①②

3.1K 244 13
                                    

12.1

Ini sudah sekolah ketiganya tahun ini padahal masih di tahun pertama. Ia tidak ingin berpindah sekolah lagi, sangat merepotkan.

Kenapa ia selalu berpindah sekolah? Kalau kata orang sih karena dia suka cari masalah dengan mengajak anak - anak lain berkelahi, padahal [name] hanya menunjukkan sikap baik dengan meladeni para berandalan itu.

Yang mengajak berkelahi malah berakhir tak sadarkan diri, sedangkan dirinya sendiri berakhir diomeli oleh ibu atau ayahnya dirumah setelah melihat wajah dan tubuhnya yang memar.

Dirinya seakan sudah kebal dengan omelan yang hanya mampu mampir sebentar di telinganya. Ia hanya perlu diam kemudian mengangguk atau menggeleng ketika ditanya. Tak perlu menjawab dengan kata - kata, orang tuanya pasti sudah mengerti.

Kali inipun ia hanya mengangguk dan menggeleng, menolak mengeluarkan kata - kata dari mulutnya. Namun Bapak kepala sekolah yang tengah duduk diseberangnya ini tak paham dan menuntut jawaban dari si gadis.


"[name]. Menurut Matsumono, ia melihatmu dan rombongan Ayaka di belakang gedung olahraga sedang berkelahi tadi. Benar begitu?" Bapak kepala sekolah itu kembali bertanya dan hanya ditanggapi dengan gelengan kepala oleh [name].

"Hh.." pria tua itu mengurut pangkal hidungnya dengan kedua jari. Ia sungguh pusing menghadapi [name] yang masih membisu.

"Dengarkan aku [name]. Aku tau kau anak baru dan mungkin menjadi sasaran perundungan. Jadi kalau ada apa - apa, jangan sungkan untuk berbicara kepadaku atau guru lainnya. Mengerti?"

[name] mengangguk kecil. Kepala sekolah itu mengisyaratkan [name] untuk segera keluar dari ruangannya, ia butuh istirahat dari mengurus anak - anak bermasalah di sekolahnya.


Gadis yang baru saja keluar dari ruang kepala sekolah itu dikejutkan dengan kehadiran seorang lelaki berambut panjang yang menyandarkan tubuhnya pada pilar di lorong sekolah. Sebagian wajahnya ditutupi oleh masker hitam, namun tatapan matanya terlihat tajam seolah tengah memindai [name] luar dalam.

[name] tak mengindahkan lelaki itu. Ia berjalan melewati si lelaki yang kemudian membuntutinya.


Sekarang [name] mulai risih dengan lelaki yang masih saja membuntutinya dalam diam. Si gadis menghentikan langkahnya, membuat lelaki itu dapat menyusul [name] yang beberapa langkah didepan.

"Apa maumu?" [name] tak ingin berbelit - belit. Ia ingin segera kabur ke kantin saja, lagian ia sudah sangat terlambat untuk masuk kelas.

Lelaki itu mendengus kecil, ia memposisikan tubuhnya di hadapan [name] yang kini mulai menatapnya kesal.


"Kau siapanya Mikey?" lelaki itu bertanya.


"Memang kau siapanya Mikey?" [name] balik bertanya. Ia tak mau berbicara soal temannya itu sembarangan.

Bukannya dijawab, lelaki itu malah melenggang pergi meninggalkan [name] berdiri sendiri di lorong. [name] yang sudah dibuat bingung langsung saja pergi keluar sekolah, tak jadi ke kantin karena ia sudah kepalang kesal. Ia akan menemui kakaknya saja, sudah pasti kakaknya membolos lagi hari ini.


Padahal kemarin janjinya bakal bertahan disekolah, nyatanya satu geng malah membolos bersama dan kini tengah bercanda ria di markas.

[name] bukan bagian dari komplotan berandalan ini, tapi kakaknya sering membawa dia ke markas demi menghindari ocehan tah berujung dari orang tua mereka.


[name] mendudukkan dirinya disamping Baji. Lelaki itu terlihat tengah menonton anggota lain yang asik bermain kartu.

"Mau?" Baji menawarkan sekotak susu yang ia keluarkan dari saku jaketnya.

onihime | tokyo revengers ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang