Lembar Delapan Belas

105 19 1
                                    

BONCHAP

Dua tahun sudah pernikahan mereka. Sejeong, wanita itu kini telah lulus sebagai sarjana, dengan nilai terbaik. Jimin, perusahaan pria Park itu semakin jaya-jayanya hingga kini. Banyak proyek yang berkembang pesat akibat dari usaha dan kerja kerasnya.

Setelah lulus menjadi sarjana, Sejeong lebih memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Memfokuskan diri untuk mengurus suami dan rumah. Namun sekitar tujuh bulan yang lalu, Sejeong memutuskan untuk menambah ke sibukan dirumah agar tidak cepat bosan. Menambah anggota keluarga. 

Sejeong memutuskan untuk memiliki anak di umurnya yang menginjak dua puluh tiga. Bukan tanpa alasan, Sejeong ingin menyibukkan dirinya dengan mengurus anak. Ditambah lagi dirinya merasa sepi jika Jimin pergi bekerja. Pria tiga puluh dua tahun itu menyetujui apa yang diminta Sejeong untuk memiliki anak, toh dirinya tidak menolak walaupun harus berjuang semalaman untuk menghasilkan benih bagus.

Tepat sebulan setelahnya, kabar bahagia benar-benar menghampiri mereka berdua. Sejeong benar-benar hamil, dan di perkirakan mendapat anak kembar. Kelaminnya belum diberi tau, untuk kejutan, katanya.

Sekarang, adalah bulan ke-enam kandungan Sejeong. Wanita itu kini tengah menyiapkan makan siang, untuk dibawa ke rumah tahanan yang ada di Seoul. Untuk sang ayah lebih tepatnya.

Selesai dengan masakannya, Sejeong kemudian mengemasi barang yang akan ia bawa. Setelah mendapat izin dari Jimin, Sejeong di antar oleh Jimin namun tidak ikut masuk.

Sejeong berjalan masuk. Selesai melapor pada petugas, Sejeong diantar ke ruangan khusus untuk keluarga tahanan yang ingin sekedar berbincang.

Sekitar lima menit, sang ayah dengan baju tahanan masuk ke ruangan itu. Kondisi sang ayah membuat Sejeong pangling. Sebab, saat terakhir kali mengunjungi sang ayah dengan Jimin, badan ayahnya masih berisi, rambut nya juga belum banyak memutih seperti sekarang.

"Halo, ayah. Apa kabar?"

"Seperti yang kau lihat, aku bahkan tidak baik-baik saja sekarang. Kemungkinan aku tidak akan lama lagi di tahanan ini. Dan kau, bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik, ayah. Dan... anakku serta Jimin. Kami semua baik"

"Anak?"

Sejeong lantas berdiri, memperlihatkan perutnya yang mulai membesar.

"Sudah ingin masuk bulan ke-tujuh," katanya sembari tersenyum.

Sang ayah ikut tersenyum menimpali. Lalu kemudian menunduk, meneteskan air matanya.

"Maaf, maafkan aku."

Sejeong kembali duduk lalu tersenyum manis pada sang ayah. "Aku sudah memaafkan ayah, bahkan jauh sebelum ayah memintanya. Jika aku bisa menggenggam tangan ayah, aku ingin. Bahkan sangat ingin. Dan jika waktu bisa di ubah, aku sangat ingun ayah berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi," ucap Sejeong sembari menatap sendu sang ayah.

"Ayah, waktunya sudah habis. Aku akan pulang, dan jangan lupa dengan makanan yang telah ku bawa. Saat anakku lahir, aku akan kembali ke sini. Ayah, aku pamit. Selamat siang," final Sejeong, lalu keluar dari ruangan itu.

Sejeong keluar dari gedung tahanan itu. Dirinya menunggu taksi lewat di depan gerbang, hingga tak lama mobil hitam yang sangat ia kenal berhenti di depannya. Tentu saja itu suaminya, Park Jimin.

Love Under the Rain | END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang