"

"Saya dapat telpon kalau ACnya bermasalah," ucapnya.

"Ah...iya. Silahkan masuk."

Pria itu menundukkan kepalanya tatkala melihat sosok yang dia kenal tengah duduk disofa sembari menonton TV.

"Siapa, sayang?" tanyanya.

"ACnya rusak jadi aku panggil seseorang untuk memperbaiki," jawabnya.

Sosok bermanik hitam kelam itu mengangguk dan membiarkan istrinya mengantar pria itu kedalam ruangan.

"Disana." Tunjuknya.

Pria itu lantas memperbaiki ACnya.

Beberapa menit berlalu dan pria itu akhirnya selesai.

"Tunggu sebentar, akan aku ambilkan uangnya," ucapnya.

Pria itu mengangguk dan membiarkan sang pemilik rumah keluar dari ruangan. Setelah dirasanya aman, pria itu lantas mengambil kamera kecil dan disembunyikannya didekat sana.

"Sudah?"

"Aku sudah memasangnya. Apa kau sudah bisa melihat?" tanyanya memastikan.

"Tunggu."

"Sudah."

"Bagus," jawabnya.

Yibo memasuki ruangannya dan memberikan sejumlah uang pada tukang itu tanpa ada rasa curiga apapun.

"Ah, terimakasi tuan," ucap pria itu seraya membungkuk.

Pria itu lantas pergi dari kediaman Yibo dan dengan senyuman khasnya tersenyum senang.

"Permainan akan segera dimulai."

Tbc

Akhirnya up juga, maafkan Yuan yang sok sibuk ini, hehehe.

Sekian dari saya, Salam manis dari Yuan.

Young [ZhanYi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang