Lembar Tujuh Belas

76 20 0
                                    

[Epilog]

|SEJEONG PART|

Aku melanjutkan pekerjaanku saat kembali pulang dari Seoul. Namun itu hanya berjalan kurang lebih tiga bulan. Pagi hari saat Aku hendak pergi bekerja, pria itu--- Park Jimin datang ke apartemenku dengan membawa banyak bingkisan. Awalnya Aku bingung dengan kedatangannya. Namun setelah kak Namjoon memberi tahu, Aku jadi mengerti.

Jimin tidak main-main dengan ucapannya saat dibandara benerapa bulan yang lalu. Ia benar-benar datang untuk melamarku. Aku sangat kaget, bahkan tidak percaya dengan apa yang terjadi, dan yang Aku alami di hidupku.

Bisa dibilang, hal ini terjadi begitu saja tanpa direncanakan olehku. Pagi itu setelah berbincang, Aku menerima lamaran Jimin untuk menjadikanku istrinya. Jantungku berdegup kencang saat itu. Apalagi saat kak Namjoon meninggalkan kami berdua di apartemen ku, Jimin--- pria itu melakukan sesuatu yang tak terduga sama sekali.

"Terima masih telah menerimaku, Kim Sejeong. Aku berjanji akan selalu mencintaimu sampai kapan pun. Kau tau? Aku bahkan tidak bisa tidur tiga hari belakangan ini karena memikirkan bagaimana caraku untuk melamarmu. Jujur, Aku tidak pernah akan menduga jika kecelakaan parah yang Aku alami pada malam itu akan membawaku dan dirimu beralhir bersama seperti ini." Kata Jimin sembari tersenyum. Lalu, Aku merasakan kedua telapak tangan pria itu memegang kedua sisi pipiku. Mendekatkan wajahnya pada wajahku, dapat ku rasakan deru nafasnya di wajahku. Mataku terpejam begitu saja saat merasakan benda kenyal milik Jimin menempel dengan milikku.

Sensasi panas-dingin langsung menjalar ke seluruh tubuhku. Lumatan yang di berikan Jimin begitu intens dan terasa sangat lembut. Tanpa sadar, Aku mengalungkan lenganku pada lehernya.

Ciuman itu berlangsung selama kurang lebih tiga menit. Lalu, pangutan kami terlepas saat kami berdua membutuhkan udara.

Dahiku dan Jimin saling menempel. Pria itu tersenyum puas, kemudian mencuri satu kecupan lagi dari bibirku. Pipiku memerah, dan Aku pastikan jika pipiku telah merah padam saat ini.

Dari hari itu, seminggu kemudian kami melangsungkan pernikahan di Gereja terbesar di Seoul dengan konsep mewah yang Jimin inginkan. Banyak tamu undangan yang hadir pada saat itu, termasuk paman dan bibiku. Aku tidak menyukai keberadaan mereka pada saat itu. Namun Jimin meyakinkanku jika mereka berdua tidak akan berbuat ulah lagi.

Lega rasanya. Apalagi ketika mereka berdua meminta maaf padaku, rasanya bebanku benar-benar hilang. Semua yang mengganjal kini hilang begitu saja dari hatiku.

Malam pukul satu, Aku dan Jimin kembaki ke hotel. Karena tidak mungkin kami pulang ke rumah Jimin karena terlalu lelah.

Ah ya, berbicara tentang malam ini, kata bos di tempat ku bekerja saat di Jeju, dia bilang jika malam pertama sangat menegangkan tapi juga Kau akan menikmatinya. Terdengar ambigu, tapi Aku tau apa yang ia maksud. Seperti malam ini, Aku benar-benar gugup. Kekasih kak Namjoon memberiku lima lingerie yang Aku sudah sangat tau apa fungsinya.

Setelah selesai mandi, Aku menunggu Jimin yang lagi membersihkan tubuhnya di kasur size besar di kamar hotel itu. Lima belas menit menunggu, mataku benar-benar tidak bisa diajak berkompromi. Rasa kantuk yang sedari tadi ku tahan, kini benar-benar tidak tertahan lagi. Aku mulai memejamkan mata dan terlelap begitu saja.

|JIMIN PART|

Setelah dua puluh menit, Aku keluar dari kamar mandi dengan celana pendek dan kaos polos berwarna hitam. Atensiku langsung menatap Sejeong yang tertidur pulas membelakangiku.

Aku meletakkan handuk yang ku gunakan untuk mengeringkan rambut di atas nakas lalu mendekat ke arah Sejeong, naik ke kasur langsung ikut menyelinap ke dalam selimut. Memeluk erat tubuhnya.

"Eungh..." Sejeong melenguh, entah merasa terganggu atau tidak, yabg pasti Sejeong berbalik menghadap ke arahku lalu membuka matanya perlahan.

"Maaf, Aku ketiduran."

"Tidak apa, Aku tau Kau kelelahan."

Aku semakin mempererat pelukanku pada tubuhnya sambil mengusap punggungnya. Mencium dalam aroma shampoo yang ia pakai.

"Jim," panggilnya yang membuatku langsung melonggarkan pelukanku, lalu menatapnya.

"Ya? Kau butuh sesuatu?"

"Tidak, Aku hanya ingin berterima kasih padamu."

"Berterima kasih? Untuk apa?"

"Karema sudah mau menerimaku. Sungguh, Aku sangat-sangat tidak menyangka. Bagaimana dari awal kita bertemu, hingga Kau mempercayaiku begitu cepat. Aku bersyukur Tuhan mempertemukan kita walaupun dengan cara yang kurang wajar." Katanya dengan suara sendu.

"Seharusnya Aku yang berterima kasih padamu, Sayang. Terima kasih karena telah menyelamatkanku malam itu, terima kasih karena mau merawat Jihoon saat itu, dan terima kasih untuk sekarang, karena Kau mau menerimaku sebagai suamimu. Kau tau, tidak ada yang lebih indah dari ini." Lantas, setelah mengatakan hal itu Aku langsung menangkup kedua pipinya dan mencium bibirnya dalam.

Setelah beberapa saat, Aku melepaskan pangutan kami. Menatapnya dalam sembari tersenyum. "Kim Sejeong, boleh Aku melakukannya sekarang?" Seakan mengerti apa maksudku, Sejeong mengangguk.

Dengan cekatan, Aku mengukung Sejeong dibawah tubuhku. Melumat bibirnya dengan lembut, lalu beralih ke perpotongan lehernya. Sejeong, wanitaw itu sesekali melenguh saat Aku memberikan tanda di lehernya. Lalu kemudian turun ke area dadanya, Aku tidak melewatkan apapun dari sana. Sejeong melenguh sembari menjambak rambutku.

Lalu selanjutnya yang terjadi, Aku benar-benar memasukan milikku pada miliknya, menyatu tanpa jarak sedikitpun. Peluh membasahi kami berdua, hingga saat dimana Aku dan Sejeong selesai bersama.

•••
E N D
•••




Hai, bagaimana Epilog kali ini? Kurang memuaskan? Ya memang, apalagi bagian 🌚. Karena Saya belum berpengalamaaaaann😭 Kalau begitu, pamit dulu ya? Tunggu cerita-cerita yang bakal Saya publikasikan selanjutnya!😄











.


.


.


.

.







 





















Love Under the Rain | END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang