7

245 61 10
                                    

Jungkook terbangun dalam sebuah ruang sempit penuh debu. Tangan dan kakinya terikat pada kursi kayu yang sudah sangat tua. Setiap kali ia mencoba bergerak, suara decitan terdengar dari kursi yang sudah lapuk itu.

Suara langkah kaki terdengar, tepat ketika ia akhirnya bisa melepas kedua tangannya dari ikatan kuat sebuah tambang. Hingga pintu kayu yang terkunci rapat itu terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya bertubuh besar dengan tato disana sini.

"Siapa kau?!" Pekik Jungkook, sementara lengannya masih ia sembunyikan di belakang kursi seakan masih terikat untuk mengelabui penjahat yang sejak kemarin menahannya di gudang tua ini.

"Siapa aku bukan urusanmu, ini sangat menjengkelkan karena orang tuamu tak kunjung memberiku uang tebusan" Jungkook bisa merasakan betapa marahnya pria itu.

"100 juta won? Kau pikir mereka memilikinya? Mereka tak akan menebusku! Tidak akan pernah bisa meski mereka menjual seluruh yang mereka miliki" sahut Jungkook, menggenggam paku berkarat yang ia cabut dari kursi kayu tempatnya diikat.

Perkataannya itu membuat si penculik semakin geram, seakan dari tatapannya pria itu menjelaskan, kalau ia tak mendapatkan uang, setidaknya ia harus mendapatkan kesenangan dengan menyiksa Jungkook hingga mati.

Lelaki itu mendekat, mengangkat sebelah kakinya menginjak paha Jungkook. Mengancam anak berusia 15 tahun itu agar diam dan tak menyulut emosinya, kalau tidak ia tak janji akan keselamatan bocah itu.

Sementara itu, di kepalanya Jungkook memikirkan bagian mana yang membuat pria itu tak akan bisa berkutik. Tidak mungkin kepala yang tidak bisa digapainya, sementara jika langsung pada dadanya pria itu bisa mati dan ia akan dianggap sebagai pembunuh.

Setelah berpikir lama, Jungkook akhirnya memberanikan diri menusuk pria itu tepat di betis. Ia mengeluarkan seluruh tenaga yang tersisa agar paku berkarat itu tertancap sempurna melumpuhkan penculik itu.

Pria itu berteriak keras, sementara Jungkook berusaha membuka ikatan pada kakinya. Berhasil! Ia berhasil lepas dari belenggu ikatan itu. Begitupun si penculik yang berhasil mencabut paku yang tertancap di kakinya.

Jungkook berlari kencang keluar gudang, sementara si penculik mengejarnya meski dengan langkah tertatih. Hutan! Rupanya sejak kemarin ia berada di sebuah gudang minyak di tengah hutan.

Ia terus berlari, sementara dibelakangnya sang penculik masih terus mengejar. Hingga ia menemukan sebuah perkemahan, Jungkook bergerak kesana. Berharap bertemu orang baik yang ada disana.

Nasib sial, tidak ada siapapun dalam tenda-tenda itu. Hanya ada seorang gadis tengah cemberut di dekat perapian. Meski begitu, Jungkook yang sudah kehabisan akal meminta pertolongan pada makhluk cantik itu.

"Kau haus? Aku tidak punya air apalagi makanan" ketus gadis itu, padahal belum mendengarkan alasan kenapa Jungkook menghampirinya.

"Tidak, aku tidak ingin makanan. Hanya tolong aku, orang jahat sedang mengejarku" ujar Jungkook, menunjuk pria yang beberapa meter lagi sampai pada mereka.

"Ck merepotkan!" Ujar gadis itu kesal, meski begitu ia tetap bangkit, menarik lengan Jungkook untuk mengikutinya.

Mereka berlari diantara pepohonan rindang, semakin masuk ke dalam hutan yang gelap. Lalu berhenti ketika dirasa sudah menemukan tempat yang aman untuk bersembunyi.

"Kita sudah aman" ujar gadis itu, Jungkook menghela nafas lega, benar memang penjahat itu akhirnya kembali setelah lebih dari setengah jam berputar-putar namun tak kunjung menemukan mereka.

"Tapi ini sangat berbahaya" keluh Jungkook, mereka bersembunyi di antara akar-akar pohon besar tepat disisi jurang yang dalam. Entah kenapa gadis itu bisa mengetahui ada tempat seperti ini di dalam hutan.

"Keluarlah hati-hati!" Gadis itu memperingati, namun Jungkook yang sudah teramat lelah dan tak bertenaga itu akhirnya limbung dan terjatuh ke jurang.

Jungkook ketakutan, ia mendapat banyak luka karena tubuhnya bergesekan dengan ranting-ranting dan akar pohon. Merasa prustasi, ia sudah sangat lelah hingga tak kuasa menahan tangisnya.

Sampai malam datang, ia semakin merasa takut. Seakan ini adalah akhir dari hidupnya. Terlebih ketika kakinya tak sanggup lagi, bahkan untuk sekedar berdiri. Jadi yang ia lakukan hanyalah duduk memeluk lutut, menyembunyikan wajah diantara kedua lutut, menangis bocah itu menangis semakin kencang.

"Jangan menangis" Jungkook mengadahkan kepalanya, gadis yang tadi menolongnya berada di depannya lagi, mengulurkan tangan dengan senyuman laksana cahaya yang menerangi hidupnya, nampak sangat cantik meski gelap ada diantara mereka.

"Kita akan selamat" ujar gadis itu lagi sambil tersenyum, meski nampak jelas jika ia juga merasa cemas, membuat jantung Jungkook berdegup kencang. Diusianya yang masih 15 tahun, Jungkook mendapat cinta pertamanya. Seorang gadis pemberani, di dasar jurang.

***


Jungkook terbangun dengan peluh di keningnya. Mimpi itu terasa nyata, karena memang benar-benar nyata. Itulah kenangan pahit yang pernah ia lalui di masa remaja. Ia memegang dadanya, bisa ia rasakan debaran jantung yang kembali sejak kemarin. Mengusapnya pelan agar kembali tenang.

"Gadis itu, siapa gadis itu?" Gumam Jungkook, memegangi mantel berwarna merah yang terajut huruf "J" di bagian dalam lengan sebelah kanan.

Benarkah itu milik Joohyun? Karena informasi dari orang suruhannya hanya ada satu keluarga yang memiliki putri berinisial J diantara 6 keluarga yang sedang berkemah di area hutan pada malam ia terjebak di dalam hutan.

Namun tidak ada informasi pasti apakah benar keluarga Bae yang menginap di tenda paling besar milik penginapan keluarga dekat hutan lebat tempat ia di sekap. Semua informasi seakan tertutup akan hal itu.


****

Suzy tersenyum senang seakan ia baru saja memenangkan lotre. Ada kabar baik dari orang suruhannya. Ia menemukan Lee Hajoon, pria tua itu menghabiskan masa tuanya di sebuah desa terpencil.

Ia mengendari mobilnya dengan kecepatan tinggi, tak peduli dengan rasa sakit di kepalanya sebab kembali keluar dari jalan hidupnya. Ini adalah kesempatan emas untuknya bisa mengungkap siapa pembunuh kakaknya.

Ia berhasil sampai kesana, bertemu dengan Hajoon yang tengah menikmati secangkir teh di teras. Sangat santai, setidaknya sampai Suzy tiba dan merusak waktu santai pria itu.

"Melihat reaksimu, sepertinya kau ingat aku siapa, jaksa Lee?" Ujar Suzy dengan smirknya, melemparkan sebuah map coklat kehadapan pria itu. Berkas yang berhasil ia ambil dari personal computer milik Hyunjae saat ia pingsan dan dibawa ke studionya.

Saat itu ia mempercayai ingatannya. Seingatnya, diakhir bulan september jaksa itu di bekuk polisi karena kasus suap selama ia menjabat sebagai jaksa. Kasus itu terkuak setelah putra haramnya melaporkan.

Diwaktu lalu, ia tidak tau putra haram yang disebut-sebut media. Tapi kini ia tau kalau itu adalah Hyunjae, jadi sejak awal ia sudah berniat memanfaatkan pria itu. Mendekati Hyunjae, demi bisa menyadap gadget Hyunjae yang berisi bukti-bukti.

"Wae? Kau takut? Berapa tahun kau akan di penjara atas ini semua?" Ujar Suzy meledek pria tua yang wajahnya sudah mengeras.

Suzy terus berulah, ia terus mengancam Hajoon membeberkan bukti itu jika pria itu tetap tak mau membuka mulut. Alasan dibalik kasus kakaknya yang di tutup begitu saja. Ia bahkan tak segan menumpahkan teh yang tadi sedang dinikmati Hajoon ke lantai.

"Kim Junmyeon, itu karena tuan Kim mengatakan bahwa gadis itu bunuh diri. Ia juga membawakanku bukti-buktinya" ujar Lee Hajoon pada akhirnya.

Air mata Suzy akhirnya tumpah. Ia tidak siap dengan alasan itu. Alasan yang sangat jauh dari apa yang ia perkirakan. Junmyeon, mantan kekasih yang mengaku mencintai mendiang eonninya lah yang menutup kasus itu sebagai bunuh diri.
.
.
.
.
.
TBC

40 Days (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang