5.8K 519 61
                                    

"Apa kalian sudah pernah melakukannya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kalian sudah pernah melakukannya?"

Sanzu bertanya pada Ran dan Rindo yang terduduk santai di kamarnya. Ran sedang melihat - lihat interior kamar karena bosan, dan Rindou sedang bermain dengan ponselnya.

"Belum pernah" Ran menjawab.

"Hah?! Oi, kalian kan sudah besar, masa belum pernah" Sanzu mengejek.

"Tapi memang belum pernah! gimana sih!" Rindou membentak kecil. Lama - lama emosinya akan keluar semua jika selalu disuguhi pertanyaan random Sanzu.

Sanzu tertawa keras, senang sekali ia mengerjai adiknya Ran. Orangnya cepat terprovokasi, sangat cocok dengannya yang suka menggoda.


"Kalian kenapa disini semua?" [name] keluar dari kamar mandi dengan selembar handuk yang terlilit di tubunya, sedangkan rambutnya ia ikat ke atas.

"Ooh, aku ingin meminta bayaranku [name]" Sanzu menjawab. Ia kini tengah membuka pakaiannya bersiap untuk menerima upahnya.

"Kalau kalian berdua?" [name] menunjuk Ran dan Rindou yang sepertinya dijebak untuk ke sini.

"Disuruh dia" Rindou menunjuk Sanzu yang kini hanya mengenakan celana dalam.

"Kalian tidak mau dibayar juga?" [name] bertanya karena bingung. Biasanya ia selalu memberikan bayaran kepada siapapun yang sudah membantunya dalam misi. Bantuannya dapat berupa apa saja selama [name] mampu membayarnya. Seperti Sanzu, ia selalu meminta sex malam sampai pagi, itulah upah yang dimintanya dari [name].

"Kalian tidak mau heh?! Kalian kan belum pernah! Ayolah, ber-empat pasti asik deh!"

Sanzu sok tau aja, padahal selama ini sexnya cuma sama [name] doang.


"Tidak harus ini. Kalian bisa minta yang lain" [name] mencoba menetralkan racauan Sanzu agar Ran dan Rindou tidak panik. Baru pertama bercinta tapi sudah langsung bareng - bareng.

[name] melepaskan ikat rambutnya, menyisir rambut hitam panjangnya. Setelah rambutnya tidak ada yang kusut, ia kemudian melepaskan handuknya, menjemur handuk itu di senderan kursi.

Ran dan Rindou meneguk ludah melihat [name] yang dengan santainya bertelanjang dihadapan mereka. Sanzu sendiri langsung ingin mengklaim bayarannya saat itu juga.

Sanzu berlari menerjang [name] yang sedang duduk di pinggiran kasur. Menjalin ciuman panas dengan wanita itu, tangannya beralih untuk memanjakan milik [name] yang terasa dingin.

"Hee, kalian cuma mau nonton?" tangannya yang lain memilin puting [name] sedangkan kepalanya tengah menghadap kakak beradik yang sudah berkeringat dingin.

"Lepaskan baju kalian sekarang. Ini perintah" [name] berucap. Ia tidak bisa fokus memperhatikan Ran dan Rindou yang mulai memperlihatkan seluruh kulit di tubuhnya, ia terlena dengan gerakan Sanzu dibawah sana.

"Oi, gantikan aku disini" Sanzu menunjuk Rindou yang sedang berdiri kaku. Ia kemudian mendekatkan diri pada Sanzu untuk menggantikannya, entah apa itu maksudnya.

Sanzu mengeluarkan jarinya dari vagina [name] dengan perlahan, kemudian memerintah Rindou untuk memasukkan jarinya.

Rindou memenuhi perintah Sanzu. Seperti yang Sanzu tunjukkan, ia memasukkan dua jarinya lalu menggerakkannya dengan tempo cepat karena Sanzu bilang [name] lebih suka jika digerakkan dengan cepat.

Ran sendiri kini sedang memanaskan miliknya di dalam mulut [name]. Ia sedang berlutut di atas kasur, dan [name] yang terbaring menerima milik Ran dan menggerakkannya dengan dua tangannya.

Sanzu tengah duduk dikursi, menyaksikan ketiganya bermain. Seakan menjadi mentor, Sanzu memerintah [name] dan Rindou untuk bergerak lebih cepat karena ia sudah tidak sabar.

[name] pelepasan untuk yang kesekian kalinya oleh jari Rindou. Fantasinya kemarin jadi kenyataan. Hanya dua jari saja rasanya luar biasa. Ran sendiri mengeluarkan miliknya di dalam mulut [name] dan sisanya meleleh ke sisian wajah sang wanita.

Sanzu kembali menindih tubuh [name], menghisap puting payudara [name] dengan kuat membuat [name] melengkungkan tubuhnya. Ia sudah panas dan Sanzu mengerti.

Dengan satu hentakan kuat milik Sanzu langsung berada di dalam [name]. Ia menghentakkan miliknya dengan kasar dan cepat, inilah tempo yang paling disukai oleh [name]. Meskipun melelahkan, namun rasa nikmatnya sepadan.

Sanzu mendudukkan dirinya dan [name]. Ia memerintahkan Ran untuk memasukkan miliknya ke lubang belakang [name] dan Rindou ke dalam mulut si wanita.

Seakan terhipnotis, keduanya langsung bergerak sesuai perintah.

[name] memang sudah sering bercinta dengan banyak orang, tapi ia tidak pernah melakukannya seperti ini. Rasanya lebih nikmat ketika semua lubangnya terisi, ia pasti ketagihan.

[name] menepuk pundak Sanzu, meminta bantuan pria itu untuk menggerakkan tubuhnya. Sanzu dengan senang hati mengangkat pinggul [name] lalu mengehentaknya ke bawah dengan keras.

Ran di belakang juga sedang berusaha keras agar tidak ketinggalan. Ia menggerakkan tubuhnya seirama dengan Sanzu namun dengan tempo yang lebih pelan. Tangannya merayap ke buah dada [name], memainkannya dari belakang.

Kaki Rindou bergetar tidak kuat menopang tubuh karena miliknya sedang dimanjakan. Kalau ia berani, pasti sudah ia duduki Sanzu sekarang.

"Tarik seperti ini" Sanzu mengarahkan tangan Rindou untuk menarik rambut [name].

"Tidak apa - apa. Dia suka kalau kau gerakkan kepalanya seperti ini" Sanzu memberikan arahan agar Rindou menarik kepala [name] dengan menarik rambutnya kuat.

[name] semakin kuat menghisap milik Rindou. Satu tangannya di pundak Sanzu untuk bertahan, dan satunya sedang memainkan dua bola kecil Rindou.

Rindou mencoba saran Sanzu untuk menarik kepala [name]. Wanita itu terlihat tersedak tapi terus menerima miliknya. Hasilnya Rindou merasakan miliknya masuk lebih dalam dan lebih basah dari sebelumnya.

Gerakan keempat orang itu tak lagi seirama. Mereka ingin mencapai pelepasan dengan kecepatan masing - masing.

Dua lubang [name] berdenyut membuat tubuhnya sedikit terkejut, ia sudah ingin keluar. Saat itu juga milik Rindou mencapai pelepasannya. Rindou kemudian merebahkan diri disamping Sanzu yang terlihat mengejeknya.

Ran memeluk [name] dari belakang, kini berusaha mengejar Sanzu yang sepertinya sudah dekat dengan pelepasannya.

Dua pria itu datang tak lama setelah [name] mengeluarkan miliknya. Cairan tiga orang itu merembes keluar membasahi bed sheet yang baru dipasang Sanzu tadi pagi.

Ketiganya lalu merebahkan diri, bagian tubuh mereka tertindih satu sama lain lantaran terlalu lelah untuk berpindah tempat.

"...in- ini.. untuk satu misi loh" Sanzu menyengir, ia kelelahan namun ia sedang mencoba untuk merayu Ran dan Rindou agar bisa bertahan menjadi pendamping [name].

"Apa kau selalu dibayar dengan ini Sanzu?" Ran menolehkan kepalanya untuk melihat Sanzu.

"Tentu saja. Aku tidak ingin hal lain dari [name]" Sanzu mengelus wajah [name] yang sedang menganga meraup nafas. Ia melirik ke arah jam dinding di kamarnya.

"Masih jam 8 malam. Upahku belum lunas" 

onihime | tokyo revengers ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang