EP 3. Ibu ASI

36.2K 2.4K 15
                                    


Pada akhirnya Lingga menyetujui penawaran tersebut. Dia sudah mantap akan menerima pekerjaan barunya sebagai Ibu ASI untuk anak dari atasannya. Toh dia tidak akan menyusui secara langsung, yang pasti akan membuatnya aneh bukan main. Dia hanya perlu melakukan pumping saja, ya layaknya sapi perah. Tak apa, walau masih dianggap tabu dia akan menjalaninya secara diam-dian. Tanpa ada satupun keluarga, kerabat atau lingkungan tempat kerja yang mengetahui soal ini.

Keputusan ini dia buat, karena mendengar keluh kesah sang adik mengenai rencana study tour tersebut. Sang adik yang tak mau memaksakan kakaknya, lebih memilih tidak ikut saja dan sebagai ganti dia akan magang di perpustakaan pusat selama seminggu. Ya magang di salah satu instansi pemerintahan adalah sebagai gantinya bila tidak bisa ikut program study tour. Dan Rian akan memilih magang di perpustakaan saja supaya selang waktu bisa sambil membaca buku gratis sekaligus mencari referensi untuk persiapan ujian akhir semester. Tanpa harus merepotkan sang kakak tentunya.

Flashback on.

"Gak ya! Gak ada magang-magang. Kamu tetep bakal ikut. Kamu gak usah mikirin Kakak. Kakak pasti usahakan, Bu Laila ngasih kerjaan tambahan. Jadi ada ongkos buat kamu study tour." Tolak keras Lingga pada adiknya, cukup marah saat dia tahu sang adik lebih memilih magang saja sedangkan teman-temannya semua ikut.

"Tapi Kak, mahal banget. Uang gaji Kakak bakal habis cuma buat aku ikut. Mending uangnya disimpen aja buat kebutuhan sehari-hari, buat beli obat Kakek," sang adik tetap dengan pendiriannya. Dia tak mau membebani sang kakak. Teman seangkatan sang kakak sudah banyak yang menikah dan berkeluarga, sedangkan sang kakak sendiri masih sibuk membiayai hidup dirinya dan sang Kakek.

"Udah gak usah mikirin itu, kamu fokus sekolah. Biar Kakak yang banting tulang cari nafkah. Untuk Kakek juga masih ada, gak usah khawatir."

Flashback off.

Lingga mengikuti Bu Laila dari lorong ke lorong rumah sakit, melewati beberapa poliklinik. Hari ini dia akan menjalani induksi laktasi. Setelah Minggu kemarin menjalani pemeriksaan kesehatan termasuk payudaranya. Sebagai tahapan awal dokter akan memberikan obat perangsang hormon pada dara 28 tahun itu. Hingga menjalani terapi khusus agar payudaranya bisa terangsang dan mengeluarkan ASI.

Beberapa hari setelah itu, perubahan mulai nampak dari payudara Lingga. Bentuknya lebih membesar dari pada sebelumnya. Lingga juga mulai merasakan kondisi seperti ibu menyusui. Untunglah dia mendapat perawat yang telaten memberikan terapi stimulasi payudara, arahan bagaimana cara memijat, menyusui hingga melakukan pumping yang benar padanya. Dokter dan perawat tersebut juga tak lelah memberikan semangat juga tak lupa mengingatkan dirinya untuk tidak stress, sabar dan memakan makanan yang bergizi.

Bu Laila pun sama, beliau selain menyemangati juga memberikan semua fasilitas yang diperlukan Lingga sebagai Ibu ASI anaknya. Beliau meminta ahli gizi dan juru masak khusus untuknya. Orang rumah pun sampai heran dan curiga mengapa setiap hari selalu ada kiriman makanan, susu, biskuit, susu dan buah-buahan segar khusus untuknya. Sang tante sampai iri dan menuding jika dirinya menjadi simpanan om-om.

"Kenapa mendadak pindah? Emang Bu Laila gak ada saudara lain apa? Sampai minta Kakak temenin dia selama hamil." Oceh Rian merasa keberatan jika sang kakak pindah dan tinggal sementara di rumah bosnya.

Keputusan ini diambil karena takut menimbulkan kecurigaan di kelurarganya. Lingga memang diminta untuk tinggal dari sejak awal sepakat menjadi Ibu ASI. Tapi selalu menolak dan berkilah bahwa dia bisa mengatasinya. Tapi setelah dijalani ternyata dia baru percaya dan paham maksud dari atasannya itu.

"Rian, Kakak gak pergi ke luar negeri kali. Jakarta-Bekasi itu sebelahan. Kamu kan udah gede, bentar lagi bakal kuliah jadi mahasiswa. Mulai sekarang harus mandiri, jangan dikit-dikit kakak." Cerocos Lingga menasehati.

"Ck! Kakak kan tahu aku males denger omelan Tante Ina. Apa-apa dipermasalahin, duit mulu yang diomongin," keluh sang adik bergemerutu kesal.

Lingga menghentikan sejenak aksi packing barang-barang miliknya. "Kamu gak usah kuatir. Tante bawel kita gak bakalan banyak ngomel lagi kok. Semua biaya bulanan rumah udah kakak bayar dan tanggung penuh. Termasuk kebutuhan dapur juga udah kakak kasihin."

Lingga menjeda kalimat, berusaha memberikan pengertian pada adik satu-satunya. Tidak mungkin baginya menjelaskan hal yang sejujurnya jika uang yang diperoleh dari pekerjaan keduanya sebagai Ibu ASI. Sudah pasti akan mendapat penolakan keras dari adiknya itu.

"Kakak sekarang udah naik pangkat, jadi asisten pribadinya Bu Laila. Gajinya besar, sebanding dengan pengorbanan Kakak juga. Setiap sabtu-minggu Kakak pasti pulang kok. Kamu jagain Kakek ya? Kalo ada apa-apa langsung kabarin Kakak."

Rian mengangguk paham.

Selesai berkemas, Lingga berpamitan pada sang kakek juga tante dan omnya. Dia pun berangkat menggunakan taksi yang sudah dipesan Bu Laila.

🌸🌸🌸

Dua bulan berlalu, Lingga sudah terbiasa dengan rutinitas barunya sebagai ibu menyusui. Walau tidak menyusui langsung di dua minggu pertama. Tapi, karena ASIP-nya banyak yang basi dan terbuang percuma, dia pun dengan suka rela mau menyusui langsung baby Riza. Kadang dia juga gantian menjaga Baby Riza ketika pengasuhnya kerepotan atau ketika Bu Laila kelelahan akibat kehamilan di trimester pertamanya.

"Sri, Bu Laila udah lama perginya?" Tanya Lingga yang baru pulang dari rumahnya, aka rumah sang kakek. Setiap weekend dia pasti pulang, tentu sebelum pulang dia akan menyetok ASI dulu hingga muat sampai dia balik lagi minggu malam.

"Belum lama sih Mbak. Katanya lagi dinner sama Bapak," jawab pengasuhnya baby Riza bernama Asri.

Bapak yang dimaksud adalah suami siri dari Bu Laila. Ya, Bu Laila adalah istri kedua dari seorang anggota dewan. Pernikahannya terpaksa ditutupi dan dirahasiakan publik karena demi nama baik sang suami juga belum ketuk palu dengan istri sahnya yang sudah lama pisah ranjang.

Sebagai bawahannya, Lingga tak berani mengomentari atau ikut campur masalah pribadi Bu Laila. Apapun itu, dia tak mau ambil pusing karena hal tersebut bukan ranahnya. Tugasnya di sini adalah sebagai Ibu ASI. Tidak lebih dari pada itu. Selesai menyapih Baby Riza hingga usia dua tahun nanti, maka selesailah tugasnya. Lingga bisa kembali hidup normal. Ya, itulah prospek hidupnya saat ini, mencari nafkah demi menghidupi dirinya, sang adik dan sang kakek.

"Sri, beneran Riza bakal tinggal sama mantan suami Bu Laila?"

Asri mengangguk. "Iya Mbak. Hasil sidang kemarin Bu Laila kalah. Jadi hak asuh anak pindah ke tangan Pak Radit."

Lingga menunduk lesu. Tangannya terulur mengelus sayang bayi yang kini beranjak 9 bulan yang sedang menyusu padanya. Berarti tugasnya akan selesai sampai di sini. Sedangkan ia sudah terlanjur jatuh hati pada bayi gemas ini.

"Nasib gue gimana dong, Sri? Dua bulan lebih gue jadi Ibu ASI dia. Dari awalnya aneh, sampe udah kebiasaan sampe kayak ada ikatan batin antara gue sama Riza. PD gue suka kadang kerasa sakit kalo gak dia gak nyusu. Walaupun gue sama Riza gak ada ikatan darah. Tapi, suer Sri, gue ngerasain kayak perasaan kuat.  Hati dan feeling gue kuat ke Riza," tutur Lingga jujur.

Asri memandang haru dan iba. "Aku ngerti Mbak, aku aja yang jagain dia udah kayak anak sendiri."

"Gue udah sayang sama bayi ini," tanpa terasa air mata Lingga jatuh menetes di kedua pipinya.

LINGGA - The Substitute Mother (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang