10

250 54 14
                                    

Suzy tak punya kendali atas tubuhnya, bisa ia dengar Jungkook memanggil-manggilnya, namun tidak sedikitpun tubuhnya bergerak meski ia mencoba berkali-kali, meski ia mengeluarkan semua energi yang ia miliki.

Tubuhnya terasa melayang, ia yakin pria Jeon itu yang membawa tubuhnya berlari entah kemana, yang pasti pria itu memiliki niat baik untuk menyelamatkannya. Pria itu menangis, tetesan demi tetesan air yang keluar dari mata sang idola menimpa wajahnya.

Hatinya terenyuh, tidak sekalipun ia pernah melihat seseorang begitu mengkhawatirkannya terkecuali keluarganya. Bahkan dalam 4 tahun terakhir, yang ia dapati hanyalah senyuman palsu orang-orang juga makian di belakangnya sebab dirinya yang memang sangat arogan.

Jungkook mengusap hidungnya, membersihkan darah segar yang terus mengalir dengan jemarinya tanpa rasa jijik, pria itu bahkan menciumi keningnya berkali-kali. 'Hey apa yang kau lakukan dengan tubuhku?!' Sekiranya itulah yang ingin Suzy teriakan namun ia tak mampu.

Tubuh Suzy berada di UGD sekarang, perawat bersiap memindahkannya menuju ruang ICU, dirinya kritis. Suzy tertawa miris, tidak banyak waktu tersisa tapi ia justru berakhir begini. Ia belum menemukan kepastian dari setiap hal yang ia curigai.

"Hyung dimana noona?" Tawa miris Suzy berubah menjadi tangisan, ia mendengar suara adiknya, satu-satunya keluarga yang ia punya. Seseorang yang seharusnya ia jaga dan jamin kebahagiaannya, namun justru ia tinggalkan sendiri di dunia.

"Di dalam sana, dokter mengatakan bahwa kondisinya sedang kritis" jelas Jungkook dengan wajah prustasi. Suzy yang mendengarnya merasakan sesuatu yang aneh, setiap kali Jungkook menangis dirinya seakan tersengat oleh listrik, hatinya ikut merasakan perih.

"AKH!" Pekik Suzy, seakan sesuatu yang beratnya mencapai jutaan ton menimpa tubuhnya. Rasanya sakit sekali, ketika rohnya kembali keluar dari tubuhnya, dokter menyatakan kalau ia sedang koma.

"Hyunsung-ah, noona disini. Jungkook aku disini" lirih Suzy, memanggil dua pria yang sedang menangisinya. Namun tidak seorangpun dari mereka mendengar perkataan Suzy.

Dengan tertatih Suzy mendekat, berusaha menyentuh punggung Jungkook yang sedang menenangkan adiknya. Tidak bisa, lengannya tak dapat menyentuh apapun. Pun dirinya yang tidak dapat dilihat siapapun.

"Bae Suzy!" Suara itu lagi, Suzy tentu mengingat suara itu. Wanita berpakaian serba putih yang memberikan kesempatan padanya untuk kembali hidup selama 40 hari. Namun wanita itu mengingkari janjinya, belum 40 hari namun ia sudah kembali terbaring di rumah sakit.

Wanita itu perlahan mendekat, sinar terang di sekitar tubuh gadis itu perlahan meredup seiring dengan semakin tipisnya jarak diantara mereka. Hingga Suzy bisa melihat wajah itu.

"Eonni" gumam Suzy, kembali meneteskan air mata. Ia sangat merindukan kakaknya, dan kini wanita itu berada tepat di depan matanya.

"Kenapa kau meninggalkanku?" Isak Suzy, menjulurkan lengan guna menyentuh Joohyun.

Sama seperti ketika hendak menyentuh Jungkook, ia pun tak dapat menyentuh kakaknya. Mungkin karena dirinya sedang berada di antara hidup dan mati, hingga ia tak bisa menyentuh mereka yang hidup atau yang mati.

"Karena aku harus bersama anakku" jawab Joohyun, gadis itu tersenyum sekilas pada Suzy. Lalu menoleh menatap adik lelakinya yang kini menangis dalam pelukan Jungkook.

"Kau sangat ingin mengetahui alasan kematianku bukan?" Suzy mengangguk, ketika Joohyun memberikan sebuah isyarat untuk memberinya cara. Tentu ia mau, karena itulah tujuannya kembali ke dunia, selain mempersiapkan Hyunsung menjadi sebatang kara yang kuat.

"Dengan satu syarat!" Suzy menoleh, menatap sang kakak yang kini nampak serius.

"Tepat dihari kau kembali, kau telah menyelamatkan satu nyawa yang seharusnya mati. Saat kau berada dalam jurang kematian, berjanjilah padaku untuk mengambil nyawa itu, dan hiduplah bahagia bersama Hyunsung" Suzy membalikan tubuhnya, ia yakin jika nyawa yang Joohyun maksud adalah nyawa yang kini menghidupkan Jungkook kembali.

Ingin rasanya mengatakan 'YA' tujuannya tercapai dan ia bisa tetap hidup. Tapi entah kenapa ia tak mampu, melihat Jungkook yang sedari tadi menangis untuknya. Hatinya merasa tak rela, jika pria itu akhirnya mati karenanya.

"Suzy katakan ya!" Joohyun kini berteriak ketika mendapati adiknya merasa bimbang. Sementara Suzy masih belum merespon, gadis itu menatap nanar Jungkook yang masih menangis untuknya.

"Katakan YA sekarang juga. BAE SUZY!" Suzy mengusap air matanya, menatap Joohyun dalam, jantungnya terasa sesak.



***



"Noona, kau membuatku takut" Suzy tersenyum tipis, tubuhnya masih lemah setelah sadar dari koma. Ia telah berpindah dari ruang ICU, kini ia berada dalam ruang perawatan.

Jungkook ada disana, setelah berhari-hari ia akhirnya bisa melihat wajah pria itu ketika menangis, bukan sebuah isakan yang hanya bisa didengar saat tak sadarkan diri. Perlahan namun pasti pria yang tampak lebih kurus dari yang terakhir kali ia lihat itu mendekat dan mendekap tubuhnya.

Rasa hangat menjalar di hati Suzy, perasaan itu tiba-tiba saja muncul dalam alam bawah sadarnya. Hanya lewat tangisan yang selalu pria itu lakukan setiap kali keadaannya memburuk. Lewat cerita ringan yang Jungkook sampaikan saat menungguinya bergantian dengan Hyunsung.

Indra pendengarannya berfungsi dengan baik, meski tubuhnya tak bisa ia ambil alih. Indra pendengarannya berfungsi baik, karena itu ia bisa mendengar ketika Jungkook menceritakan perasaannya terkait pertemuan pertama mereka di hutan.

Ia bisa mendengar bahwa Jungkook memilikinya sebagai cinta pertama yang masih dicintainya hingga sekarang, termasuk kekeliruannya dengan mengira bahwa itu adalah Joohyun berkat jaket yang ia kenakan.

"Kau rupanya, aku bersyukur karena kau selamat. Alih-alih mencintaiku, kau pasti membenci jika tau bahwa aku sempat meninggalkanmu" ujar Suzy dalam alam bawah sadarnya, merespon setiap hal yang Jungkook utarakan. Tapi kini ketika ia telah sadar, dan berada dalam dekapan pria itu, ia takut kalau-kalau Jungkook benar-benar membencinya.

"Dengarkan aku, jangan keras kepala lagi. Ikuti semua prosedur pengobatan" pinta Jungkook, menatap dalam wajah pucat Suzy. Dokter mengatakan bahwa kondisi Suzy membaik drastis, bahkan tumor di kepalanya mengecil seperti sebuah keajaiban. Namun ia masih merasa khawatir.

"Maafkan aku!" Sahut Suzy. Menangis, gadis Bae itu kemudian menangis, membuat Jungkook kembali mendekapnya.

Jantung keduanya berdebar keras, saling bersautan seakan itu adalah sebuah irama yang menjadi penenang bagi dua jiwa. Baik Suzy maupun Jungkook, keduanya tenggelam dalam suasana haru. Menghabiskan waktu dengan saling memeluk, membagi perasaan.

Lama kelamaan, satu suara melemah, perlahan-lahan semakin melemah. Lalu menghilang tanpa mereka sadari, kini hanya ada satu jantung yang berdetak. Sementara yang satunya terhenti, karena memang ia sudah mati.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

40 Days (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang