Suzy akhirnya sadar dengan kepala yang terasa sangat sakit, ia yakin sakitnya tak akan berkurang jika ia tetap berada disana meski mendapat perawatan terbaik sekalipun. Karena itu ia mencoba bangun, dan kembali ke garis yang sebenarnya harus ia lalui.
"Ah ya, aku mengunjungi eonni" gumam Suzy setelah berhasil mengingat hal apa yang seharusnya ia lakukan di hari libur ini, ia mengunjungi makam kakaknya.
Suzy turun dari ranjang dengan gerakan perlahan, berusaha untuk tidak membangunkan Hyunsung yang tertidur di sofa. Ia tidak bisa pergi jika adiknya terbangun, yang artinya ia tak akan lolos dari rasa sakit.
Berhasil, ia berhasil keluar dari ruang rawat setelah mengambil beberapa lembar uang dari dompet sang adik yang tergeletak di nakas. Kepalanya sakit, tapi ia masih bisa berpikir jernih dengan tidak kabur tanpa sepeserpun uang. Ia perlu uang untuk pulang ke rumah.
Suzy telah siap, sesampainya di rumah ia segera bergegas mandi dan berganti pakaian. Lalu melanjutkan kegiatan seperti yang seharusnya ia lakukan, dalam perjalanan menuju makam Joohyun rasa sakit di kepalanya perlahan menghilang, sampai akhirnya sama sekali tak terasa begitu ia sampai. Ia berhasil kembali pada takdir.
Suzy berjongkok di dekat pusara Joohyun, memandangi batu nisan yang bertuliskan nama sang kakak. Wanita itu mati dibunuh di usianya yang masih 26 tahun, satu tahun lebih muda dari usia Suzy sekarang. Namun yang membuat semakin naas adalah apa yang dialami Joohyun sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
"Akan ku pastikan orang itu tidak mendapatkan hukuman mati" gumam Suzy sembari mengepalkan tangannya. Ia lebih sudi jika pembunuh itu tersiksa seumur hidup, daripada mati begitu saja.
Ia beranjak, hendak pergi karena yang ia ingat dirinya memang tak lama disana. Ia harus melakukan hal yang jauh lebih penting. Ia berbalik namun perasaan asing menyerang.
"Bukankah seharusnya ada makam disini?" Pikirnya dalam hati melihat lahan kosong tepat di sebelah makam Joohyun. Yang ia ingat, saat itu ada satu makam baru disana. Tapi kali ini tempat di sebelah pusara sang kakak masih kosong. Jenazah itu dimakamkan di tempat lain atau mungkin ia belum mati.
Ingatannya muncul, mengembalikan rasa sakit yang baru saja pergi. Takdir seseorang berubah, tapi itu bukan urusannya bukan? kenapa kesakitan kembali meski tidak seberapa, Suzy masih bisa melawan rasa sakit itu. Ia masih bisa berkendara menuju sebuah cafe, ia akan bertemu Hyunjae kembali.
"Aku pulang dengan selamat" Ujar Suzy, ketika Hyunjae nampak cemas soal kejadian tempo hari, dimana Suzy kekeh ingin pulang sendiri setelah pingsan. Hyunjae menghembuskan nafas lega, sepertinya pria itu merasa bersalah karena tidak mengantar Suzy.
Suzy terdiam, menyeruput jus jeruk yang ia pesan, meneliti raut wajah Hyunjae yang selalu mengganggunya. Pria itu sangat dingin namun hangat disaat yang bersamaan. Meski memiliki kesan bad boy sedari dulu Suzy menyukai pria itu. Ia tidak pernah bisa lupa bagaimana Hyunjae selalu menjaganya, layaknya seorang kakak terhadap adik perempuannya.
Semenjak kematian Joohyun semuanya berubah, Hyunjae mengambil jarak hingga ia tidak pernah bisa menghubungi pria itu apalagi menemuinya. Suzy paham betul kalau keduanya terhubung berkat Joohyun, mereka bersahabat sejak Sekolah menengah. Namun perlukah hubungan keduanya terputus hanya karena penghubungnya sudah tidak ada?
Setelah berbagai cara, sekarang ia berhasil berhadapan dengan pria ini, lewat sebuah dunia yang sangat pria itu cintai "dunia musik". Tentu saja Suzy memiliki banyak produser handal di labelnya, tapi ia memutuskan untuk bekerja sama dengan Hyunjae agar bisa menemui pria itu.
Sampai hari kematiannya ia tidak pernah tau alasan seseorang yang sudah seperti saudara laki-lakinya menjauh setelah saudari perempuannya tak ada. Ia hanya terus menganggap bahwa Hyunjae sudah tidak peduli. Tapi kini, setelah ia diberi kesempatan untuk kembali memutar waktu, akhirnya ia mengetahui sesuatu.
...
"Siapa jaksa yang bertanggung jawab terhadap kasus kakakku?" Tanya Suzy pada detektif, berharap lelaki tua itu mau membantunya untuk terakhir kali.
"Lee Haejoon. Sejujurnya kasus kakakmu adalah kasus terakhirnya. Ia mengundurkan diri setelah diketahui memiliki seorang putra dari wanita yang bukan istrinya. Sekarang tidak seorangpun tau keberadaannya" Suzy kesal bukan main, jaksa itu menghilang setelah membuat kekacauan terhadap keluarganya?
"Seorang putra?" ucap Suzy berpura-pura tertarik. Meski sebenarnya ia tidak peduli dengan urusan pribadi pria tua bangka itu. Hanya saja ia merasa semua hal memungkinkan untuk menjadi petunjuk sekecil apapun.
"Ne, umm aku tidak seharusnya mengatakan ini tapi Kim Hyunjae dari Big hits adalah putranya" bisik detektif membuat Suzy syok bukan main.
Kim Hyunjae yang ia kenal adalah putra Lee Haejoon? pantas saja Hyunjae menjauhinya. Pria itu pasti merasa bersalah atas kesalahan yang tidak dilakukannya.
...
"Oppa.." Suzy nampak ragu, suasana canggung pun tercipta. Sudah lama sejak terakhir kali Suzy memanggil Hyunjae dengan kata itu. Setelah dipertemukan kembali dengan alasan pekerjaan, ia hanya selalu memanggilnya dengan panggilan Produser Kim.
"Apa kau merindukan eonni?" lirih Suzy dengan suara yang sangat lemah.
****
Jungkook nampak gelisah, peluh sudah membasahi pelipis. Rasanya sangat tak masuk akal ketika ia melihat bagaimana tubuhnya diangkat dari sungai, dimasukkan kedalam kantong besar berwarna kuning dan dibawa menggunakan mobil jenazah.
Tubuhnya dibawa masuk ke rumah orang tuanya, bisa ia lihat kesedihan yang nampak di wajah orang-orang terdekatnya. Sementara kedua orangtuanya menangis histeris sampai tak sadarkan diri berkali-kali.
Jungkook sibuk dengan pikirannya, menghabiskan banyak waktu dengan memikirkan hal apa yang sebenarnya sedang ia alami. Hingga tubuhnya sudah terbalut jas yang rapi kemudian dimasukkan ke dalam peti mati.
"Jungkook, meninggalkan catatan ini di kamarnya. Ia ingin dimakamkan bersebelahan dengan wanita ini" Jungkook membulatkan mata tak percaya, ketika melihat sang manager memberikan sepucuk surat pada pamannya.
Ia ingat, sebelum aksi bunuh dirinya ia menuliskan surat itu. Sebuah surat yang menyatakan bahwa ia ingin beristirahat di tempat yang dekat dengan tempat istirahat terakhir cinta pertama yang ia cari-cari namun sudah meninggal 4 tahun yang lalu
Tangisan demi tangisan terus terdengar di telinganya, ia pun tak kuasa membendung air mata ketika tubuhnya dimasukan kedalam sebuah lubang, lalu ditimbun dengan tanah. Sesak, rasanya sesak sekali. Tumpukan tanah itu semakin menimpa dan menghimpit tubuhnya, ia hanya bisa menangis.
Sampai sebuah cahaya menyilaukan muncul, bersamaan dengan langkah kaki seorang gadis berpakaian serba putih menghampiri dan memandangnya dengan senyum. Gadis itu, cinta pertamanya yang jatuh ke jurang bersamanya saat ia masih berusia 15 tahun.
Seperti yang ia rencanakan, jika ia mati maka mereka bisa bertemu. Jungkook memegang dadanya, tidak ada getaran seperti biasanya setiap ia mengingat gadis itu, padahal kali ini cinta pertamanya berada tepat di depannya.
"Ada yang aneh disini bukan?" ujar gadis itu, tersenyum sembari menyentuh dada Jungkook dengan lengannya.
Jungkook mengangguk membenarkan, bibirnya seakan kelu untuk bertanya. Saat ia masih mencoba untuk bicara, gadis itu menghilang tepat di depan matanya. Sinar itu kembali menghilang, menyisakan Jungkook dalam kegelapan.
Tak lama setelahnya seorang remaja dengan tawa khas muncul, gadis itulah yang bersamanya dalam gelap malam di dalam jurang. Berlarian, sambil tertawa, seakan ia sedang memainkan permainan yang sangat menyenangkan.
Jungkook tergerak untuk menghampiri gadis itu, namun gadis itu terus saja menjauh hingga menghilang dibalik sebuah pintu yang memancarkan sinar, ia tetap mengejar, membuka pinta dan ikut masuk kedalamnya. Ia memejamkan mata, karena sinar yang begitu terang sangat menyilaukan.
Setelah cahaya itu meredup, Jungkook memberanikan diri membuka mata, menatap benda putih yang berada tepat di depannya, langit-langit kamar. Ia hanya sedang bermimpi, tapi semuanya terasa begitu nyata.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
40 Days (END)
FanficCast : Bae Suzy Jeon Jungkook Birthday spesial edition for Kookzy ❤️