4.2K 359 30
                                    

Seperti janjinya kemarin, Mikey memberikan sebagian rahasia yang ia tahu soal [name], ia sudah berkata jujur bahwa setengahnya lagi di ketahui oleh orang lain dan [name] harus mencari orang itu jika ingin tahu sepenuhnya.

[name] tidak terlalu terkejut saat Mikey mengatakan bahwa ia bukanlah anak dari pria yang dulu ia panggil ayah. Dari situ dia menyimpulkan bahwa ibunya kemungkinan bermain dengan pria lain dan ia adalah hasilnya.

Namun Mikey tidak ingin menyebutkan sumber informasi tersebut, dia malah menyuruh [name] untuk menemui sumbernya sendiri.

Setelah kemarin kegiatan panasnya di ketahui oleh Draken, tiga laki - laki yang menyetubuhinya langsung diteriaki habis - habisan oleh sang kakak, padahal adiknya yang terlalu binal melayani tiga pria itu.

Hari ini Ran dan Rindou saja yang diperbolehkan untuk menemani [name] pergi karena Sanzu sedang kena ceramahnya Draken dan dilarang untuk berdekatan paling tidak seharian penuh.

Dua pria muda itu berjaga ala bodyguard, berjalan berdampingan dengan wanita itu sembari melayangkan tatapan ganas ke arah siapapun yang berani melirik tuannya. Mengiringi [name] hingga akhirnya mereka sampai di depan sebuah pabrik yang menjadi tujuan mereka.

Rindou memimpin jalan masuk kedalam untuk memastikan tidak ada jebakan yang menunggu ketiganya. Dari luar benar terlihat seperti pabrik, namun isinya lebih seperti kantor.

Mereka sedang berada di lobi, beberapa pintu yang kemungkinan menuju ke ruangan lain, perabotan yang bersih dan tertata, namun tidak ada siapapun di ruangan tengah ini.

Langkah ketiganya terhenti ketiga seorang pria menghalangi Rindou untuk membuka satu pintu di hadapannya. Rindou hampir saja membogem pria itu jika [name] tidak menepuk bahunya dan memerintahnya untuk mundur.


"Hanma"

"Onihime"

Adu pandang keduanya tak berlangsung lama, [name] ingin segera menyelesaikan urusan dengannya.

"Bantu aku"

Hanma tertawa kecil. Ia mendudukkan dirinya di salah satu bangku, menaikkan satu kakinya di atas kaki lainnya, bersedekap dan memasang wajah angkuh.

"Apa bayarannya?"

"Apapun yang kau mau"

Pria itu menyeringai, kesempatannya telah terbuka pikirnya.

"Aku ingin menjadi pendampingmu" ujar Hanma. Jawaban itu membuat dua pria lainnya di dalam ruangan memandang satu sama lain kemudian kembali menatap punggung [name] yang terlihat melemas.


"Aku tidak butuh pendamping lagi. Seperti yang kau lihat, aku sudah punya mereka" [name] mengacungkan dua jempolnya pada masing - masing orang di belakangnya.

"Tapi kau butuh bantuanku kan?" masih mempertahankan posisinya, Hanma mengangkat dagunya dan menatap miring wanita itu.

"Aku bisa memberikanmu semua yang kau butuhkan. Kau tau sendiri kan, aku bahkan bisa melacak makam orang yang sudah lama mati" dia tidak pernah salah, [name] selalu menemukan kebenaran dari ucapan pria itu.

"Apa yang sudah kalian lakukan sampai kalian jadi pendamping onihime, hm?" Hanma menatap Ran dan Rindou bergantian. Si adik mengalihkan pandangannya sebagai tanda ia tidak ingin menjawab.

"Nee-san mengalahkan kami dalam pertarungan" Ran menjawab.

"Bukan pertarungan, kalian menyerangku"

Hanma bertepuk tangan sambil mengeluarkan suara tawa yang menggelegar.

"Tentu saja! Bagaimanapun situasinya, pasti kau selalu menang kan?" ia beranjak dari duduknya, melangkah maju mendekati [name] yang masih berdiri tegak.


"Apa kau lupa kalau kau sudah pernah mengalahkanku saat sekolah dulu? Apa kau tidak ingin menjadikanku pendampingmu, nee-san?" [name] dapat merasakan deruan hangat nafas Hanma pada wajahnya. Matanya belum beranjak dari wajah Hanma yang begitu persuasif. Ia suka dengan hawa yang dikeluarkan pria ini.

"Aku adalah seorang hamba. Aku butuh tuan untuk di layani" tangan kasarnya mengusap pipi [name] yang masih terlihat memar.

"Terserah kau saja"

Tertawa lagi - lagi keluar dari pria itu mendengar jawaban yang selama ini di impikan akhirnya terwujud.

Hanma mengunci kediamannya dari dalam, tak ingin ada penyusup yang mungkin masuk saat mereka sedang bekerja. Ia mengajak ketiganya untuk masuk kedalam satu ruangan melalui salah satu pintu disana.

"Dia?.." Ran menunjuk foto yang terpampang pada layar komputer Hanma.

"Kau mengenalnya?" [name] bertanya.

"Mm, kami pernah beberapa kali bertemu"

"Apa kita akan mengunjunginya juga?" kali ini Rindou angkat bicara. Matanya memincing ke layar meskipun tubuhnya duduk agak jauh di belakang.

"Mungkin besok. Kita sudahi hari ini, aku mau istirahat" [name] membalikkan tubuhnya ingin beranjak pergi.

"Wesshh! Istirahat saja disini. Ada kamar kosong di samping" Hanma menarik tangan [name] tiba - tiba membuat wanita itu menabrak dadanya. Mata Hanma melirik ke arah Ran dan Rindou dan memerintahkan kedua pria itu untuk segera meninggalkan dirinya dan [name].

"Kamar kalian ada di sebelah" lambaian tangannya mengiringi kepergian dua pria yang terlihat sebal, lagi - lagi mereka di asingkan dan [name] tidak masalah dengan hal itu.

~♥~

Tubuh [name] terangkat kala Hanma memukuli kakinya dengan ikat pinggang. Dua tangan wanita itu terikat di sisi kasur, tak bisa memeluk tubuhnya sendiri meskipun ia ingin. Istirahat yang di janjikan sepertinya tidak akan pernah terjadi.

Di atas tubuhnya, Hanma tertawa girang melihat tubuh telanjangnya yang menggelinjang karena pukulan.

Pria itu terus memukuli paha [name] sampai ia kelelahan untuk menutup kakinya, membiarkan pahanya yang sedikit tertekuk terbuka lebar di bawah Hanma.

Ia menjilat ujung bibirnya sendiri, rasanya menyenangkan melihat orang yang pernah menghajarnya sampai sekarat kini berada di bawah kendalinya.

Ingin rasanya Hanma menghancurkan tubuh [name] untuk dirinya sendiri. Ia sudah berfantasi dapat membuat si putri menangis memohon untuk dirinya.

Demi membuktikan isi pikirannya sendiri, ia menghujamkan miliknya yang sejak beberapa waktu lalu sudah menegang hanya dengan melihat tubuh wanita yang sudah memar semakin terluka dibuatnya.

Menggerakkan miliknya dengan kasar, menusukkan penisnya berkali - kali langsung ke titik sensitif wanita itu, ia merasakan euforia kala miliknya terhisap lebih dalam akibat jepitan [name].

'Hssh'

[name] hanya bisa mendesis, mulutnya tak bisa mengeluarkan suara keras karena tersumbat oleh celana dalamnya sendiri.

'Mnnh'

Sungguh Hanma ingin mendengar [name] memohon agar menyetubuhi sepanjang malam ini. Karena itulah ia melepaskan sumpalan dan membuangnya ke ujung ruangan.


'Haah hah ha..'


"Bagaimana pekerjaanku hari ini nee-san? Ah- apa kau puas dengan kinerjaku? Ha-ah.."


"More... Ha- ah.. Do it more.."

Ejakulasi keduanya terjadi begitu cepat, namun keduanya tak berhenti begitu saja. Mengikis malam dengan bercinta, diperlakukan seperti tahanan dan di kukung di bawah. Hanya pada saat seperti inilah [name] mau mengalah.

~♥~

onihime | tokyo revengers ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang